08 Agustus 2025
20:28 WIB
Bhima Aneka Besek, Jeli Melihat Cuan Dari Anyaman Bambu
Bermula dari usaha katering, pemilik Bhima Aneka Besek banting setir dan menjadi pengusaha besek.
Penulis: Fin Harini
Editor: Fin Harini
Ilustrasi produk anyaman bambu, besek, milik Bhima Aneka Besek. Instagram/bhimabesek
JAKARTA – Sobat Valid sedang memulai bisnis dan semua tampak suram alias belum banyak yang melirik? Bisa jadi memang perlu evaluasi. Bahkan, mungkin perlu banting setir ke bisnis lain. Meski, diperlukan kejelian melirik peluang bisnis lainnya.
Hal ini salah satunya dialami Etikawati. Perempuan yang berdomisili di Desa Kepuhrejo, Grogol, Jombang, Jawa Timur, ini semula membuka bisnis katering. Namun, bisnis ini akhirnya ditinggalkan dan beralih haluan menggeluti bisnis lain yang lebih benderang.
Etika, begitu ia kerap disapa, awalnya berupaya memperkenalkan masakannya di berbagai platform media sosial Facebook dan Instagram. Namun, setiap ia mengunggah foto produk di akun media sosialnya, netizen justru salah fokus. Alih-alih tertarik dengan makanan yang dipajang, netizen justru lebih sering menanyakan besek yang digunakan Etika sebagai wadah makanan.
“Beberapa produk katering saya itu menggunakan kemasan besek. Ketika saya pajang di sosmed yang ditanyakan bukan menu makanannya tapi kemasannya,” ujar Etika saat berbincang dengan Validnews, Jumat (8/8).
Patah arang? Tidak, Etika justru jeli menjadikan perhatian netizen pada wadah dari anyaman bambu itu sebagai peluang bisnis. Sekitar 2018, Etika mulai merintis jalan berjualan besek.
“Saya ambil peluang itu untuk menjadi reseller dari perajin besek konvensional untuk kotak nasi,” katanya.
Produk besek yang dijual Etika awalnya masih berbentuk konvensional. Besek berbentuk kotak dari anyaman bilah-bilah bambu yang diserut tipis, dengan tutup.
Biasanya, besek ini untuk wadah makanan atau bumbu dapur. Belakangan, untuk mengurangi sampah plastik, besek juga kerap digunakan untuk mengemas daging kurban saat Iduladha.
“Kami memperkenalkan produk Bhima Aneka Besek melalui sosmed Facebook dan Instagram. Alhamdulillah mendapat tanggapan antusias dari masyarakat. Dari pengenalan lewat sosmed itulah, kami dipertemukan dengan customer-customer di antaranya para pelaku usaha katering, restoran, dan galeri besek terbesar se-Jatim,” ujarnya.
Produk dari Bhima Aneka Besek. Instagram/bhimabesek
Jadi Perajin
Waktu berjalan, permintaan besek semakin deras. Tak hanya besek kotak, konsumen mulai meminta dibuatkan berbagai bentuk besek. Model anyaman yang diminta juga beragam. Ada yang meminta bilah bambu dengan lebar sekira 1 cm seperti besek jadul, ada yang meminta diselang-seling dengan bilah bambu yang lebih ramping.
Lama-kelamaan permintaan itu, baik jumlah maupun modelnya, tidak bisa dipenuhi oleh perajin tempat Etika mengambil produk. Lagi-lagi, Etika menjadikan kondisi ini sebagai peluang.
“Semakin hari, permintaan semakin banyak dan beragam. Dan itu tidak bisa dipenuhi oleh perajin. Maka kami putuskan untuk produksi sendiri,” katanya.
Keputusan menjadi perajin besek juga dipicu kondisi saat itu. Kala itu tahun 2020, covid-19 merebak dan memaksa pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Segala keramaian ditiadakan, membuat banyak kegiatan ekonomi terdampak bahkan kolaps.
Akibatnya, suami Etika yang semula bekerja sebagai pegawai pabrik terpaksa terkena pengurangan tenaga kerja.
Bersama suami yang bernama Arief Susanto, Etika memutuskan untuk fokus pada bisnis besek yang lebih menjanjikan meski di tengah pandemi. Pasalnya, selain berbekal pelanggan yang dimiliki Etika saat menjadi reseller, pasangan ini menilai belum banyak pelaku bisnis besek yang membuat aneka ragam bentuk dan fungsi besek.
“Ditambah suami cut off dari pabrik, kami memilih fokus produksi besek karena lebih luas pangsa pasarnya, juga tidak banyak pesaing,” imbuhnya.
Untuk memulai usaha besek, pasangan ini merogoh kocek Rp5 juta sebagai modal awal. Dana ini digunakan untuk membeli bambu, peralatan untuk menyerut bambu menjadi bilah tipis atau merakit anyaman, pewarna jika ada pelanggan yang meminta besek aneka warna, maupun bahan lainnya yang diperlukan.
Serius mendirikan usaha, keduanya juga melengkapi bisnis yang diberi nama Bhima Aneka Besek ini dengan perizinan. Jadilah bisnis Bhima Aneka Besek mulai berjalan sejak 2020.
Etika bercerita, lantaran lahir untuk mengisi permintaan konsumen, bentuk besek besutan Bhima Aneka Besek juga beragam. Ada bulat, limas, maupun oval. Untuk kotak, bentuknya juga beragam mulai dari kotak sebagaimana besek konvensional, ada pula yang persegi panjang.
Bhima Aneka Besek juga membuat beragam bentuk rantang atau wadah yang bisa disusun untuk hantaran. Ada yang berbentuk tabung seperti rantang besi, ada pula yang kotak.
Lalu, Etika dan suami juga membuat wadah untuk tumpeng. Jika umumnya tumpeng disusun dalam wadah tampah, Bhima Aneka Besek menawarkan bentuk persegi dan bersusun. Tumpeng diletakkan di atas, sedangkan bagian bawah digunakan untuk meletakkan aneka lauk.

Terkini, Bhima mengeluarkan produksi berupa wadah untuk menyajikan makanan prasmanan agar tampak lebih estetik.
Berbagai produk ini dibuat dalam beragam kisaran harga, dari ekonomis, menengah, sampai premium class.
“Tetap yang kami utamakan tidak hanya ragam bentuk, tapi juga harus mempunyai nilai fungsi,” tegas Etika.
Beragam bentuk ini dihasilkan dari permintaan konsumen, selain inovasi dengan ide pasangan Etika dan Arief sendiri.
“Dari permintaan konsumen, kami dituntut memproduksi barang sesuai keinginan mereka. Dampaknya tentu saja variasi produk kami selalu bertambah,” imbuhnya.
Hal ini yang membuat Etika yakin, Bhima Aneka Besek akan terus berinovasi untuk menghasilkan aneka produk yang rapi, kokoh, berfungsi, namun juga cantik dan estetik.
Berbagai produk besek yang unik mengundang pembeli dari luar daerah Jombang, bahkan hingga luar Jawa.
Sayangnya, pemasaran Bhima Aneka Besek untuk luar Pulau Jawa masih terkendala masalah pengiriman.
“Karena ongkirnya tinggi. Barangnya ringan tapi terhitung volume yang besar,” paparnya.
Kejelian Etika melihat salfok netizen sebagai peluang membuahkan hasil. Bhima Aneka Besek sudah balik modal hanya dalam tiga bulan setelah berdiri.
“Saat ini omzet kami Rp70an juta per bulan, dan akan meningkat 30-50% pada peak season seperti hari raya, atau hari libur nasional seperti Agustus sekarang maupun akhir tahun,” kata Etika.
Maklum, hari raya atau hari libur kerap diwarnai dengan banyaknya acara makan bersama atau saling menukarkan hantaran.
Ilustrasi hantaran bambu bhimabesek. Instagram/Bhimabesek.
Serap Tenaga Kerja Hingga Pelatihan
Pertumbuhan bisnis juga terlihat dari jumlah tenaga kerja yang diserap. Kini, rumah produksi Bhima Aneka Besek sudah mempekerjakan enam orang pekerja untuk perakitan.
Bhima Aneka Besek juga mempekerjakan ibu-ibu di sekitar lingkungan atau luar desa untuk menganyam bambu. Pekerjaan ini dilakukan para ibu di rumah masing-masing.
Tak hanya menikmati sendiri, Etika dan suami juga kerap diminta untuk membagikan ilmunya lewat berbagai pelatihan.
Awalnya, keduanya menggelar pelatihan secara swadana dan mandiri kepada ibu-ibu di lingkungan sekitar dalam rangka penyerapan potensi tenaga untuk usaha Bhima Aneka Besek.
“Namun, beriring waktu pihak kedinasan, sekolah-sekolah, ataupun lembaga meminta kami untuk mengisi pelatihan yang mereka selenggarakan,” paparnya.
Biaya pelatihan sesuai dengan kesepakatan tingkat materi yang diinginkan. Peserta pelatihan diajari mulai menyerut bambu menjadi bilah tipis, menganyam dasar, menganyam bentuk, merakit anyaman, sampai finishing.
“Pangsa pasar kerajinan bambu ini sangat luas, tapi kapasitas kami masih terbatas. Maka harapan kami untuk Bhima Aneka Besek ke depan adalah mampu lebih banyak lagi menyerap tenaga,” tutup Etika.