c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

21 Agustus 2025

19:50 WIB

BI: Insentif KLM Bank Sampai Awal Agustus Capai Rp384 T

BI melaporkan insentif likuiditas (KLM) kepada bank-bank dalam menyalurkan kredit ke sektor prioritas pendukung Asta Cita sudah mencapai Rp384 triliun

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">BI: Insentif KLM Bank Sampai Awal Agustus Capai Rp384 T</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">BI: Insentif KLM Bank Sampai Awal Agustus Capai Rp384 T</p>

Seorang nasabah melakukan transaksi penukaran valuta asing di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (20/8). Validnews/Hasta Adhistra.

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah memberikan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) kepada bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas dengan total sebesar Rp384 triliun hingga awal Agustus 2025.

"Kami juga memberikan insentif likuiditas (KLM) kepada bank-bank dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas pendukung Asta Cita, yang sekarang sudah mencapai Rp384 triliun," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat Rapat Kerja Penyampaikan Pokok-Pokok RUU APBN 2025 di DPR RI, Jakarta, Kamis (21/8).

Baca Juga: BRI: Penurunan BI-Rate Perluas Ruang Ekspansi Kredit Perbankan

Perry menjabarkan, KLM tersebut terdiri atas Rp171,5 triliun yang disalurkan kepada kelompok bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Rp169,2 triliun kepada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN); Rp37,2 triliun kepada Bank Pembangunan Daerah (BPD); dan Rp5,7 triliun kepada Kantor Cabang Bank Asing (KCBA).

Secara sektoral, insentif KLM disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yakni pertanian, real estat, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, ultra mikro dan hijau.

“Bank Indonesia terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan,” tegas Perry.

Ke depan, kebijakan KLM akan terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan kredit maupun pembiayaan perbankan melalui optimalisasi insentif pada sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja serta selaras dengan program-program Asta Cita pemerintah.

Bank Indonesia melaporkan, kredit perbankan Juli 2025 sebesar 7,03% (yoy), atau tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan Juni 2025 yang sebesar 7,77% (yoy). Sedangkan, pertumbuhan DPK meningkat menjadi 7% (yoy).

Baca Juga: BI: Pertumbuhan Kredit Bank Juli 2025 Makin Melambat Jadi 7,03%

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Juni 2025 tetap tinggi sebesar 25,81%, sehingga masih mampu untuk menyerap risiko.

Adapun, likuiditas perbankan terjaga, tecermin dari tingginya rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 27,08% pada Juli 2025.

Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan terjaga rendah sebesar 2,22% (bruto) dan 0,84% (neto) pada Juni 2025.

Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar