c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

27 Oktober 2022

21:00 WIB

BFI Finance Alami Pertumbuhan Signifikan Pada Kuartal III/2022

Dari sisi pertumbuhan aset, BFI Finance melaporkan nilai aset tertinggi yang pernah diraih Perusahaan sebesar Rp20 triliun, tumbuh sebesar 36,6% yoy.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Dian Kusumo Hapsari

BFI Finance Alami Pertumbuhan Signifikan Pada Kuartal III/2022
BFI Finance Alami Pertumbuhan Signifikan Pada Kuartal III/2022
Ilustrasi nasabah BSI Finance. ANTARA FOTO/ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

JAKARTA - Sepanjang sembilan bulan perjalanan di era baru pasca pandemi, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) menorehkan beberapa capaian dengan pertumbuhan yang signifikan di beragam lini bisnis dengan rasio Non-Performing Finance (NPF) yang terjaga stabil dan rendah, di bawah 1,5%. 

"Pencapaian ini tidak lepas dari strategi Perusahaan secara internal yang didukung oleh kemampuan daya beli masyarakat, kondusifnya dunia usaha, dan perekonomian dalam negeri yang kian membaik," ujar Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono dalam konferensi pers virtual, Kamis (27/10).

Kendati sampai di triwulan ketiga ini masih dibayangi tantangan lain seperti kenaikan suku bunga sebagai dampak laju suku bunga acuan dari Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) dalam rangka melawan tekanan inflasi dan menjaga stabilitas harga, serta santernya isu resesi global memasuki tahun 2023, Sudjono mengatakan langkah BFI Finance untuk menyeimbangkan target dan kelolaan risiko Perusahaan terjaga dengan baik. 

"Hingga September 2022, penyaluran pembiayaan baru (booking) mencapai Rp13,7 triliun atau tumbuh 48,3% year-on-year (yoy). Nilai booking ini turut mengatrol penguatan laba setelah pajak sebesar 64,5% yoy atau menjadi Rp1,3 triliun dari Rp796 miliar pada periode yang sama," katanya.

Dari sisi pertumbuhan aset, BFI Finance melaporkan nilai aset tertinggi yang pernah diraih Perusahaan sebesar Rp20 triliun, tumbuh sebesar 36,6% yoy. Pencapaian ini bahkan melampaui nilai aset Perusahaan tertinggi di masa prapandemi, yaitu Rp19,1 triliun per 31 Desember 2018. Berkat pengelolaan bisnis, nilai pendapatan juga terkerek 29,6% year-on-year (yoy) menjadi Rp3,8 triliun.

“Sektor riil yang kembali aktif bergerak serta pemerintah yang mampu menjaga kestabilan politik dan ekonomi membuat atmosfer konsumsi masyarakat masih tumbuh. Hal ini mendorong pertumbuhan kinerja yang signifikan dibandingkan kondisi tahun lalu. Namun, kami akan tetap menjalankan kelolaan manajemen risiko dengan kehati-hatian dan menjaga kualitas aset,” ungkap Sudjono.

Persentase NPF BFI Finance juga masih stabil di rasio bruto 1,09%. Persentase ini menempatkan BFI Finance kembali di angka rasio yang masih berada jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri (Data Otoritas Jasa Keuangan/OJK per 31 Agustus 2022 sebesar 2,60%).

"NPF coverage terhitung mencapai 4,2 kali diimbangi dengan proses penagihan berbasis sistem yang efisien dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dari sisi penyisihan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Pencadangan Perusahaan ini masih lebih besar dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,2 kali," sebutnya.

Dari total piutang yang dikelola sebesar Rp18,4 triliun, portofolio pembiayaan BFI Finance, kata Sudjono, masih didominasi pembiayaan kendaraan roda empat sebesar 68,2% atau ekuivalen dengan Rp12,5 triliun. 

Disusul oleh pembiayaan alat berat dan mesin dengan porsi 12,7%, pembiayaan kendaraan roda dua sebesar 11,3%, pembiayaan bersertifikat rumah dan ruko sebanyak 2,8%, serta pembiayaan syariah dan lainnya 5,0%.

"Seiring dengan geliat aktivitas dan ekonomi masyarakat, restrukturisasi konsumen juga turut melandai dengan nilai restrukturisasi tersisa sebesar 2,9% dari nilai total piutang pembiayaan. Sebanyak 77,1% dari sisa restrukturisasi tersebut turut dilaporkan telah kembali ke pembayaran normal," imbuhnya.

