17 Juni 2023
18:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan, transaksi selama 12-15 Juni 2023, aliran modal asing keluar dari Indonesia sebesar Rp2,38 triliun. Jumlah sebanyak itu didominasi aliran keluar saham dan Surat Berharga Negara.
“Nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp2,38 triliun, terdiri dari jual neto Rp0,64 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp1,74 triliun di pasar saham,” ungkap Erwin dalam keterangan yang diterima, Jakarta, Sabtu (17/6).
Meski begitu, aliran modal keluar terpantau minimal dibandingkan aliran masuk sepanjang tahun berjalan. Akumulasi hingga 15 Juni 2023, nonresiden beli neto Rp82,50 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp17,14 triliun di pasar saham.
“(Sementara itu), premi credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun stabil di 80,55 basis poin (bps) per 15 Juni 2023, dari 80,50 bps per 9 Juni 2023,” ujarnya.
Adapun, nilai tukar rupiah juga terpantau menguat tipis jelang libur akhir pekan sebesar 0,2%. BI melaporkan, rupiah pada Jumat pagi (16/6) dibuka pada level (bid) Rp14.910 per dolar AS, atau terapresiasi daripada penutupan sehari sebelumnya yang bertengger pada level (bid) Rp14.940 per dolar AS.
Kemudian, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun stabil di 6,27% pada Jumat pagi (16/6), setelah sehari sebelumnya sempat menurun ke posisi terakhir.
Di waktu yang sama, BI juga memantau Indeks Dolar DXY melemah ke level 102,12 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Erwin juga menginformasikan, bahwa yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau menurun pada Jumat pagi (16/6).
“Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 3,717%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung hingga kini.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” katanya.