18 Oktober 2022
12:35 WIB
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 kembali mencatat surplus, yakni US$4,99 miliar, meski lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$5,71 miliar. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020.
Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2022 secara keseluruhan mencatat surplus US$39,87 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar US$25,10 miliar.
Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan tersebut telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (18/10).
Surplus neraca perdagangan September 2022 bersumber dari surplus neraca perdagangan non-migas di tengah defisit neraca perdagangan migas yang sedikit meningkat.
Pada September 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat US$7,09 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$7,73 miliar.
Perkembangan tersebut disebabkan oleh kinerja ekspor nonmigas sebesar US$23,48 miliar pada September 2022, lebih rendah dibandingkan dengan US$26,18 miliar pada bulan sebelumnya.
Erwin mengatakan tetap kuatnya kinerja ekspor non-migas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, serta CPO yang didukung oleh penguatan kebijakan pemerintah, termasuk perpanjangan pembebasan pungutan ekspor CPO dan harga komoditas global yang masih tinggi.
Ekspor produk manufaktur, seperti kendaraan dan bagiannya tercatat meningkat. Ditinjau dari negara tujuan, ekspor non-migas ke China, Amerika Serikat, dan India masih tetap kuat dan menjadi kontributor utama terhadap total ekspor Indonesia.
Adapun impor non-migas tetap kuat pada seluruh komponen sejalan dengan masih terus berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.
“Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat sedikit meningkat dari US$2,01 miliar pada Agustus 2022 menjadi US$2,1 miliar pada September 2022, seiring dengan penurunan ekspor migas yang lebih tinggi dari impor migas,” ucap Erwin.