c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

21 Agustus 2024

19:50 WIB

BI: 124 Bank Sudah Nikmati Insentif Likuiditas Senilai Rp255 T

Sebanyak 124 bank di Indonesia sudah memanfaatkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dengan total Rp255 triliun.  

Penulis: Khairul Kahfi

<p>BI: 124 Bank Sudah Nikmati Insentif Likuiditas Senilai Rp255 T</p>
<p>BI: 124 Bank Sudah Nikmati Insentif Likuiditas Senilai Rp255 T</p>

Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Antara Foto/Muhammad Adimaja

JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyampaikan, sebanyak 124 bank di Indonesia sudah memanfaatkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dengan total Rp255 triliun. Realisasi KLM ini setara 3,42% dari 4% maksimum likuiditas dari DPK.

“Pencapaian insentif makroprudensial saya kira cukup baik, itu mengapa pertumbuhan kredit terus mengalami perbaikan yang sekarang ini di 12,4%. Ini sebagian didorong oleh Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial yang kita lakukan,” katanya menjawab pertanyaan wartawan usai Pengumuman Hasil RDG-BI edisi Agustus 2024, Jakarta, Rabu (21/8).  

Selain KLM, BI mencatat, perkembangan kredit saat ini juga ditopang sisi penawaran. Dimana minat penyaluran kredit tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan DPK Juli 2024 sebesar 7,72% (yoy) dan strategi realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan.

Setidaknya, Juda mengungkap, ada empat kelompok bank yang sudah menikmati KLM hingga kini. Pertama, kelompok Bank BUMN merealisasikan manfaat KLM sekitar 3,8% dari 4% senilai Rp117 triliun. Kedua, Bank Pembangunan Daerah (BPD) merealisasikan 3,25%, kendati relatif kecil sejumlah Rp24 triliun. 

Ketiga, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) yang dimanfaatkan oleh 73 bank senilai Rp109 triliun. Keempat, Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) yang dimanfaatkan sebanyak 7 bank senilai Rp3,69 triliun. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menguraikan, transmisi kebijakan moneter terus berjalan baik. Suku bunga pasar uang (IndONIA) bergerak di sekitar BI-Rate, yaitu 6,39% pada 20 Agustus 2024. Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 16 Agustus 2024, tercatat masing-masing pada level 7,05%, 7,14%, dan 7,20%, sehingga tetap dapat menarik aliran masuk modal asing. 

Imbal hasil SBN tenor 2 dan 10 tahun menurun, per 20 Agustus 2024 masing-masing sebesar 6,43% dan 6,64%, didorong meningkatnya permintaan nonresiden sejalan dengan menguatnya ya aliran masuk modal asing ke pasar SBN. 

“Sementara itu, likuiditas perbankan memadai sejalan dengan implementasi bauran kebijakan Bank Indonesia, termasuk Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM),” urainya. 

Likuiditas yang memadai serta efisiensi perbankan dalam pembentukan harga yang semakin baik sejalan dengan kebijakan transparansi SBDK, berdampak positif pada suku bunga perbankan yang tetap terjaga. 

“Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Juli 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,73% dan 9,23%, relatif stabil dibandingkan dengan level bulan sebelumnya,” jelasnya.

Sementara itu, ketahanan sistem keuangan terjaga baik. Likuiditas perbankan pada Juli 2024 tetap memadai, tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi sebesar 25,56%. 

Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan tercatat tinggi sebesar 26,09% sehingga dapat menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit. Sementara itu, risiko kredit bermasalah perbankan (NPL) pada Juni 2024 terjaga rendah, sebesar 2,26% (bruto) dan 0,78% (neto). 

Ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini. “Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan,” urainya.

Siap Beri KLM Penyaluran Sektor Padat Karya
Perry menekankan, Insentif Likuiditas Makroprudensial merupakan kebijakan yang BI tempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Caranya dengan mendorong bank-bank di tanah air untuk semakin getol menyalurkan kredit-kredit pendorong ekonomi.

Karenanya, pihaknya rutin mereviu kebijakan insentif ini per enam bulan. “Kemarin sektor-sektor pendorong ekonomi (kemudahan kredit), hilirisasi tidak hanya minerba, tapi juga pertanian, perkebunan, peternakan. Kami juga dorong sektor perumahan, pariwisata, UMKM-mikro,” jabarnya.

BI pun juga ikut berkoordinasi dengan Kemenkeu, termasuk pada sektor perumahan. Di mana BI memberikan Insentif Likuiditas Makroprudensial, kemudian Kemenkeu memberikan insentif fiskal. 

Ke depan, pihaknya juga siap mengkaji kemudahan kredit dalam rangka mendorong sektor-sektor ekonomi padat karya. “Insentif likuiditas sektor-sektor yang menciptakan lapang kerja, bagi bank-bank yang menyalurkan ke sektor itu, kami akan memberikan insentif likuiditas. Tapi itu nanti akan kami review pada waktunya,” ungkapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar