c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

11 Mei 2024

13:03 WIB

BRIN Dalami Software Pengoperasian Reaktor Nuklir Untuk PLTN

Software pendukung SMR tipe HTGR untuk PLTN di Indonesia dibuat oleh rekanan NuScale Power di Rumania

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">BRIN Dalami Software Pengoperasian Reaktor Nuklir Untuk PLTN</p>
<p id="isPasted">BRIN Dalami Software Pengoperasian Reaktor Nuklir Untuk PLTN</p>

Ilustrasi - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). (ANTARA/HO-Istimewa/pri.)

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mempelajari teknologi pengoperasian reaktor teranyar bernama RELAP/SCDAPSIM. Hal ini dalam rangkaian pengembangan Small Modular Reactor (SMR) tipe High Temperature Gas-Cool Reactor (HTGR) untuk sumber daya nuklir di Indonesia.

Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Mohammad Dhandang Purwadi menjelaskan pendalaman software RELAP/SCDAPSIM buatan Innovative Systems Software itu jadi bagian riset pengembangan nuklir sebagai salah satu sumber energi di tanah air.

"Selain itu, Innovative Systems Software juga punya proyek bersama NuScale Power di Rumania, sehingga kita bisa belajar banyak dari sini," ucap Dhandang lewat keterangan tertulis, Sabtu (11/5).

Baca Juga: Luhut Dapat Tugas Pimpin Percepatan Pembangunan PLTN

Sebelumnya, BRIN menyebut pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) direncanakan dimulai pada 2030. Pembangunan PLTN tersebut bisa menggunakan dua tipe, kapasitas kecil 100-200 megawatt yang ditujukan untuk daerah berpenduduk sedikit, atau kapasitas besar hingga 1.000 megawatt untuk wilayah perkotaan.

Sekadar informasi, pembangunan reaktor nuklir butuh persyaratan keselamatan yang tinggi dan sangat ketat, baik secara teknis maupun administratif.

Dhandang menambahkan, persyaratan itu melingkupi tahap desain, pembangunan, operasi, sampai ke pascaoperasi atau decommissioning, yakni ketika reaktor sudah tidak dioperasikan lagi.

"Kita juga sedang mengembangkan HTGR. Semoga software ini dapat kita extend. Tidak hanya untuk NuScale type reactor, tapi juga untuk reaktor HTGR yang akan kita kembangkan. Mudah-mudahan kegiatan ini dapat menginisiasi kerja sama internasional yang baik," kata dia.

Mengingat tingginya bahaya pengembangan nuklir, pengoperasian reaktor harus dilakukan secara aman dan andal dengan menerapkan persyaratan yang ketat dalam desain sistem, mutu sistem, hingga kualifikasi personel.

Desain dari reaktor harus menjamin sistem pengoperasian, sistem kendali, serta sistem pemantau mampu membatasi segala bentuk gangguan atau kegagalan operasi, serta mengambil tindakan untuk mencegah kecelakaan lebih lanjut.

RELAP/SCDAPSIM sendiri merupakan kode analisis sistem reaktor terperinci dengan opsi khusus yang dikembangkan bagi pengguna. Hal itu diungkapkan General Manager Innovative Systems Software Chris M. Allison.

"Software RELAP/SCDAPSIM difokuskan secara khusus pada pengembangan opsi pemodelan tingkat lanjut untuk sistem fluida dan reaktor tingkat lanjut, baik pada kondisi normal dan kecelakaan," sebutnya.

Baca Juga: Upaya Pengembangan Energi Nuklir Nasional, Dulu Hingga Kini

Dia mengakui pengoperasian PLTN semakin menghadapi banyak tantangan pascainvasi Rusia ke Ukraina, serta insiden Fukushima Daiichi yang terjadi lebih dari sedekade silam.

Karena itu, Innovative Systems Software ia katakan telah menggandeng Oleksandr Mazurok dari Energy Safety Group di Ukraina untuk mengembangkan strategi manajemen kecelakaan dalam pengoperasian PLTN.

"Kami juga mewujudkan model dan korelasi yang diakui secara internasional tentang analisis dan simulasi perilaku kecelakaan pada reaktor, mendesain dan menganalisis semua perilaku kecelakaan, mengevaluasi kecelakaan reaktor Three Mile Island-2 (TMI-2), pemeriksaan teras reaktor, serta penilaian kerusakan teras reaktor Fukushima Daiichi," jabar Allison.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar