30 Agustus 2023
20:20 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan ada peluang bagi Pertashop untuk menjual Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite.
"Kami memang sudah melakukan pembahasan ini, tadi pagi pun ada pembahasan juga dengan BPH Migas," sebut Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (30/8).
Perusahaan pelat merah itu pun tengah melakukan kajian mendalam soal opsi penjualan Pertalite oleh Pertashop. Pasalnya, penjualan JBKP perlu infrastruktur yang memadai sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap auditor negara.
Dia mencontohkan saat ini seluruh SPBU milik Pertamina sudah terdigitalisasi, terpasang CCTV, hingga penggunaan automatic tank gauge. Teknologi-teknologi tersebut ia katakan harus terdapat di Pertashop sebelum mulai menjual Pertalite.
"Ini sifatnya tidak mandatori. Kami akan twarkan kepada Pertashop setelah keputusan dari BPH Migas ini go, tentu kita buka, silakan Pertashop jual Pertalite," tuturnya.
Namun demikian, Pertashop harus menerima konsekuensi bahwa penjualan Pertalite dilakukan dengan margin yang jauh lebih rendah. Nicke menuturkan margin penjualan JBKP hanya sekitar 40% dari margin penjualan Pertamax mengingat Pertalite merupakan produk subsidi.
Baca Juga: Ke DPR, Pengusaha Pertashop Keluhkan Tumpang Tindih Aturan dan IMB
Artinya, margin penjualan Pertalite dipatok langsung oleh pemerintah. Pertashop pun harus mendapatkan penjualan 3,5 kali lipat Pertamax apabila ingin mendapatkan profit margin dari Pertalite.
"Dalam hitungan kami, 3,5 kali lipat dibandingkan kalau jual Pertamax, itu untuk mendapatkan level margin profit yang sama. Dan tentu saja, ditambah infrastruktur yang memadai," kata Nicke.
Pada dasarnya, Pertamina terbuka untuk opsi penjualan Pertalite oleh Pertashop. Dia memperkirakan keputusan akan ditetapkan pada triwulan IV tahun ini.
"Nanti targetnya triwulan IV, jadi itu sangat terbuka," tandas Nicke Widyawati.
Asal tahu saja, Pertashop terdiri atas tiga jenis, yakni Gold, Platinum, dan Diamond. Untuk Pertashop Gold, pengusaha harus membeli paket seharga Rp250 juta dengan margin penjualan Rp850 per liter, Pertashop Platinum Rp417 juta dengan margin Rp600 per liter, dan Pertashop Diamond sekitar Rp570 juta dengan margin Rp435 per liter.
Baca Juga: Pengamat Nilai Bisnis Pertashop Harus Ditata Ulang
Ketua Umum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) Gunadi Broto Sudarmo merinci total keseluruhan modal untuk Pertashop yang kelas Gold saja dibutuhkan sekitar Rp600 juta yang notabene bukan modal sendiri, tapi dengan memanfaatkan fasilitas KUR dari HIMBARA ataupun BUMD.
Gunadi beberapa waktu lalu pun telah menyambangi Komisi VII DPR dan menyampaikan keluh kesah seputar kerugian yang dialami pemilik atau pengusaha Pertashop. Kerugian itu pertama kali disebabkan perang antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada disparitas Pertamax dan Pertalite karena melonjaknya harga minyak mentah dunia.
Dengan disparitaas harga itu, omzet pengusaha Pertashop di Jawa Tengah dan DIY ia katakan anjlok hingga 90%. Sekitar 201 dari 448 Pertashop di dua wilayah itu pun terpaksa menelan pil pahit.
"Pertashop yang tutup juga merasa terancam untuk disita asetnya karena tidak sanggup untuk angsuran bulanan ke bank yang bersangkutan," pungkas Gunadi.