c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

01 September 2025

11:16 WIB

Bursa Minta Ditutup Sementara, Analis Saham: Investor Butuh Kepastian Stabilitas

Jika bursa tetap dipaksa buka, aksi jual berlebihan (panic selling) bisa semakin dalam dan merugikan banyak investor, terutama ritel.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p id="isPasted">Bursa Minta Ditutup Sementara, Analis Saham: Investor Butuh Kepastian Stabilitas</p>
<p id="isPasted">Bursa Minta Ditutup Sementara, Analis Saham: Investor Butuh Kepastian Stabilitas</p>

Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Antara Foto/Sulthony Hasanuddin

JAKARTA - Founder Stocknow Hendra Wardana mengatakan, di tengah situasi sosial-politik yang kian memanas, wacana penutupan sementara perdagangan bursa saham Indonesia layak dipertimbangkan.

Sebelumnya, pada Jumat (29/8), IHSG sempat anjlok hingga menyentuh level terendah 7.765 sebelum akhirnya ditutup melemah 1,53% di posisi 7.830. Koreksi tajam ini mencerminkan kepanikan pasar yang lebih dipicu faktor domestik ketimbang global.

"Investor menghadapi risiko kerugian bukan karena melemahnya fundamental ekonomi, tetapi akibat ketidakpastian politik yang semakin membesar. Jika bursa tetap dipaksa buka, aksi jual berlebihan (panic selling) bisa semakin dalam dan merugikan banyak investor, terutama ritel," kata Hendra dalam keterangan resmi yang dikutip Senin (1/9).

Menurutnya, mekanisme trading halt memang bisa menahan penurunan sejenak, tetapi belum cukup menenangkan pasar di tengah kondisi politik yang belum kondusif.

Baca Juga: IHSG Merah Di Tengah Ketidakstabilan Kondisi Geopolitik Nasional

"Menutup bursa sementara waktu justru memberi ruang bagi investor untuk bernapas, sekaligus mencegah kerugian lebih besar akibat kepanikan. Langkah serupa juga pernah diambil di berbagai negara saat menghadapi guncangan politik atau krisis keuangan," terang dia.

Hendra menekankan, masalah utama bukan sekadar teknis perdagangan, melainkan ketidakpastian kebijakan. Salah satu isu paling disorot adalah RUU Perampasan Aset yang sejak lama dijanjikan namun tak kunjung diselesaikan.

Alih-alih menuntaskan regulasi penting bagi pemberantasan korupsi dan kepastian hukum, kata Hendra, DPR justru ramai dengan pembahasan tunjangan fantastis yang melukai rasa keadilan masyarakat.

"Bagi pasar, hal ini menimbulkan kesan buruk: wakil rakyat lebih fokus pada kepentingan pribadi daripada memberikan arah kebijakan yang jelas," imbuhnya.

Secara teknikal, dia memperoyeksikan bila perdagangan tetap berlanjut, IHSG masih berpotensi kembali melemah menguji level psikologis 7.800.

Apabila level ini mampu dipertahankan, peluang rebound jangka pendek tetap terbuka. Namun, jika level 7.800 kembali tertembus, maka IHSG berisiko melanjutkan koreksi menuju support berikutnya di kisaran 7.648.

"Level ini akan menjadi penentu penting apakah pasar mampu bertahan atau justru semakin tertekan oleh aksi jual lanjutan. Dengan volatilitas yang tinggi, risiko bagi investor ritel semakin besar jika tidak ada jeda untuk menenangkan psikologis pasar," jelas dia.

Hendra menuturkan, penutupan bursa sementara bisa menjadi sinyal bahwa pemerintah serius menjaga stabilitas, sekaligus memberi waktu untuk meredam eskalasi politik dengan membuka dialog dan menuntaskan isu-isu fundamental seperti RUU Perampasan Aset.

Tanpa langkah ini, sambungnya, risiko capital outflow akan semakin besar, rupiah makin tertekan, dan investor asing melihat Indonesia sebagai negara dengan risiko politik tinggi.

"Bagi investor, penutupan bursa justru bisa menjadi bentuk perlindungan agar tidak terbawa arus emosi pasar. Dengan waktu jeda, mereka dapat mengevaluasi portofolio secara rasional, menimbang strategi, dan menunggu kepastian," katanya.

Ketika pasar kembali dibuka dalam suasana lebih kondusif, peluang technical rebound bisa lebih sehat karena didorong kepercayaan, bukan sekadar spekulasi sesaat.

Strategi Manajemen Risiko
Hendra kembali menegaskan bahwa menutup bursa bukan tanda kelemahan, melainkan strategi manajemen risiko yang bijak. Pasalnya, investor tidak hanya butuh akses perdagangan, tetapi juga kepastian stabilitas.

"Stabilitas itu hanya bisa hadir bila pemerintah berani menyelesaikan isu mendasar seperti RUU Perampasan Aset, serta sungguh-sungguh mendengar aspirasi rakyat di tengah kondisi ekonomi yang sedang sulit," pungkasnya.

Baca Juga: Pasar Cermati Kondisi Keamanan Dan Politik Domestik, IHSG Diprediksi Melemah

Mengutip RTI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari ini, Senin (1/8) langsung dibuka memerah. Pada pukul 09.03 WIB, IHSG melemah sebesar 250,88 poin atau 3,20% menjadi 7.579,61.

Hingga pukul 10.05 WIB, IHSG masih merah, melemah 2,16% atau 169,01 poin di posisi 7.661,48. Sebanyak 88 saham naik, 674 saham turun dan 41 tidak bergerak.

IHSG sempat menyentuh level tertinggi 7.694,09 dan terendah 7.547,56.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar