16 Agustus 2023
18:31 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Dalam beberapa waktu terakhir harga Bitcoin tampak stagnan, seperti berada dalam keadaan diam dan tenang. Namun, sebenarnya ada pertanda menarik yang mengisyaratkan perubahan besar dalam perjalanannya.
Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, ketenangan dalam pergerakan harga Bitcoin ini sejalan dengan penurunan volatilitas tahunan yang teramati dalam transaksi perdagangan.
Rata-rata volatilitas tahunan Bitcoin dalam kurun waktu 30 hari, terlihat menurun ke titik terendah dalam tujuh tahun terakhir.
Pada hari Rabu (16/8), harga Bitcoin (BTC) menurun di bawah angka US$29.300. Jika dilihat dalam beberapa minggu terakhir, Bitcoin sepertinya terjebak dalam wilayah pergerakan yang sangat terbatas. Secara umum, pasar tampaknya tak bergerak, dengan harga BTC bergerak di kisaran antara US$28.500 hingga US$30.000 sejak 24 Juli.
"Glassnode melihat pada tanggal 14 Agustus, angkanya mencapai 48,51%, ini merupakan angka terendah dari nilai volatilitas Bitcoin. Sementara itu, volume perdagangan Bitcoin dalam 30 hari terakhir juga menurun ke titik terendahnya sejak Januari 2023 hanya mencapai US$16,7 miliar," jelas Fyqieh.
Baca Juga: Tokocrypto Resmi Menjadi Anggota Bursa Kripto
Ia menjelaskan harga Bitcoin yang sideways, ditambah dengan penurunan volume perdagangan, sebenarnya mencerminkan adanya ketidakpastian jangka pendek di antara para pelaku pasar, baik investor dan trader.
Dengan kata lain, banyak investor Bitcoin merasa ragu-ragu mengenai arah perjalanan aset kripto ini. Tentu, menurutnya, ada banyak faktor pasar yang perlu mereka pertimbangkan.
Salah satu faktor yang yang ia nilai berdampak adalah harapan terkait persetujuan ETF Bitcoin di Amerika Serikat. Antisipasi mengenai hal ini menurutnya sebenarnya telah membantu menjaga harga Bitcoin tetap di atas level pendukung, yaitu US$28.500, sejak bulan Juli.
"Di sisi lain, kekhawatiran bahwa The Fed akan terus meningkatkan suku bunga dalam waktu dekat juga telah mengalihkan minat investor ke arah dolar AS," ujarnya.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, juga sudah pulih sebesar 3,5% dari level terendahnya pada bulan Juli. Ini terjadi sejalan dengan penurunan harga Bitcoin dari puncak lokalnya di kisaran US$31.800.
Arah Pergerakan Bitcoin
Secara teknis, Fyqieh melihat Bitcoin tampaknya siap untuk melakukan pergerakan yang signifikan dalam beberapa minggu mendatang. Pergerakan ini bisa berarti melewati batas tertentu atau bahkan penurunan besar-besaran.
Ia memperkirakan bahwa Bitcoin kemungkinan akan mengalami retest penurunan hingga kisaran level US$28.900 atau sekitar Rp442 juta. Salah satu indikator baru yang mengisyaratkan potensi pergerakan besar ini adalah Bollinger Bands Bitcoin.
Bollinger Bands merupakan alat analisis teknikal yang digunakan untuk memprediksi tren suatu pasar. Ketika Bollinger Bands menyempit, ini sering diikuti oleh peningkatan volatilitas yang kuat.
"Hal ini bisa membuat Bitcoin keluar dari kisaran harga antara US$29.000 hingga US$30.000. Mungkin kita akan menguji kisaran US$28.700 hingga US$29.000. Jika level dasar telah tercapai, seharusnya harga bisa bertahan. Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa Bollinger Bands bukanlah alat untuk memprediksi tren, dan tidak bisa mengindikasikan arah pergerakan Bitcoin secara pasti," jelas Fyqieh.
Baca Juga: BTC Bergerak Datar, Investor Cermati Sentimen Pendorong Harga
Secara jangka pendek, menurutnya tampak bahwa Bitcoin akan mengalami sideways hingga bulan September mendatang. Karena itu, Fyqieh menambahkan, menjalankan strategi dollar-cost averaging (DCA) yang tepat untuk memperoleh potensi keuntungan dalam jangka panjang bisa menjadi pilihan yang bijak.
Metode dollar-cost averaging melibatkan pembelian Bitcoin dalam jumlah tetap secara berkala, tanpa memperhatikan fluktuasi harian harga. Dengan melakukan ini, dapat mengurangi dampak volatilitas pasar terhadap investasi.
"Ingatlah bahwa pasar kripto sangatlah dinamis dan bisa sangat tidak stabil. Oleh karena itu, selalu pertimbangkan tingkat risiko yang siap tanggung sebelum berinvestasi. Jika memiliki tujuan jangka panjang dan bersedia untuk menghadapi fluktuasi pasar, maka strategi DCA bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam membangun portofolio Bitcoin Anda seiring waktu," tutup Fyqieh.