c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

05 Desember 2022

12:26 WIB

Bos BI Ungkap Alasan Diterbitkannya Rupiah Digital

Ada tiga alasan mengapa BI menerbitkan Rupiah Digital, salah satunya, berhubungan dengan generasi milenial.

Editor: Fin Harini

Bos BI Ungkap Alasan Diterbitkannya Rupiah Digital
Bos BI Ungkap Alasan Diterbitkannya Rupiah Digital
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) resmi mengeluarkan peta jalan Rupiah Digital. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan ada beberapa alasan diluncurkannya Rupiah Digital ini.

“Ada tiga hal penting kenapa Bank Indonesia mengeluarkan Rupiah Digital,” katanya dalam Talkshow Rangkaian Birama: Meniti Jalan Menuju Rupiah Digital, Jakarta, Senin (5/12).

Alasan pertama adalah karena BI adalah salah satunya lembaga negara sesuai undang-undang yang berwenang mengeluarkan mata uang digital di Indonesia. Ini artinya jika ada lembaga atau organisasi mengeluarkan mata uang digital berarti tidak sah.

Kedua, Perry menuturkan BI ingin melayani masyarakat yang ingin melakukan inovasi alat pembayaran. Saat ini, sambungnya, secara demografi masyarakat masih menggunakan alat pembayaran uang kertas dan pembayaran berbasis rekening debit/kredit. 

Untuk itu, BI menyediakan alat pembayaran berupa Rupiah Digital untuk memenuhi keinginan generasi milenial yang sudah mulai beralih ke digitalisasi pembayaran.

“Tapi anak-anak kita, kawan-kawan kita 60% di BI, Indonesia itu millennial dan memerlukan alat pembayaran digital. Jadi alasan yang kedua BI sebagai satu-satunya bank sentral di Indonesia melayani masyarakat yang membutuhkan alat (pembayaran .red) kita siapkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, alasan BI mengeluarkan Rupiah Digital adalah karena central bank digital currency (CDBC) bisa digunakan untuk kerja sama internasional. Untuk itu, BI bersama bank sentral negara lain bekerja sama untuk mengembangkan CBDC.

“Puji Tuhan, Alhamdulilah di G20 kemarin kita sudah sepakati pilihan-pilihan konseptual desain CDBC seperti apa, bagaimana CDBC untuk inklusi keuangan untuk kalangan milenial, dan bagaimana CDBC itu saling kerja sama internasional cross border CDBC,” tutur Perry.

Perry menambahkan, ke depannya ada konversi, kurs nilai tukar, dengan beberapa CDBC negara-negara lain. Saat ini, proses tersebut masih dalam pengembangan.

“Nanti ke depannya ada konversinya, exchange rate-nya, nilai tukar digital rupiah dengan digital dolar, digital euro, digital thai bath, digital malaysia ringgit itu dikembangkan,” imbuhnya.

Baru Langkah Awal
Direktur Eksekutif Departemen Sistem Pembayaran BI Filianingsih menambahkan, dikeluarkannya whitepaper Rupiah Digital merupakan respons dari pertanyaan masyarakat mengenai CDBC.

Whitepaper ini baru initial step, artinya kita enggak ingin bapak ibu atau masyarakat engga tahu whats going on, semua orang ribut bicara CDBC. Tapi ini merupakan part of financial literacy atau edukasi,” katanya dalam sesi panel.

Dia menambahkan, dalam penyusunan Rupiah Digital, BI tidak ingin meninggalkan akademisi, peneliti, hingga industri karena BI menyadari tidak bisa jalan sendiri dalam pembentukan Rupiah Digital.

Sebab, penyusunan Rupiah Digital yang diberi nama Proyek Garuda ini merupakan proyek nasional yang melibatkan banyak pihak dan mengharuskan semuanya harus paham dan mengerti apa itu Rupiah Digital.

So oke we move together, we hand in hand, kita move together. Jadi sekali lagi whitepaper ini adalah langkah awal. Kita masih ada perjalanan panjang, kita masih akan ada consultative paper yang akan keluar di semester I/2023,” ujar Filianingsih.

Filianingsih menjelaskan, consultative paper akan berisi pandangan dari masyarakat yang telah mempelajari whitepaper Rupiah Digital.

“Kan kita keluarkan whitepaper ini supaya masyarakat paham dulu, gimana mau ngasih masukan, industri kasih masukan kalau belum ada gambaran sama sekali. Kita berharap ini bisa kita tindaklanjuti bersama,” imbuhnya.

BI meluncurkan peta jalan pengembangan Rupiah Digital sebagai satu-satunya alat pembayaran digital yang sah di Indonesia pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022, Jakarta, Rabu (30/11) lalu.

Proyek Garuda akan diimplementasikan dalam tiga tahap. Tahap pertama dimulai dengan wholesale CDBC, untuk model bisnis penerbitan, pemusnahan, dan transfer antar bank dengan rupiah digital.

Tahap kedua dilakukan dengan wholesale CDBC operasi moneter dan pasar uang. Tahap ketiga, integrasi wholesale rupiah digital dengan ritel digital rupiah secara end to end.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar