05 Oktober 2022
14:11 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
MALANG - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) bersama dengan BSI Maslahat dan LAZISNU menyalurkan bantuan kepada keluarga korban peristiwa Kanjuruhan Malang. Kegiatan ini dilakukan di posko bantuan korban kanjuruhan baik di Kabupaten maupun Kota Malang.
Deputy Funding & Transaction BSI Region Office 8 Surabaya, Asep Saifudin Suria Hidayat menyatakan turut berduka cita atas musibah yang dialami.
“Kami berharap dengan sinergi bantuan ini menjadi dorongan semangat dan moril kepedulian Bank Syariah Indonesia," ujar Asep dalam keterangan resmi yang diterima Validnews, Rabu (5/10).
Menurut Asep, hal ini sejalan dengan nilai-nilai syariah/maqashid syariah yang diterapkan BSI dan juga menjadi kewajiban Bank Syariah untuk turut menjaga keturunan.
Salah satunya melalui penyaluran CSR dengan memberikan kontribusi bagi keberlangsungan dan keberlanjutan keluarga korban.
Manager Unit Representative Office 6 (URO 6) Surabaya BSI Maslahat, Zaini Syam menambahkan, bantuan ini diharapkan bisa membantu korban insiden Kanjuruhan Malang.
“Diharapkan keluarga korban bisa lebih tegar dan semangat,” kata Zaini.
Dalam penyerahan bantuan duka cita Sepak Bola Indonesia sebesar Rp100 juta di Kanjuruhan Malang, dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf; Komisaris Independen BSI, Arief Rosyid Hasan; Wakil Ketua LAZISNU, Qohari Cholil; Deputy Funding & Transaction BSI Region Office 8 Surabaya, Asep Saifudin Suria Hidayat; serta Area dan Branch Manager Malang.
Selain itu, BSI bersama BSI Maslahat mengajak semua pihak untuk dapat memberikan dukungan trauma healing bagi para keluarga korban. Hal ini bertujuan untuk memberikan pendampingan moril, spiritual dan sosial bagi para keluarga sehingga dapat mengobati trauma akan kejadian tersebut.
131 Orang Meninggal
Terkait jumlah korban meninggal tragedi Kanjuruhan, dikutip dari Antara, tercatat ada sebanyak 131 orang. Jumlah tersebut diperoleh setelah dilakukan verifikasi dan pengecekan bersama Dinas Kesehatan, Tim DVI dan direktur rumah sakit.
“Jadi data korban meninggal 131 orang,” kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo, Rabu (5/10).
Dedi mengatakan, terjadi selisih data korban meninggal karena Tim DVI bersama Dinas Kesehatan awalnya mendata korban yang dibawa ke rumah sakit saja. Setelah dilakukan pencocokan data, diketahui ada 12 korban meninggal tidak di fasilitas kesehatan.
Adapun, rincian jumlah korban meninggal terdata sebanyak 44 orang di tiga rumah sakit pemerintah. Yakni, RSUD Kanjuruhan sebanyak 21 orang, RS Bhayangkara Hasta Brata Batu sebanyak dua orang, dan RSU dr Saiful Anwar Malang sebanyak 20 orang.
Kemudian, sebanyak 75 korban meninggal dunia terdata di tujuh rumah sakit swasta. Yakni, RSUD Gondanglegi sebanyak 4 orang, RS Wafa Husada sebanyak 53 orang, RS Teja Husada sebanyak 13 orang, RS Hasta Husada sebanyak 3 orang, RS Ben Mari sebanyak 1 orang, RST Soepraoen sebanyak 1 orang, dan RS Salsabila sebanyak 1 orang.
“Non faskes penyebab selisihnya setelah semalam dilakukan pencocokan data bersama dinas kesehatan, Tim DVI, dan direktur rumah sakit,” ungkap Dedi.
Lalu, sebanyak 12 orang korban meninggal dunia di luar fasilitas kesehatan.
Hingga hari ini, Polri telah memeriksa sebanyak 29 orang saksi terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan. Dari 29 orang tersebut, 23 orang di antaranya anggota Polri dan enam orang lainnya merupakan saksi-saksi di lokasi kejadian.
Selain itu, Tim Labfor Polri juga masih mendalami enam titik lokasi CCTV yang tersebar di pintu 3, 9, 10, 11, 12 dan 13. Kemudian dilakukan pemeriksaan tetesan darah secara laboratoris pada pintu 11 sampai dengan 13.
Terkait kasus ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan bisa menuntaskan tugas mereka dalam kurun waktu kurang dari satu bulan untuk menelusuri insiden mematikan yang terjadi setelah pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) pekan lalu.