25 April 2023
11:42 WIB
LONDON – ‘Musim dingin’ kripto diyakini telah berakhir. Standard Chartered bahkan memprediksi, mata uang kripto terkemuka, bitcoin, diprediksi dapat mencapai US$100.000 pada akhir tahun 2024.
Bitcoin diproyeksikan akan memperoleh keuntungan dari sejumlah faktor, termasuk gejolak baru-baru ini di sektor perbankan. Termasuk faktor stabilisasi aset-aset berisiko sejalan dengan Federal Reserve AS yang mengakhiri siklus kenaikan suku bunga dan peningkatan profitabilitas penambangan kripto.
"Sementara sumber ketidakpastian tetap ada, kami pikir jalur ke level 100.000 dolar AS menjadi lebih jelas," tulis Kepala Riset Aset Digital Standard Chartered Geoff Kendrick mengatakan dalam sebuah catatan yang dikutip dari Reuters, Selasa (25/4).
Untuk diketahui, Bitcoin telah menguat sepanjang tahun ini. Bahkan naik di atas US$30.000 pada April untuk pertama kalinya dalam sepuluh bulan.
Keuntungannya mewakili pemulihan parsial setelah triliunan dolar dihapus dari sektor kripto pada tahun 2022, karena bank-bank sentral menaikkan suku bunga dan serangkaian perusahaan kripto kolaps.
Prediksi valuasi setinggi langit telah menjadi hal biasa selama reli bitcoin di masa lalu. Seorang analis Citi mengatakan pada November 2020, bitcoin dapat naik setinggi US$318.000 di akhir tahun 2022. Namun, Bitcoin ditutup tahun lalu turun sekitar 65% pada US$16.500.
Dalam catatan Senin (24/4/2023), Standard Chartered mengatakan, bitcoin mendapat manfaat dari statusnya sebagai ’safe haven’ bermerek, penyimpan nilai relatif yang dirasakan, dan sarana pengiriman uang.
Kendrick mengatakan, dukungan Parlemen Eropa terhadap aturan pertama Uni Eropa untuk mengatur pasar aset kripto seharusnya menjadi faktor ’penarik’ untuk bitcoin.
JPMorgan mengatakan dalam sebuah catatan pada 5 April, perubahan teknis pada blockchain bitcoin pada April 2024 yang dikenal sebagai "halving", dapat meningkatkan harganya. Ini karena membuatnya lebih mahal untuk diproduksi, menyebabkan ’efek psikologis positif’.
JPMorgan mengatakan, harga mata uang kripto telah diuntungkan oleh para penggemar kripto yang menafsirkan krisis perbankan AS baru-baru ini sebagai ’pembenaran ekosistem kripto’.
”Pendukung kripto mengatakan, stablecoin ’kurang rentan’ untuk dijalankan", kata JPMorgan.
Regulator AS sebelumnya telah memberi tahu bank-bank untuk waspada terhadap risiko likuiditas yang berasal dari simpanan terkait kripto, seperti cadangan stablecoin, yang dapat mengalami arus keluar yang cepat.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Selasa, 25 April 2023 pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali melemah 0,11% dalam 24 jam dan 7,05% sepekan. Saat ini, harga Bitcoin dibanderol di level US$30.342 per koin atau setara Rp409,3 juta juta juta (asumsi kurs Rp 14.934 per dolar AS).

Banyak Permintaan
Sebelumnya, CEO Indodax Oscar Darmawan menyatakan, penyebab harga kripto mengalami kenaikan karena permintaan terhadap aset kripto jauh lebih banyak dibandingkan penawaran. Namun, lanjut dia, tentu ada pemicu yang menyebabkan permintaan terhadap kripto naik.
"Misalnya saja ketika beberapa waktu lalu Bitcoin menyentuh harga ATH-nya (All-Time High) hampir Rp1 miliar, faktor pemicunya karena banyak masyarakat yang semakin melek terhadap eksistensi Bitcoin dan juga kripto,” tuturnya.
Sejumlah investor, lanjutnya, banyak mendapatkan awareness dari media massa dimana harga Bitcoin naik sekian persen, sehingga memutuskan untuk membeli Bitcoin.
”Bitcoin yang memiliki maksimum supply dihadapkan oleh banyaknya pembelian dari masyarakat yang otomatis akan membuat harganya makin tinggi," ucapnya beberapa waktu lalu.
Reli kenaikan harga kripto dikatakan sudah terjadi sejak awal bulan Maret. Kata dia, tidak salah banyak yang menganggap Maret adalah bulan di mana kripto sedang mengalami reli bullish.
Selain awareness yang menyebabkan masyarakat membeli kripto dan menyebabkan harga aset digital tersebut mengalami bullish, tetapi juga keadaan makro ekonomi global. Mulai dari keputusan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) ataupun kasus keruntuhan perbankan yang dialami sejumlah bank kenamaan dunia akhir-akhir ini.
Beberapa kasus yang menyebabkan permintaan Bitcoin semakin meningkat ialah inflasi mata uang yang pernah terjadi di negara Cyprus, sehingga mendorong penggunaan Bitcoin semakin marak. Adopsi Bitcoin dan pembelian Bitcoin maupun kripto dari investor institusi besar juga sangat mempengaruhi.
"Meskipun reli bullish pada kripto terjadi di kuartal I tahun 2023 ini, penting sekali bagi para trader untuk tidak FOMO (Fear of Missing Out) dan mempelajari terlebih dahulu kiat-kiat trading crypto agar bisa menentukan harga beli dan harga jual yang tepat, sehingga bisa memperoleh keuntungan yang maksimal. Salah satu hal yang perlu diwaspadai dalam momen reli bullish ini adalah adanya bull trap pada kripto,” beber Oscar.