c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

12 September 2023

18:09 WIB

BTC Merosot Jelang Rilis Data Inflasi AS, Mampukah Rebound?

Selain menanti data inflasi AS, pelaku pasar termasuk investor BTC juga menantikan pertemuan kebijakan FOMC yang dijadwalkan 19-20 September mendatang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

BTC Merosot Jelang Rilis Data Inflasi AS, Mampukah <i>Rebound</i>?
BTC Merosot Jelang Rilis Data Inflasi AS, Mampukah <i>Rebound</i>?
Ilustrasi kripto. Shutterstock/Creativan

JAKARTA - Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha memperkirakan jika Bitcoin gagal bertahan di atas US$25.000, maka BTC berpotensi lanjut melemah ke area support yang berada di kisaran US$23.500 hingga US$24.000. Sementara itu, area resistance terdekat berada di US$26.800 dan selanjutnya di angka US$28.300.

Pasar aset kripto sendiri memulai minggu kedua bulan September dengan bertengger di zona merah, dipimpin oleh Bitcoin (BTC) yang sempat menembus di bawah support pada US$25,000 untuk pertama kalinya sejak 15 Juni. BTC bahkan sempat turun mencapai US$24.904 pada Senin malam (11/9).

Pada Selasa (12/9) per pukul 09.00 WIB pagi ini, Bitcoin kembali diperdagangkan di harga US$25.200 atau melemah sekitar 2,09% dalam 24 jam terakhir, sedangkan kapitalisasi pasar Bitcoin turun menjadi US$490 miliar. 

Adapun total kapitalisasi pasar aset kripto anjlok di bawah angka US$1 triliun, dan berada di kisaran US$989 miliar.

Tidak hanya BTC, mayoritas altcoin juga mengalami penurunan, termasuk Ethereum (ETH) turun sebesar 3,59% dalam 24 jam terakhir dan saat ini bertengger di harga US$1.555. 

Menurutnya ETH melemah meski telah mendapat sentimen positif sejak pekan lalu karena dua manajer investasi yaitu ARK Invest dan VanEck menggemparkan komunitas kripto dengan mengajukan berkas ETF Ethereum (ETH) spot pada Rabu (6/9).

Baca Juga: Analis: Bitcoin Alami Stagnasi Sejak Agustus Karena Hal Ini

“Selain secara historis bulan September Bitcoin yang cenderung melemah, salah satu penyebab aset kripto berada di zona merah didorong sikap pelaku pasar yang wait and see. Investor pekan ini menantikan rilis lebih banyak data inflasi AS untuk mendapatkan petunjuk mengenai kebijakan suku bunga yang akan datang,” kata Panji dalam pernyataan resmi, Selasa (12/9).

Sebagai informasi, data Inflasi AS untuk periode Agustus 2023 dijadwalkan rilis pada Rabu (13/9) pukul 19.30 WIB. Melansir trading economic, pada periode sebelumnya, tingkat inflasi dari sudut pandang konsumen atau indeks harga konsumen (IHK) tahunan di AS meningkat menjadi 3,2% pada Juli 2023 dari 3% pada bulan Juni. Namun, angka ini masih di bawah perkiraan sebesar 3,3%.

Saat ini, tingkat inflasi AS periode Agustus diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (yoy). Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy. 

Bangun Portofolio
Panji mengatakan apabila inflasi tahunan naik sesuai perkiraan ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% yoy pada Juni lalu. 

Kenaikan juga akan memperlebar jarak dengan target inflasi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.

Sehari setelahnya, pada Kamis (14/9) tingkat inflasi dari sudut pandang produsen atau indeks harga produsen (IHP) akan dirilis dengan perkiraan IHK tahunan bulan Agustus naik menjadi 1,20% yoy, lebih tinggi dari periode Juli di angka 9,80% yoy.

Selain itu menurut Panji, hasil data inflasi pekan ini tentunya akan berdampak ke pasar kripto. Jika hasilnya di atas ekspektasi maka akan berdampak negatif ke aset kripto. Apabila sesuai atau lebih rendah dari perkiraan pasar, setidaknya mampu menjaga Bitcoin untuk tidak turun lebih rendah dari harga saat ini. 

Baca Juga: Bursa Kripto Resmi Beroperasi, Ini Kata Tokocrypto

"Selain data inflasi, kebijakan terkait suku bunga AS masih akan menjadi faktor penggerak harga aset kripto kedepannya karena akan menentukan keputusan investor saat berinvestasi," jelasnya.

Adapun, pelaku pasar juga menantikan pertemuan kebijakan FOMC yang dijadwalkan 19-20 September mendatang. CME FedWatch Tool menunjukan peluang sebesar 93% bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya di angka 5,25%- 5,50% pada pertemuan tersebut.

Panji menuturkan pelemahan yang terjadi di pasar kripto saat ini memang diakibatkan berbagai faktor. Selain, data yang menunjukkan pasar aset kripto di September yang cenderung negatif dan didukung dari kekhawatiran investor terhadap inflasi dan suku bunga Amerika Serikat menyebabkan investor mengambil sikap risk-off sementara terhadap aset berisiko.  

"Namun, momentum seperti ini bisa menjadi saat yang tepat bagi investor jangka panjang untuk membangun portofolio di aset kripto,” kata Panji. 

Analisis Teknikal Bitcoin & Ethereum Minggu ini
BTC/USDT
Support: US$25.000
Resistance: US$26.800

Senin malam (11/9) BTC sempat anjlok ke harga US$24.904 dan Selasa (12/9) pukul 09:00 WIB BTC bertengger di US$25.200. BTC melemah sebesar 2,09% 24 jam terakhir. 

BTC saat ini berupaya bertahan di atas level psikologis support US$25.000, namun jika kembali breakdown di bawah US$25.000 maka berpotensi akan menuju US$23.500 - US$24.000. Indikator Stochastic bergerak turun menuju area oversold dan MACD histogram bar dalam momentum bullish terbatas.

ETH/USDT
Support : US$1.550
Resistance : US$1.630

Selasa (12/9) pukul 09:00 WIB ETH melemah sebesar 3,59% bertengger harga US$1.555. ETH. Setelah mencapai all time high tahun 2023 di harga US$2.140, ETH bergerak downtrend hingga saat ini berada tepat area support trendline. 

Dalam pergerakan sebelumnya, ETH mampu rebound di area support trendline-nya. Jika ETH mampu bertahan di atas harga US$1.550 maka berpotensi untuk rebound dan lanjut menguat menuju resistance terdekat di US$1.630. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar