21 April 2025
20:58 WIB
Cari Investor EBT Dari Nordik, Bahlil Teken Kerja Sama Dengan Denmark
Punya kompetensi mengembangkan energi angin, Menteri ESDM berharap ada investasi dari Denmark untuk mengembangkan EBT di Indonesia.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia bersama Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Denmark Lars Lokke Rasmussen selepas menandatangani nota kesepahaman mengenai pengembangan EBT dan konservasi energi di Jakarta, Senin (21/4). ValidNewsID/Yoseph Krishna
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah menandatangani nota kesepahaman bersama Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Denmark Lars Lokke Rasmussen terkait pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), serta konservasi energi.
Adapun penandatanganan itu menjadi amandemen ketiga dari kerja sama Indonesia-Denmark pada bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi (EBTKE).
"Kami sangat mengapresiasi selama kurang lebih 10 tahun Indonesia dan Denmark telah melakukan kerja sama, khususnya pengembangan energi, dan lebih khusus lagi energi baru dan terbarukan," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (21/4).
Baca Juga: Sebanyak 79% Pembangkit Listrik RI Bakal Berbasis EBT Pada Tahun 2060
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut pun ia akui sebagai bagian upaya pemerintah mencari investor untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan di tanah air.
Bahlil mengatakan Denmark menjadi salah satu negara yang punya kompetensi dalam pembangunan energi baru dan terbarukan, terutama terkait pemanfaatan energi angin.
"Mereka (Denmark) punya teknologi, punya pengalaman panjang, dan sekarang mereka mempunyai satu teknologi untuk menurunkan efisiensi terhadap pemakaian energi dan hal-hal lain. Saya pikir ada banyak hal dalam MoU ini," katanya.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, 60% pembangkit listrik di Indonesia direncanakan berbasis pada sumber energi bersih.
Hal tersebut pun menjadi peluang bagi investor dari Denmark untuk menanamkan modal mereka guna menyukseskan agenda transisi energi.
"Oh iya, kenapa tidak (undang investasi Denmark)? RUPTL kita di 2025-2034 itu kan 60% EBT dan banyaknya itu di angin, air, dan matahari. Saya pikir semua negara kita harus undang," tegas Menteri Bahlil.
Baca Juga: Pemerintah Yakini Investasi EBT Tak Redup Usai AS Cabut dari Paris Agreement
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut meyakini rencana 60% pembangkit berbasis EBT dalam RUPTL menjadi potensi besar bagi Indonesia dan Denmark untuk saling berkolaborasi.
Bahlil menyebut, Indonesia memiliki pasar EBT, sedangkan Denmark memiliki teknologi. Hal tersebut membuat kedua negara bisa membangun kerja sama yang saling menguntungkan.
"Kami punya market, kami butuh bapak-bapak pengusaha. Kami butuh kalian, kalian punya teknologi tapi kalian juga butuh kami karena kami punya market," tandas dia.