c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 November 2022

14:21 WIB

BPS: Neraca Dagang Oktober 2022 Surplus US$5,67 Miliar

Surplus neraca perdagangan pada Oktober 2022 merupakan surplus ke 30 bulan secara beruntun.

Editor: Fin Harini

BPS: Neraca Dagang Oktober 2022 Surplus US$5,67 Miliar
BPS: Neraca Dagang Oktober 2022 Surplus US$5,67 Miliar
Ilustrasi. Suasana aktivitas bongkar muat kontainer di PT Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Didik Suhartono

JAKARTA – Neraca Perdagangan Indonesia Oktober surplus US$5,67 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapan surplus neraca perdagangan ini sudah 30 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

“Neraca perdagangan Oktober 2022 ini mencatat surplus sebesar US$5,67 miliar,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam Konferensi Pers Rilis BPS, Jakarta, Selasa (15/11/2022).

BPS menyatakan surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor non-migas sebenarnya lebih tinggi, yakni US$7,66 miliar, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas US$1,99 miliar.

Surplus neraca perdagangan non-migas utamanya disumbangkan bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72). 

Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas disumbangkan minyak mentah dan hasil minyak.

Setianto mengungkapkan, ada tiga negara menyumbang surplus neraca dagang terbesar. Pertama, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan India sebesar US$1,69 miliar dengan komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral (HS 27) US$865 juta, lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) US$575,1 juta, serta besi dan baja (HS 72) US$168,8 juta.

Kedua, Indonesia juga mengalami surplus neraca perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar US$1,28 miliar, dengan komoditas penyumbang surplus di antaranya mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya US$327,5 juta, lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) US$209,1 juta, serta alas kaki (HS 64) US$180,8 juta.

Ketiga, Indonesia juga mengalami surplus neraca perdagangan dengan China sebesar US$1,04 miliar dengan komoditas penyumbang surplus yaitu bahan bakar mineral (HS 27) US$1,59 miliar, dan besi dan baja (HS 72) US$1,45 miliar, serta lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) US$913,6 juta.

Baca Juga: Tahun Ini, Surplus Dagang Indonesia Diproyeksi Capai US$60 Miliar

Di sisi lain, Indonesia juga mengalami defisit dengan beberapa negara. Di antaranya dengan Australia sebesar US$533,8 juta dengan komoditas penyumbang defisit di antaranya serealia (HS 10) US$205,0 juta, bahan bakar mineral (HS 27) US$127,4 juta, dan binatang hidup (HS 01) US$62,6 juta.

Neraca dagang Indonesia juga defisit dengan Brasil sebesar US$314,0 juta dengan penyumbang defisit terbesar ampas dan sisa industri makanan (HS 23) US$212,6 juta, gula dan kembang gula (HS 23) US$77,8 juta, dan daging hewan (HS 02) US$ 31,4 juta.

Selain itu, Indonesia juga mengalami defisit neraca perdagangan dengan Korea Selatan sebesar US$183,9 juta, dengan komoditas penyumbang defisit terbesar antara lain mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) US$117,4 juta, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) US$116,2 juta, dan besi dan baja (HS 72) US$90,5 juta.

Dengan begitu, neraca perdagangan barang Januari-Oktober 2022 masih mencatatkan surplus US$45,52 miliar atau tumbuh 47,32% secara tahunan (year on year/yoy).

“Jadi surplus neraca perdagangan barang pada periode Januari sampai dengan Oktober 2022 ini sudah lebih besar daripada total surplus neraca perdagangan sepanjang 2021,” kata Setianto.

Ekspor Terus Meningkat
Setianto menuturkan, ekspor Indonesia pada Oktober 2022 naik 0,13% secara bulanan (month to month/mtm) yaitu dari US$24,77 miliar menjadi US$24,80 miliar. Sementara jika dibanding Oktober 2021, ekspor naik 12,30% yoy.

Peningkatan ekspor Oktober 2022 dibanding September 2022 disebabkan oleh tumbuhnya ekspor migas 4,93% mtm, yaitu dari US$1,31 miliar menjadi US$1,37 miliar. 

Sementara itu, ekspor non-migas turun 0,14% mtm dari US$23,46 miliar menjadi US$23,43 miliar.

Peningkatan ekspor migas disebabkan oleh naiknya ekspor hasil minyak 9,02% menjadi US$324,6 juta dan gas 8,34% menjadi US$921,2 juta, sedangkan ekspor minyak mentah turun 20,43% menjadi US$129,3 juta. 

“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari-Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar atau naik 30,97% yoy, sementara ekspor kumulatif non-migas mencapai US$230,62 miliar atau naik 30,61%,” ucap Setianto.

Baca Juga: Presiden Harap TEI 2022 Dorong Surplus Neraca Perdagangan

Dia mengungkapkan, peningkatan terbesar ekspor non-migas Oktober 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$437,1 juta, naik 14,38% yoy. 

Sementara itu, penurunan terbesar terjadi pada bijih logam, terak, dan abu sebesar US$407,7 juta, turun 38,57% yoy.

Jika dilihat secara sektor, ekspor non-migas hasil industri pengolahan Januari-Oktober 2022 naik 20,40% yoy. Lalu, ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 14,17% yoy, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 82,68% yoy.

Sedangkan berdasarkan negara tujuan, ekspor non-migas Oktober 2022 terbesar adalah ke China yaitu US$6,25 miliar, disusul India US$2,12 miliar dan Amerika Serikat US$2,07 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 44,51%. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,23 miliar dan US$1,81 miliar.

Impor US$19,13 Miliar
Setianto menuturkan, nilai impor Indonesia Oktober 2022 mencapai US$19,13 miliar, turun 3,40% mtm atau naik 17,44 yoy.

“Impor migas Oktober 2022 senilai US$3,36 miliar, turun 1,81% dibandingkan September 2022 atau naik 77,23% dibandingkan Oktober 2021,” ucap Setianto.

Dia juga menguraikan, impor non-migas Oktober 2022 senilai US$15,77 miliar, turun 3,73% mtm atau naik 9,56% yoy.

Penurunan impor golongan barang non-migas terbesar Oktober 2022 adalah logam mulia dan perhiasan/permata US$196,0 juta, turun 35,97% mtm. "Sedangkan peningkatan terbesar adalah pupuk US$114,8 juta, naik 48,80% mtm," imbuhnya.

Adapun tiga negara pemasok barang impor non-migas terbesar selama Januari–Oktober 2022 adalah China US$55,49 miliar (33,79%), Jepang US$14,14 miliar (8,61%), dan Thailand US$9,25 miliar (5,63%). Impor non-migas dari ASEAN US$27,81 miliar (16,94%) dan Uni Eropa US$9,44 miliar (5,75%).

Sementara, menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Oktober 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$657,7 juta, naik 4,19% yoy, bahan baku/penolong US$35.339,7 juta, naik 30,10% yoy, dan barang modal US$7.114,7 juta, naik 31,77%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar