19 April 2022
20:45 WIB
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warijo menyatakan tetap mewaspadai sejumlah risiko inflasi, terutama dampak kenaikan harga energi dan pangan global.
BI tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran sasarannya.
“Koordinasi dengan Pemerintah tersebut juga diperkuat untuk menjaga stabilitas harga selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 1443 H,” kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan April 2022 Cakupan Triwulanan, Jakarta, Selasa (19/4).
Ia melanjutkan, inflasi terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2022 tercatat inflasi sebesar 0,66% secara bulanan (month to month/mtm).
Secara tahunan, inflasi IHK Maret 2022 tercatat 2,64% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,06% yoy.
“Inflasi inti tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi,” ucapnya.
Sementara itu, Perry bilang, inflasi kelompok volatile food meningkat terutama dipengaruhi kenaikan inflasi minyak goreng seiring penyesuaian harga eceran tertinggi (HET).
Sedangkan, inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan bensin karena penyesuaian harga LPG non-subsidi dan BBM nonsubsidi, serta inflasi angkutan udara seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat.
“Inflasi 2022 diperkirakan tetap terkendali dalam sasaran 3,0% plus minus 1% sejalan dengan masih memadainya sisi penawaran dalam merespons kenaikan sisi permintaan, tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar Rupiah, serta respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah,” ucap Perry.
Inflasi Global Mulai Berdampak ke Domestik
LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina, berbagai harga komoditas melonjak dari titik terendahnya pada pertengahan 2020, terutama harga energi dan pangan seperti minyak, gas, batu bara, CPO, dan gandum.
“Kenaikan harga global akibat pasokan yang terganggu ditambah dengan permintaan yang kuat pada akhirnya mempengaruhi harga domestik, seperti yang saat ini terjadi di beberapa negara,” katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (19/4).
Ia melanjutkan, inflasi utama bulan Maret di Indonesia tercatat sebesar 2,64% yoy, sesuai dengan target BI selama tiga bulan berturut-turut di masa pandemi, meskipun masih berada di sekitar batas bawah.
Namun terdapat peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,06% yoy, yang disebabkan oleh adanya penguatan inflasi inti, komponen harga yang diatur pemerintah, dan komponen harga yang bergejolak.
“Secara umum, kenaikan harga komoditas seperti minyak goreng, bahan bakar, dan bahan makanan menjadi faktor utama penyumbang inflasi Maret,” ujarnya.