27 Mei 2024
12:12 WIB
BI: Uang Beredar April 2024 Tumbuh 6,9% Jadi Rp8.928 T
BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada April 2024 tetap tumbuh. Posisi M2 pada April 2024 tercatat sebesar Rp8.928,0 triliun atau tumbuh sebesar 6,9% (yoy).
Penulis: Khairul Kahfi
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Antara Foto/Muhammad Adimaja
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada April 2024 tetap tumbuh. Posisi M2 pada April 2024 tercatat sebesar Rp8.928,0 triliun atau tumbuh sebesar 6,9% (yoy).
Pertumbuhan posisi M2 di bulan ini cenderung sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,2% (yoy). Meski sekilas, jumlah uang beredar M2 tersebut, tetap terhitung mengalami kenaikan sebesar Rp36,6 triliun dibanding bulan sebelumnya.
“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 5,5% (yoy) dan uang kuasi sebesar 8,5% (yoy),” jelas Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi yang diterima, Jakarta, Senin (27/5).
Jika didalami, mengacu laporan Uang Beredar (M2) BI April 2024, komponen M1 sebesar Rp4.928,4 triliun atau setara 55,2% dari M2, tumbuh sebesar 5,5% (yoy) pada April 2024. Capaian ini cukup menurun setelah tumbuh 7,9% (yoy) pada bulan sebelumnya.
BI mengidentifikasi, perkembangan M1 Januari 2023 terutama disebabkan oleh perkembangan Uang Kartal di Luar Bank Umum dan BPR, serta Tabungan Rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
“Uang Kartal yang beredar di masyarakat pada April 2024 sebesar Rp943,2 triliun, atau tumbuh 5,3% (yoy), setelah tumbuh 14,5% (yoy) pada Maret 2024,” urai laporan tersebut.
Baca Juga: Mengenal Hari Oeang Republik Indonesia
Kemudian, Tabungan Rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 46,8% terhadap M1, tercatat sebesar Rp2.305,2 triliun pada April 2024, atau tumbuh 4,8% (yoy), setelah pada Maret 2024 tumbuh 6,0% (yoy).
Selanjutnya, Giro Rupiah tercatat sebesar Rp1.680,0 triliun, atau tumbuh sebesar 6,5% (yoy), setelah tumbuh sebesar 7,0% (yoy) pada Maret.
Pada April 2024, uang kuasi dengan pangsa 44,4% dari M2, tercatat sebesar Rp3.968,0 triliun atau tumbuh 8,5% (yoy), setelah tumbuh 6,2% (yoy) pada Maret 2024.
Pertumbuhan uang kuasi dikontribusikan oleh simpanan berjangka (7,9%, yoy) dan giro valas (17,4%, yoy), masing-masing sebesar Rp2.956,4 triliun dan Rp750,3 triliun. Sementara itu, tabungan lainnya terkontraksi sebesar 5,7% (yoy) atau Rp261,3 triliun, setelah terkontraksi sebesar 7,1% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Lebih lanjut, Erwin menyebutkan perkembangan M2 pada April 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat.
Penyaluran kredit pada April 2024 tumbuh sebesar 12,3% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,9% (yoy). Kemudian, tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh sebesar 25,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Maret 2024 sebesar 17,9% (yoy).
“Sementara itu, aktiva luar negeri bersih terkontraksi sebesar 1,1% (yoy), stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya,” paparnya.
Perkembangan DPK April 2024
DPK pada April 2024 tercatat sebesar Rp8.376,1 triliun, atau tumbuh 8,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya (7,4%, yoy). Perkembangan DPK dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK Korporasi (15,3%, yoy) dan Perorangan (2,3%, yoy).
Pada April 2024, giro tumbuh sebesar 11,2% (yoy), setelah bulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,6% (yoy). Tabungan tumbuh sebesar 4,8% (yoy), setelah tumbuh 5,8% (yoy) pada bulan sebelumnya. Sementara itu, simpanan berjangka tumbuh 8,7% (yoy), setelah pada Maret 2024 tumbuh 7,8% (yoy).
Di sisi lain, BI juga melaporkan, secara umum Dana Pihak Ketiga (DPK) pada April 2024 tercatat mencapai Rp8.376,1 triliun atau tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Pertumbuhan DPK ini relatif lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 7,4% (yoy).
Baca Juga: Bos BI Bocorkan Arah Suku Bunga Acuan
Perkembangan DPK di atas dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK Korporasi yang naik 15,3% (yoy) menjadi Rp3.846,7 triliun. Terhitung lebih tinggi dibanding pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 12,5% (yoy).
Adapun, DPK Perorangan tumbuh ke kisaran 2,3% (yoy) ke level Rp4.086,7 triliun. Pertumbuhan DPK perorangan ini lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang sempat melambat mencapai 3,2% (yoy).
Sementara DPK kategori lainnya, lanjut tumbuh positif sebesar 6,1% (yoy) menjadi sebesar Rp442,7 triliun. Capaian pertumbuhan ini jauh lebih baik dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 4,9% (yoy).
Pada Januari 2024, DPK giro tumbuh signifikan hingga 11,2% (yoy) menjadi Rp2.518,9 triliun, setelah bulan sebelumnya tumbuh 8,6% (yoy). Kemudian, DPK Tabungan tumbuh sebesar 4,8% (yoy) menjadi Rp2.732,1 triliun, setelah tumbuh 5,8% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, simpanan berjangka tumbuh 8,7% (yoy) menjadi sebesar Rp3.125,1 triliun, setelah pada Maret 2024 tumbuh 7,8% (yoy).