03 Oktober 2022
15:32 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi September 2022 sebesar 5,95% secara tahunan (year on year/yoy). Kenaikan inflasi pada bulan laporan dikarenakan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, secara historis efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap inflasi hanya dua bulan. Namun, bulan ketiga efek inflasi yang disebabkan kenaikan harga BBM sudah kembali melandai.
“Secara historis, maksimum dua bulan. Bulan sekarang dan bulan berikutnya. Bulan berikutnya sudah melandai. Tapi itu secara historis, tapi ke depan seperti apa nanti tergantung bagaimana rilis di tahun berikutnya,” katanya dalam Rilis BPS, Jakarta, Senin (3/10).
Margo juga menjelaskan, komponen komoditas harga diatur pemerintah (administered price) memberikan andil terbesar inflasi pada September 2022 dengan andil 2,35% yoy. Inflasi harga yang diatur pemerintah pada September 2022 menjadi 13,28% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 6,84% yoy.
Sementara itu, inflasi harga bergejolak terjadi inflasi 9,02% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 8,93% yoy. Andil inflasi harga bergejolak pada September 2022 sebesar 1,49% yoy.
Sementara itu, inflasi inti September 2022 juga naik tipis menjadi 3,21% yoy dengan andil terhadap inflasi 2,11% yoy.
“Pendorong utama inflasi September adalah komponen harga diatur pemerintah. Inflasi komponen harga diatur pemerintah pada September utamanya didorong oleh kenaikan tarif angkutan pasca penyesuaian harga BBM,” ucap Margo.
Secara rinci, inflasi komoditas pada harga diatur pemerintah cenderung mengalami peningkatan. Misalnya saja, bensin yang memberikan andil inflasi 1,13% yoy.
Kemudian, tarif angkutan dalam kota 0,10% yoy; angkutan udara 0,39% yoy; bahan bakar rumah tangga 0,30% yoy; solar 0,04% yoy; tarif angkutan antar kota 0,03% yoy; tarif kendaraan roda dua online 0,03% yoy; dan tarif kendaraan roda empat online 0,02% yoy.
Lebih lanjut, Margo menjelaskan inflasi energi pada September 2022 mencapai 16,48% yoy dengan andil terhadap inflasi sebesar 1,51% yoy.
Sementara, inflasi bahan makanan menjadi 8,69% yoy setelah sebelumnya sempat turun di 8,55% yoy.
“Komponen energi mengalami lonjakan inflasi yang besar pada September. Tingginya tekanan inflasi pada komponen energi didorong kenaikan harga bensin dan solar pasca penyesuaian harga BBM,” ujar Margo.
Bahan Makanan Bergerak Naik
Margo mengatakan, di tengah kenaikan harga BBM, beberapa komoditas bahan makanan yang bergejolak mengalami inflasi pada September 2022.
Misalnya saja cabai merah yang mengalami inflasi 148,66% yoy memberi andil 0,36% yoy; telur ayam ras inflasi 31,28% yoy dengan andil inflasi 0,19% yoy; dan minyak goreng inflasi 14,43% yoy dengan andil inflasi 0,14% yoy.
Selanjutnya, cabai rawit inflasi 75,36% yoy dengan andil inflasi 0,10% yoy; beras inflasi 2,56% yoy dengan andil inflasi 0,08% yoy; daging ayam ras inflasi 5,61% yoy dengan andil inflasi 0,07% yoy; dan bawang merah inflasi 20,31% yoy dan andil inflasi 0,07% yoy.
“Ini penting untuk dikendalikan perkembangan harganya,” kata Margo.
Seperti diketahui, BPS mencatat inflasi September 2022 sebesar 5,95% yoy. Inflasi ini menjadi yang tertinggi secara tahunan sejak Oktober 2015 yang saat itu inflasi mencapai 6,25% yoy.