c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

08 Juli 2022

12:33 WIB

Cegah PMK, Australia Imbau Turis Tinggalkan Sandal Jepit Di Bali

Penggunaan sandal jepit tidak sesuai dengan standar biosekuriti. Australia meningkatkan kewaspadaan penularan PMK yang bisa menyebabkan bencana ekonomi di negara pengekspor daging itu.

Editor: Fin Harini

Cegah PMK, Australia Imbau Turis Tinggalkan Sandal Jepit Di Bali
Cegah PMK, Australia Imbau Turis Tinggalkan Sandal Jepit Di Bali
Ilustrasi sandal jepit. Otoritas Australia mempertimbangkan untuk mengimbau turis meninggalkan sandal jepit di Bali untuk menghindari PMK. ANTARA/HO/Fipper

BRISBANE – Otoritas Australia tengah mempertimbangkan untuk mengimbau turis yang berkunjung ke Bali meninggalkan sandal jepit di destinasi favorit tersebut. Langkah ini demi menghindari penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang bisa menghancurkan industri peternakan dan ekonomi negara tersebut.

Imbauan itu menyusul konfirmasi kasus PMK di Bali, tujuan wisata populer dengan penerbangan langsung ke tujuh kota di Australia.

"PMK akan menjadi bencana besar jika tiba di Australia," kata Chief Veterinary Officer negara itu Mark Schipp, yang memberi nasihat kepada pemerintah tentang cara-cara untuk mencegah virus itu, dilansir dari CNN, Jumat (8/7).

Baca Juga: PMK Jangkiti Ternak Lain, Pemerintah: Percepat Vaksinasi

Australia telah mulai meningkatkan kontrol biosekuriti di bandara dan memeriksa bagasi untuk mencari produk daging dan keju. 

Otoritas juga memperingatkan wisatawan bahwa kotoran di sepatu mereka dapat secara tidak sengaja menyebabkan wabah PMK pertama di Australia dalam 150 tahun terakhir.

Salah satu upaya kontrol yang belum diluncurkan adalah baskom kaki yang berisi bahan kimia kuat yang digunakan pendatang baru untuk membunuh jejak penyakit yang mungkin terbawa di sepatu mereka. 

Masalahnya adalah sandal jepit yang biasanya dikenakan di Bali tidak sesuai dengan standar biosekuriti.

"Banyak orang yang kembali dari Bali tidak memakai sepatu bot, mereka memakai sandal jepit atau thongs dan bahan kimia itu bisa mengenai kulit," kata Schipp.

Dia mengatakan, para pejabat sedang mempertimbangkan untuk memberitahukan wisatawan untuk meninggalkan sandal mereka.

"Jika Anda mengenakan sandal jepit di Bali, tinggalkan di Bali," lanjutnya.

Dia menambahkan, imbauan itu belum menjadi instruksi resmi dan merupakan salah satu dari beberapa opsi yang dipertimbangkan.

Bencana Ekonomi
PMK tidak berbahaya bagi manusia tetapi menyebabkan lecet dan luka yang menyakitkan pada mulut dan kaki hewan berkuku belah termasuk sapi, domba, babi, kambing dan unta. Luka tersebut menyebabkan ternak tidak makan dan dalam beberapa kasus menyebabkan kepincangan parah dan kematian.

Penyakit ini dianggap sebagai ancaman biosekuriti terbesar bagi ternak Australia dan wabah dapat menyebabkan pemusnahan massal hewan yang terinfeksi dan menutup pasar ekspor daging sapi Australia yang menguntungkan selama bertahun-tahun yang akan datang.

"Dampaknya pada petani jika kaki dan mulut masuk terlalu memilukan untuk dipikirkan," kata Fiona Simson, presiden Federasi Petani Nasional. "Tapi ini bukan hanya tentang petani. Menghapus $80 miliar dari PDB Australia akan menjadi bencana ekonomi bagi semua orang."

Baca juga: Pesan Satgas PMK Bagi Warga

Dilansir dari Antara, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menemukan sebanyak 63 kasus ternak sapi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) dan 55 sapi telah berhasil dimusnahkan.

"Total 63 kasus, yang sudah stepping out atau pemusnahan 55, sisa 8 ekor," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunada pada Sabtu (2/7).

Dari 63 kasus itu, kasus pertama ditemukan Desa Medahan, Kabupaten Gianyar ada 38 sapi, kemudian Desa Lokapaksa, Kabupaten Buleleng dengan 21 kasus dan empat kasus di Kabupaten Karangasem. Sapi terjangkit yang berasal dari Kabupaten Gianyar telah dimusnahkan seluruhnya, dan belum ditemukan kembali gejala serupa.

Ingatkan Peternak
Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mengingatkan kepada masyarakat peternak agar tidak menjadi pembawa atau carrier virus PMK dari hewan yang sakit ke ternak yang sehat.
 
"Betul-betul berikan pemahaman pada seluruh masyarakat di kecamatan, khususnya peternak, agar tidak menjadi pembawa virus. Kalau habis dari kandang yang sakit jangan dulu ke mana-mana," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Nasrullah dalam sosialisasi Kementerian Pertanian terkait PMK kepada seluruh camat di Indonesia yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (8/7), dikutip dari Antara.
 
Nasrullah mengingatkan agar peternak membersihkan diri terlebih dahulu bila ingin bepergian keluar rumah setelah menangani hewan ternak yang mengalami sakit PMK.
 
Dia menjelaskan virus PMK dapat menyebar dengan sangat cepat melalui udara maupun menempel pada benda, termasuk manusia. "Penularannya ini yang pertama adalah lalu lintas, yang kedua adalah lewat udara, ketiga lewat kendaraan. Jadi virus bisa lengket di sepatu kita, celana, begitu juga di kendaraan yang mengangkut hewan ternak," kata Nasrullah.
 
Dirjen PKH Kementan menyebut camat memiliki peran yang sangat penting dalam menanggulangi PMK agar wilayah wabah tidak semakin bertambah baik di tingkat kecamatan, ataupun kelurahan dan desa.
 
Dia juga mengingatkan kepada para camat yang di wilayah kerja mereka masih terbebas dari PMK untuk tetap waspada dan bergerak cepat apabila ditemukan kasus pertama. 

Nasrullah meminta apabila ditemukan satu atau dua kasus PMK pertama di wilayah yang sebelumnya terbebas dari penyakit tersebut, untuk segera dilakukan pemotongan bersyarat untuk mencegah penyebaran lebih luas.
 
 "Pak camat kalau ada kasus seperti itu segera saja, jangan biarkan, karena setiap jam semakin besar peluangnya untuk makin banyak," kata Nasrullah.

Baca Juga: Kementan Nyatakan Komitmen Maksimal Tangani PMK
 
Dia menerangkan bahwa daging hewan ternak yang dipotong bersyarat masih bisa dijual sesuai harga pasaran. Sementara untuk bagian organ dalam atau jeroan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam dalam tanah.
 
Saat ini pemerintah telah mendistribusikan 800 ribu dosis vaksin ke 21 provinsi yang tertular PMK di seluruh Indonesia. Dari sejumlah tersebut, sebanyak 491 ribu dosis sudah disuntikkan ke hewan ternak.
 
Pemerintah akan mendistribusikan 2,2 juta dosis vaksin PMK ke 21 daerah dalam waktu dekat setelah 800 ribu dosis vaksin tahap pertama selesai disuntikkan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar