06 Mei 2025
19:13 WIB
Bitcoin Naik 14% Gara-Gara ETF Spot, Bagaimana Nasibnya Di Mei?
Bitcoin bertengger di US$94.500 pada Selasa (6/5) atau turun 3,47% dari US$97.900 di Jumat (2/5). Penurunan terjadi setelah kenaikan impresif April 14% berupa aliran dana ke ETF Bitcoin spot.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Uang kripto. Antara/Pexels.
JAKARTA - Harga Bitcoin sempat menyentuh level US$97.900 pada Jumat (2/6), sebelum turun 3,47% dalam tiga hari terakhir dan bertengger di kisaran US$94.500 pada Selasa (6/5) pagi pukul 08.00 WIB.
Penurunan ini terjadi setelah kenaikan impresif sebesar 14% pada April, terdorong oleh arus masuk institusional yang terus mengalir ke ETF Bitcoin spot.
Berdasarkan data dari SoSoValue, periode 28 April hingga 2 Mei 2025 mencatatkan inflow sebesar US$1,81 miliar ke dalam 12 ETF Bitcoin spot, melanjutkan tren positif dari pekan sebelumnya yang mencapai US$3 miliar.
Financial Expert Ajaib Panji Yudha mengatakan, angka ini menegaskan bahwa minat institusi terhadap Bitcoin masih sangat kuat, bahkan ketika pasar mengalami volatilitas jangka pendek.
"Arus masuk ke ETF menjadi penanda penting bahwa investor institusional melihat Bitcoin sebagai lindung nilai dan instrumen jangka panjang yang kian sah di mata pasar global,” kata Panji dalam pernyataan tertulis, Jakarta, Selasa (6/5).
Baca Juga: BTC Pertahankan US$94.000 Di Tengah Sentimen Negatif
Selain itu, Mei kerap kali menjadi bulan yang ditakuti pelaku pasar saham, namun bagaimana dengan Bitcoin?
Panji menjelaskan, jika merujuk data historis dari Coinglass, rata-rata kinerja Bitcoin pada Mei selama 2013-2024 mencatatkan kenaikan sebesar 7,40%, yang bahkan pada Mei 2024 lalu, BTC ditutup menguat 11,07%.
Dengan dukungan fundamental yang solid dan minat institusional yang belum surut, dia melihat adanya peluang bahwa Bitcoin dapat mencetak rekor baru di 2025.
"Tren musiman Mei tidak selalu berarti negatif bagi Bitcoin, bulan ini justru bisa menjadi peluang akumulasi, didorong arus masuk ke ETF dan potensi pemotongan suku bunga pada FOMC Juni 2025,” terangnya.
Secara teknikal dan fundamental, peluang BTC melanjutkan tren bullish masih terbuka. Total aset ETF Bitcoin sendiri telah menembus US$113,15 miliar atau 5,87% dari kapitalisasi pasar.
“Ini merupakan pencapaian luar biasa sejak mulai diperdagangkan 11 Januari 2025, yang menegaskan legitimasi BTC di mata investor global," ujar Panji.
Pekan Penting Bagi BTC
Saat ini, Bitcoin tengah menguji resistensi kuat di level US$95.000. Jika mampu bertahan di atas level tersebut, target jangka pendek berada di level psikologis US$100.000. Namun, jika gagal, BTC berpotensi menguji ulang support di area US$85.000.
“Minggu ini menjadi salah satu pekan paling sibuk untuk pasar kripto, dipenuhi berbagai katalis yang berpotensi menggerakkan harga,” ungkapnya.
Salah satu agenda penting adalah laporan dari Departemen Keuangan AS (5/5) terkait kemungkinan pembentukan cadangan Bitcoin nasional (Strategic Bitcoin Reserve), sesuai dengan perintah eksekutif Presiden Trump yang ditandatangani 6 Maret lalu.
Meski isi laporan tersebut belum tentu akan dipublikasikan, implikasinya diyakini besar. Jika AS mulai mengakumulasi Bitcoin secara resmi, bukan tidak mungkin negara lain akan mengikuti langkah serupa.
Baca Juga: Menyambut Bulan Mei 2025, Berikut Berbagai Peristiwa Penting Bagi Kripto
Di sisi lain, kondisi ekonomi AS mulai menunjukkan pelemahan. Produk domestik bruto (PDB) kuartal I/2025 mengalami kontraksi 0,3%, penurunan pertama dalam tiga tahun terakhir. Hal ini menjadi sorotan menjelang rapat FOMC (6-7 Mei) dengan keputusan suku bunga yang akan diumumkan pada 8 Mei pukul 01.00 WIB.
Konsensus pasar memperkirakan, suku bunga tetap dipertahankan di kisaran 4,25-4,5%, meski Presiden Trump terus mendorong penurunan suku bunga untuk mendorong likuiditas. Jika terjadi kejutan berupa pemangkasan suku bunga, pasar kripto kemungkinan akan menyambutnya dengan reli.
Di sisi lain, pada 7 Mei, Ethereum dijadwalkan mengaktifkan pembaruan Pectra, yang mencakup 11 peningkatan seperti perbaikan akses wallet dan peningkatan batas staking per node dari 32 ETH menjadi 2048 ETH.
“Perubahan ini berpotensi menciptakan volatilitas signifikan pada harga ETH, seiring penyesuaian partisipasi jaringan,” ujar Panji.
Selain itu, data klaim pengangguran awal (initial jobless claims) akan dirilis, yang menjadi indikator kesehatan pasar tenaga kerja AS. Peningkatan angka klaim bisa menjadi sinyal perlambatan ekonomi, sedangkan penurunan akan memperkuat optimisme pasar.