c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

04 September 2023

14:39 WIB

Celios Ungkap 4 Dampak Positif dari KTT ASEAN 2023

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan setidaknya ada empat dampak positif dari Pertemuan KTT ke-43 ASEAN. Apa saja?

Penulis: Fitriana Monica Sari

Celios Ungkap 4 Dampak Positif dari KTT ASEAN 2023
Celios Ungkap 4 Dampak Positif dari KTT ASEAN 2023
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno (kiri) meninjau medi a center KTT ke-43 ASEAN 2023 di JCC, Jakarta, Jumat (1/9/2023). Antara Foto/Zabur Karuru

JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) 2023 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), pada Selasa (5/9) hingga Kamis (7/9), berpeluang memberikan beberapa dampak positif.

Hal ini dapat dilihat dari tema kegiatan secara umum yang diusung Indonesia adalah 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth', yang memberikan makna peran penting ASEAN bagi ekonomi kawasan maupun global. 

Pertemuan KTT ke-43 ASEAN membahas beberapa sub tema penting. Mulai dari Code of Conduct terkait Laut Cina Selatan (LCS), South East Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ), ASEAN Maritime Outlook, ASEAN Outlook in Indo Pacific (AOIP), sampai dengan isu terkait Myanmar.

Lantas, kira-kira apa saja dampak positif dari terselenggaranya ASEAN Summits ke-43 yang diselenggarakan di Indonesia ini?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, setidaknya ada empat dampak positif dari Pertemuan KTT ke-43 ASEAN.

"Pertama, ASEAN memiliki kerja sama yang solid dalam membendung pengaruh China terutama di bidang ekonomi dan keamanan," kata Bhima kepada Validnews, Senin (4/9).

Pasalnya, pasca China mengeluarkan peta yang kontroversial terkait dengan batas negara di Laut China Selatan, berbagai negara ASEAN cukup resah. 

Oleh karena itu, menurutnya, perlu kesadaran dan aksi kolektif untuk penyelesaian konflik perbatasan negara anggota Asean dengan China.

Baca Juga: ASEAN-BAC 2023 Hasilkan Delapan Proyek Warisan

Kedua, lanjut dia, perdagangan intra-ASEAN diharapkan bisa meningkat, khususnya di sektor perikanan dan kelautan.

"Indonesia sebagai negara potensial yang memiliki kekayaan perikanan dan kelautan bisa lebih mengoptimalkan ekspor ke negara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura," imbuhnya.

Ketiga, kerja sama ASEAN dalam mendorong stabilitas kawasan khususnya penyelesaian konflik Myanmar cukup mendesak. Pasalnya, untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi kawasan, diperlukan stabilitas politik dan keamanan secara paralel.

Keempat atau yang terakhir, ASEAN dengan Nuclear Weapon Free Zone diharapkan menelurkan gagasan progresif untuk menjaga agar konflik tidak melibatkan perang nuklir, hingga mencegah pemanfaatan energi nuklir yang membahayakan lingkungan.

"Hal ini agar kasus Fukushima Jepang tidak berulang," terang Bhima.

Asal tahu saja, KTT ASEAN bukanlah perhelatan Internasional pertama yang diadakan di Indonesia. Pada tahun 2022, misalnya, Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 di Bali. Kemudian, pada Mei 2023 lalu, Indonesia juga menjadi penyelenggara KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Berbeda dari KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, KTT ke-43 ASEAN turut dihadiri negara-negara mitra, yaitu China, India, Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru, Australia, Federasi Rusia, dan Amerika Serikat (AS).

Dampak KTT ASEAN 2023 Labuan Bajo
Di sisi lain, Bhima mengatakan, hasil kesepakatan dalam pertemuan KTT ASEAN yang berlangsung pada 10-11 Mei di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur lalu, jika diterapkan, maka turut berdampak positif untuk ekonomi dalam jangka panjang.

Bhima mencontohkan hal itu terkait meningkatkan pembayaran lintas, upaya mendorong mata uang lokal, digitalisasi, menjaga stabilitas kawasan ASEAN.

“Kalau dijalankan, efek perdagangan inter-ASEAN akan mengalami kenaikan. Kemudian, kawasan ASEAN jauh lebih stabil di tengah gejolak yang ditimbulkan kawasan Eropa dan AS,” ujar Bhima.

Selain itu, dia menambahkan bahwa kawasan ASEAN punya daya tarik yang disebut episentrum basis manufaktur, jasa dan basis peningkatan nilai tambah yang berdampak jangka panjang, sehingga diharapkan juga dapat dilaksanakan pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Empat Dokumen Dibahas di KTT ASEAN

Bhima pun menilai positif langkah Pemimpin Negara ASEAN yang telah sepakati penguatan Konektivitas Pembayaran Regional atau Regional Payment Connectivity (RPC) dan Pemimpin Negara ASEAN yang sepakat transaksi mata uang lokal masing-masing negara atau Local Currency Transaction (LCT).

Menurutnya, kedua hal tersebut positif untuk ekonomi karena membuat rupiah lebih stabil dan perdagangan antar negara ASEAN lebih tinggi volumenya.

"Karena ketergantungan selama ini terhadap dolar AS sangat berisiko terutama di saat kebijakan moneter The Fed agresif dan terjadi pelemahan ekonomi AS,” ucapnya.

Apalagi, setiap perdagangan Indonesia terutama ke negara ASEAN harus dikonversi ke dolar AS baru ke mata uang lokal, sehingga menjadi tidak efisien.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar