c

Selamat

Jumat, 5 Juli 2024

EKONOMI

15 Desember 2022

18:22 WIB

BPS: Januari–November, Impor Gandum Indonesia 8,43 Juta Ton

BPS mencatat, volume impor gandum lebih tinggi dibandingkan volume impor komoditas pangan lainnya.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

BPS: Januari–November, Impor Gandum Indonesia 8,43 Juta Ton
BPS: Januari–November, Impor Gandum Indonesia 8,43 Juta Ton
Tepung terigu, terbuat dari biji gandum yang digiling hingga menjadi bubuk halus berwarna putih. Shutterstock/dok

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Januari-November 2022, Indonesia telah mengimpor sebanyak 8,43 juta ton gandum. Dibandingkan volume impor komoditas pangan strategis lainnya, volume impor gandum Indonesia menjadi yang terbesar.

“Hingga November 2022, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kita perlu mengimpor beberapa komoditas pangan strategis, seperti gandum, kedelai, beras, bawang putih, dan daging jenis lembu,” sebut Deputi Statistik Produksi BPS M Habibullah di Jakarta, Kamis (15/12).

Terhitung sejak 2018-2021, importasi gandum secara beruntun berkisar 10,08 juta ton; 10,66 juta ton; 10,28 juta ton; dan 11,17 juta ton.

Untuk kedelai, selama tahun berjalan Januari-November 2022, Indonesia telah mengimpor sebanyak 2,15 juta ton. 

Jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya (2018-2021), impor kedelai Indonesia secara berurutan adalah 2,58 juta ton; 2,66 juta ton; 2,47 juta ton; dan 2,48 juta ton.

Untuk bawang putih, Indonesia mengimpor sebanyak sekitar 486,1 ribu ton selama Januari-November 2022. BPS melaporkan, importasi bawang sepanjang 2018-2021 mengalami fluktuasi atau naik turun, mulai dari 587,9 ribu ton; menurun jadi 472,9 ribu ton; naik signifikan ke 594,1 ribu ton; dan naik tipis menjadi 610,3 ribu ton.

Untuk daging jenis lembu, Indonesia telah mengimpor sebanyak 214,2 ribu ton selama tahun berjalan. 

Adapun tren impor komoditas ini selama 2018-2021, secara beruntun bergerak di kisaran 160,6 ribu ton; naik menjadi 197,3 ribu ton; turun jadi 167,1 ribu ton; dan naik tinggi ke 211,4 ribu ton.

Beras Patahan
Sementara itu, untuk beras, pada Januari-November 2022 Indonesia mengimpor sebanyak 326,45 ribu ton. Impor beras yang dilakukan Indonesia didominasi beras jenis "broken rice" atau beras hancur sebanyak 284,50 ribu ton. 

Jumlah tersebut setara dengan 87,15% dari total impor beras yang dilakukan sepanjang Januari-November 2022.

“Didominasi oleh broken rice, other than of a kind used for animal feed dengan kode HS 10064090," imbuhnya.

Sebagai informasi, Badan Karantina Pertanian Kementan menyebutkan, beras menir atau broken rice biasanya bermanfaat dan digunakan sebagai campuran pakan ternak. Serta bisa menjadi tepung beras menir dan bahan baku beras analog.

BPS sendiri menggolongkan beras ke beberapa kualitas. Tertinggi, kualitas beras masuk ke dalam kategori beras premium dengan ketentuan kadar patah (broken) maksimum 10%. 

Selanjutnya, ada beras kualitas medium yang memiliki kualitas beras dengan kadar patah (broken) berkisar 10,1-20%.
 
Selanjutnya, beras kualitas rendah adalah beras yang memiliki kadar patah (broken) sebesar 20,1-25%. Adapun butir beras patah/pecah (broken) adalah butir beras baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar dari 0,25 bagian sampai dengan lebih kecil 0,75 bagian dari butir beras utuh.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar