c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

30 Januari 2023

18:52 WIB

BPS: Laju Migrasi Penduduk Ke Luar Jawa Naik Tiga Kali Lipat

BPS menyebut, keberadaan Ibu Kota Negara menjadi daya tarik baru laju migrasi penduduk di masa depan.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

BPS: Laju Migrasi Penduduk Ke Luar Jawa Naik Tiga Kali Lipat
BPS: Laju Migrasi Penduduk Ke Luar Jawa Naik Tiga Kali Lipat
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono di Jakarta, Senin (30/1), menyebut, migrasi penduduk menuju Kalimantan cukup tinggi karena daya tarik ekonomi. ValidnewsID/Khairul Kahfi

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi peningkatan lebih dari tiga kali lipat pada volume arus migrasi penduduk masuk ke Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan pulau lainnya selama lima dekade terakhir. Tujuan migrasi semakin menyebar ke luar Jawa-Sumatra, khususnya ke Kalimantan.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono mengatakan, secara umum, kondisi ini mengindikasikan konvergensi atau titik temu wilayah antarpulau. Lebih lanjut, migrasi menuju Kalimantan yang cukup tinggi terjadi karena daya tarik sektor perkebunan hingga pertambangan yang cukup banyak di wilayah tersebut.

“Ke depan, IKN (Ibu Kota Negara) juga (migrasi) diarahkan ke sana. Jadi otomatis kalau di satu wilayah itu ada ‘gula’, nanti mereka akan migrasi ke sana,” sebutnya usai memaparkan ‘Hasil Long Form SP2020 untuk Indonesia Emas 2045’, Jakarta, Senin (30/1).

Dalam paparannya, Ateng menyebut, upaya redistribusi penduduk khususya ke kawasan timur Indonesia masih perlu didorong. Yakni, dengan cara meningkatkan konektivitas dan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan baru untuk mendorong pemerataan antarwilayah. 

“Namun, keseimbangannya tetap perlu dijaga,” sebutnya.

Baca Juga: Menimbang Prasarana Calon Pengganti Jakarta

Sementara itu, laju migrasi penduduk menuju Pulau Jawa cenderung melambat dibandingkan dengan laju migrasi ke Kalimantan. Ketika ditanya mengenai proyeksi dan potensi kenaikan laju migrasi tersebut, Ateng menjawab, akan bergantung pada kebijakan yang menyertai.

Menurutnya, kebijakan pembangunan di wilayah tersebut bakal jadi magnet laju migrasi masyarakat dari wilayah lain. Terutama terkait dengan peluang ketenagakerjaan yang mampu meningkatkan laju migrasi tersebut.

Ia pun mengambil contoh keputusan pemerintah yang menghadirkan Badan Otorita Batam beberapa puluh tahun lalu. Sebagai informasi, Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres 74/1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam Menjadi Daerah Industri, hal ini jadi cikal-bakal munculnya Otorita Batam yang kemudian diresmikan melalui Keppres 41/1973. 

“Zaman dulu kan ada Badan Otorita Batam. Ketika otorita Batam dibangun, maka banyak anak muda migrasi ke sana dan bekerja di industrinya. Begitu pola migrasinya,” terangnya.

Sekali lagi, ia berharap, keberadaan IKN kurang lebihnya akan mengekor kesuksesan Badan Otorita Batam sebelumnya. Dengan demikian, daya tarik yang disebutkan di atas akan menjadi pendorong laju migrasi ke Kalimantan.

“IKN itu kan bukan hanya ibu kotanya saja tapi ada pariwisata, faktor ekonomi, dan lainnya akan dikembangkan di sana,” ungkapnya. 

Hasil Survei Migrasi Penduduk
Hasil Long Form Sensus Penduduk (SP) 2020 menunjukkan, angka migrasi seumur hidup antarprovinsi secara nasional mengalami peningkatan sebesar dua kali lipat dalam lima dekade terakhir. Sebagai perbandingan, pada SP1971, angka migrasi seumur hidup antarprovinsi mencapai 4,90%; artinya sekitar 5 dari 100 penduduk Indonesia tinggal di luar provinsi tempat kelahirannya. 

Sementara, angka migrasi seumur hidup antarprovinsi hasil Long Form SP2020 mencapai 9,83%. Dengan kata lain, sekitar 10 dari 100 penduduk Indonesia tinggal di luar provinsi tempat kelahirannya.

Adapun, pada 2022, terdapat sekitar 27 juta penduduk yang merupakan migran seumur hidup antarprovinsi. Secara nasional, wilayah yang menjadi tujuan utama migrasi seumur hidup berada di bagian barat dari Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. 

Sementara itu, Provinsi Jawa Tengah menjadi daerah dengan kontribusi asal migran seumur hidup terbesar di Indonesia, diikuti oleh Jawa Timur dan DKI Jakarta.

Baca juga: Agar Ekonomi Tak Sekadar Tumbuh

Meskipun besaran migrasi masuk dan keluar provinsi–provinsi di Pulau Jawa masih cukup dominan, namun hasil Long Form SP2020 juga menunjukkan bahwa terjadinya proses redistribusi arus migrasi yang semakin menyebar. 

Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi migrasi masuk seumur hidup menuju ke wilayah selain Pulau Jawa yang mencapai 49,98%. Sementara itu arus migrasi seumur hidup keluar dari Pulau Jawa yang mencapai 61,25% menunjukkan, bahwa 3 dari 5 kejadian migrasi keluar seumur hidup yang terjadi di Indonesia mengarah keluar dari Pulau Jawa.

Hasil Long Form SP2020 juga menunjukkan, Kepulauan Riau (39,77%), Kalimantan Utara (32,22%) dan DKI Jakarta (31,18%) merupakan tiga provinsi yang memiliki proporsi penduduk berstatus migran atau angka migrasi masuk seumur hidup terbesar. 

Selain memiliki angka migrasi masuk seumur hidup yang tinggi, Provinsi DKI Jakarta juga merupakan salah satu pengirim migran seumur hidup terbesar (29,39%). Dua wilayah lain yang memiliki angka migrasi keluar seumur hidup terbesar lainnya yaitu Provinsi DI Yogyakarta (20,17%) dan Sumatera Barat (15,77%).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar