26 Oktober 2021
21:00 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Perusahaan menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan menawarkan 25,54 miliar saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% saham kepada publik.
Saham tersebut ditawarkan dengan rentang harga Rp775-Rp975 per saham. Dengan demikian, perkiraan dana yang akan diperoleh Mitratel berkisar Rp19,79 triliun hingga Rp24,90 triliun.
“Sesuai rencana, Perseroan akan menggunakan 40% dana hasil IPO untuk belanja modal (capital expenditure) organik, 50% untuk belanja modal anorganik, dan 10% untuk modal kerja serta kebutuhan Perseroan lainnya,” ungkap Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko dalam keterangan di Jakarta, Selasa (26/10).
Menurut Theodorus, langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya mengembangkan bisnis, menciptakan nilai yang optimal bagi perusahaan dan stakeholder, serta demi mewujudkan ekosistem telekomunikasi untuk digitalisasi hingga ke pelosok negeri.
Melalui IPO ini, Theodorus juga berharap dapat meningkatkan perhatian investor regional maupun internasional terhadap Mitratel, dan tentunya mengajak masyarakat luas untuk menjadi bagian dalam kesuksesan membangun Indonesia yang lebih baik lagi melalui digitalisasi.
Saat ini, ia mengklaim bahwa Mitratel memiliki model bisnis yang atraktif dan kokoh dengan visibilitas pendapatan yang tinggi, karena didukung oleh pelanggan berkualitas tinggi.
Terbukti, perseroan memiliki profil keuangan yang atraktif dengan margin yang terus meningkat, kemampuan arus kas yang kuat, serta posisi keuangan yang terkemuka di industri menara telekomunikasi.
Ke depannya, Mitratel berencana untuk ekspansi jangka panjang ke pasar Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
“Sejalan dengan visi untuk menjadi leader dan provider terbaik dalam penyediaan infrastruktur telekomunikasi di Asia Tenggara, Mitratel juga tengah mempersiapkan strategi untuk ekspansi jangka panjang di Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Kami akan terus menyediakan layanan infrastructure solution dengan kualitas prima dan harga yang kompetitif, demi memberikan value yang tinggi bagi para investor,” pungkas Theodorus.
Terkait IPO, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) ini, menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, HSBC, JP Morgan, PT Mandiri Sekuritas, dan Morgan Stanley sebagai joint bookrunners dan joint global coordinators. BRI Danareksa Sekuritas bersama Mandiri Sekuritas juga bertindak sebagai joint lead managing underwriters dan domestic underwriters.
Adapun, roadshow dan penawaran awal (bookbuilding) saham Mitratel dijadwalkan pada 26 Oktober hingga 4 November 2021. Sementara, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan dapat terbit pada 12 November 2021.
Nantinya, setelah diperoleh pernyataan efektif dari OJK, penawaran umum akan dilaksanakan pada 16 hingga 18 November 2021 dan pencatatan saham (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 November 2021 mendatang.
Sementara itu, Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah menjelaskan, IPO Mitratel ini merupakan salah satu penataan portofolio yang dilakukan TelkomGroup untuk mengoptimalkan value creation dari Mitratel, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal bagi stakeholder.
“Sebagai penyediaan infrastruktur menara telekomunikasi selama 13 tahun, Mitratel memiliki lebih dari 28 ribu menara, dengan tim manajemen yang berpengalaman dan rekam jejak yang baik dalam memberikan pertumbuhan siklus industri di Indonesia," ungkap Ririek.
Kedepannya, Ririek menilai Mitratel memiliki potensi pertumbuhan yang baik seiring dengan perkembangan teknologi terlebih dengan kehadiran 5G yang membuat kebutuhan operator terhadap menara telekomunikasi meningkat.
"Semoga langkah ini memantapkan langkah Mitratel menjadi pemain menara telekomunikasi independen terbesar tidak hanya di Indonesia tapi juga Asia Tenggara," imbuhnya.
Ia menyebut bahwa Mitratel memiliki jangkauan layanan yang luas dan ekosistem bisnis telekomunikasi yang lengkap. Menurutnya, perusahaan ini juga telah melakukan perluasan bisnis secara agresif. Salah satunya melalui solusi serat optik TelkomGroup, dimana hal ini tidak dimiliki oleh perusahaan menara telekomunikasi lainnya.
Dengan jaringan serat optik yang memadai tersebut, Mitratel diharapkan dapat mengambil peran dalam mendukung optimalisasi kemajuan ekonomi digital dalam Industri 4.0, seiring adanya jaringan 5G dan pemerataan ekonomi.
Berpotensi Lampaui Bukalapak
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, Mitratel merupakan salah satu anak perusahaan BUMN yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi. Dengan merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, Mitratel termasuk dalam kategori perusahaan dengan aset skala besar.
“Saat ini, Mitratel sedang melakukan Penawaran Umum Saham dan telah memasuki tahap book building,” jelasnya kepada awak media, Selasa (26/10).
Jika melihat dari jumlah saham yang ditawarkan Mitratel sebanyak 25,54 miliar saham dengan rentang harga saham yang ditawarkan sebesar Rp775-Rp975 sehingga diperkiraan dana yang akan diperoleh Mitratel berkisar Rp19,79 triliun hingga Rp24,90 triliun, maka Nyoman optimistis nilai fund raising-nya bisa melampaui Bukalapak.
“Dengan mempertimbangkan angka-angka tersebut, dan apabila proses Penawaran Umum Saham Mitratel berjalan sesuai rencana perusahaan, maka nilai fund raising Mitratel berpotensi melebihi Bukalapak,” tutur Nyoman.
Di sisi lain, atas IPO yang dilakukan oleh Mitratel, Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Telkom karena telah sukses membawa salah satu anak usahanya itu menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbuka.
“IPO Mitratel diharapkan mampu memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi Mitratel, TelkomGroup, BUMN dan juga negara. Semoga Mitratel dapat membangun market leadership di industri tower provider yang merupakan infrastruktur telekomunikasi nasional oleh BUMN dan anak usaha demi memperkuat ketahanan digital nasional,” kata Erick Thohir.
Menteri BUMN juga menambahkan agar Mitratel dapat menarik investor untuk menginvestasikan dana di Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional dan pembukaan lapangan kerja.
Selain itu, Mitratel juga diharapkan menjadi perusahaan yang independen dan kebanggaan nasional dengan tata kelola yang transparan, meningkatkan kapasitas finansial serta fleksibilitas untuk lebih agresif dalam mengejar peluang pertumbuhan bisnis yang signifikan.