31 Januari 2024
19:37 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia mendapat angin segar dalam upaya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri.
Pasalnya, produsen baterai asal Tiongkok, yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) telah berkomitmen menanamkan modalnya sebesar Rp60 triliun untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik dengan menggandeng salah satu BUMN.
"Sekarang sudah mulai bangun mulai dari hulu, dari mining-nya, lalu smelter, kemudian prekursor, katoda, battery cell, sampai recycle-nya," ucap Bahlil dalam diskusi Trimegah Political and Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (31/1).
Baca Juga: Anak Buah Luhut Klaim LFP Tak Seefisien Nikel
Konsep tersebut, sambungnya, merupakan yang pertama di dunia. Menteri Bahlil pun optimis konsep yang diterapkan perusahaan asal Negeri Panda itu bisa memuluskan upaya pemerintah menciptakan ekosistem kendaraan listrik, utamanya dari sektor baterai.
"Ini pertama kali diterapkan di dunia, yaitu di Indonesia. Jadi bukan di negara lain. Jadi ini bukan katanya, katanya. Saya kadang bingung yang lain masih bermimpi, sampai mampus katanya terus, kapan negara mau maju," tambahnya.
Tak hanya CATL, perusahaan asal Korea Selatan LG juga dikabarkan punya komitmen berinvestasi untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia.
"Pabriknya LG yang 10 giga pertama itu akan direplikasikan bulan Februari besok, itu pabrik baterai pertama di Asia Tenggara," kata Menteri Bahlil.
Selain LG dan CATL, dia juga menyebut Volkswagen (VW), BASF, hingga Ford telah menyampaikan komitmen untuk berpartisipasi membangun ekosistem mobil listrik di Nusantara.
Baca Juga: RI Siap Jadi Raja Nikel, Gibran: Jangan Malah Promosikan Produk China
Adapun baterai kendaraan listrik yang diproduksi di Indonesia, sambungnya, berasal dari nikel. Artinya, sumber daya itu memberi nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Selain nikel, industri baterai kendaraan listrik di Indonesia juga akan menggunakan mangan, cobalt, serta lithium yang akan didapatkan dari Australia dan Amerika Latin.
"Indonesia benar-benar mendapat nilai tambah lebih dari persoalan ini. Jadi kalau ada yang berpandangan prosesnya lalu kita diminta buka ekspor nikel, saya mau tanya nasionalis mereka kepada negara ini mana?" pungkas Bahlil Lahadalia.