08 Mei 2024
00:41 WIB
BI: Turun US$4,2 M, Posisi Cadangan Devisa Akhir April US$136,2 M
Selain untuk pembayaran utang, BI menyebut alas an penurunan cadangan devisa (cadev) pada akhir April 2024 adalah untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
Ilustrasi cadangan devisa. Shutterstock/dok
JAKARTA - Direktur Departemen Komunikasi BI Fadjar Majardi melaporkan, cadangan devisa (cadev) Indonesia per akhir April 2024 sebesar US$136,2 miliar atau setara Rp2.191,26 triliun (kurs: 16.088,55/dolar AS). Dalam kurun waktu sebulan, cadev RI mengalami penurunan US$4,2 miliar atau setara Rp67,57 triliun.
Adapun, cadev di akhir Maret 2024 sempat menyentuh sebesar US$140,4 miliar atau sekitar Rp2.258,83 triliun. “Meski menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2024. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2024 tetap tinggi,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jakarta, Rabu (8/5).
Fadjar pun menyampaikan, penurunan cadev April 2024 terjadi akibat kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. “Seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” jelasnya.
Baca Juga: Bayar Utang Asing Pemerintah, Cadev Turun Ke US$140,4 miliar
Meski begitu, BI menjamin, posisi cadev akhir Maret tersebut masih setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Dengan demikian, cadangan devisa RI masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia juga menilai, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, sembari menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga.
“Seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan pemerintah, dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya.
Baca Juga: BI Optimistis Rupiah Akan Menguat Ke Rp15.800 Hingga Akhir 2024
Kemenkeu dalam laporan APBNKita April 2024 mencatat, pinjaman luar negeri per 31 Maret 2024 telah terealisasi sebesar Rp951,64 triliun. Terdiri dari penarikan pinjaman luar negeri via Bilateral Rp264,73 triliun; Multirateral Rp584,69 triliun; serta Commercial Banks Rp102,22 triliun.
Sementara itu, ditinjau dari posisi outstanding utang pemerintah, jumlah utang pemerintah per akhir Maret 2024 tercatat Rp8.262,1 triliun.
Selaras dengan kebijakan umum pembiayaan utang untuk mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,52%.
Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa SBN yang mencapai 88,05%.