Penghujung triwulan tiga juga ditutup dengan ditandatanganinya perjanjian kredit sindikasi senilai Rp1,6 triliun pada 23 September. Dalam penandatanganan perjanjian kredit sindikasi tersebut, Bank DKI ditunjuk sebagai Mandated Lead Arranger sekaligus sebagai Agen Fasilitas, Agen Jaminan dan Agen Escrow bersama dengan tiga Bank Pembangunan Daerah (BPD) lainnya yakni Bank Jatim, Bank Papua, dan Bank Kalsel. 

Sudjono menjelaskan bahwa fasilitas ini digunakan untuk mendukung aktivitas pembiayaan di seluruh wilayah operasional Perusahaan di Indonesia. Kerja sama ini, katanya, merupakan salah satu bentuk kepercayaan para bank sebagai mitra bisnis dalam memberikan pendanaan kepada BFI Finance.

“BFI Finance bersyukur dapat mempertahankan tren positif yang dicapai dan berharap dapat terjaga momentumnya hingga akhir tahun 2022. Dengan demikian, Perusahaan dapat mencatatkan rekor pertumbuhan total aset dan laba bersih sepanjang tahun 2022 ini,” pungkas Sudjono.

Proyeksi Kinerja Akhir Tahun

Sudjono menerangkan bagaimana proyeksi BFI Finance di akhir tahun. Diantaranya pertumbuhan penyaluran pembiayaan baru dari yang 10% tumbuh di atas 40%, lalu pertumbuhan piutang neto dari 10% menjadi tumbuh diatas 30%, pertumbuhan aset dari 15% tumbuh diatas 30%, pertumbuhan pendapatan dari sekitar 5% tumbuh kurang lebih 30%, laba bersih dari 10% tumbuh di atas 50%.

Untuk NPF ia berharap akhir tahun ini akan kurang dari 2,0% menjadi 1,5%, rasio pinjaman terhadap ekuitas kurang dari 2,0x di bawah 1,5x, rasio pembagian dividen dari 50% estimasi pencapaiannya juga sampai dengan 50%.

"Kenapa target yang ditetapkan cukup berbeda jauh dari realisasi? sebetulnya jawabannya sederhana karena pada saat kita membuat budget, kondisi pandemi belum terkendali sehingga di market masih rentan. Untuk itu BFI tidak mau melakukan budget atau target yang terlalu bombastis," katanya.

Namun disisi lain ia menjelaskan pada saat BFI melihat bahwa kondisi pandemi sudah terkendali maka saat ini mulai kembali berani untuk lebih ekspansi dan mengambil kesempatan yang ada di market. Untuk rencana bisnis di tahun berikutnya ia mengatakan BFI belum bisa secara gamblang menyebutkan angka atau detail lebih lanjut karena belum menyampaikan rencana bisnis ke regulator.

"Namun dapat disampaikan bahwa dari sisi jaringan, BFI  tidak ada rencana untuk menambah jaringan baru," katanya.

Selain tidak ada pembukaan jaringan fisik cabang daerah baru karena perluasan jaringan hanya akan difokuskan pada jaringan berbasis digital, Sudjono juga mengatakan untuk pengembangan produk keuangan baru akan dilakukan optimalisasi yang sudah berjalan saat ini sehingga mampu mendukung target perusahaan fokus pada penyediaan solusi keuangan yang bersifat customer-centric.

"Tentunya dengan menyesuaikan kebutuhan masing-masing segmen pasar yang dilayani lewat dukungan teknologi informasi," katanya.

Lalu untuk digitalisasi, nantinya BFI akan mengembangkan kapasitas teknologi informasi berbasis terbuka atau mikro service.

"Nantinya kami akan terus mengembangkan teknologi terkini guna mendukung pengembangan bisnis perusahaan berbasis teknologi secara end-to-end mulai dari sisi originasi transaksi baru hingga pelayanan konsumen serta bekerjasama dan berkolaborasi dengan pihak ketiga untuk mempercepat proses transformasi bisnis," imbuhnya.

Strategi BFI Saat Suku Bunga Naik

Saat ditanya terkait dengan kenaikan suku bunga,Sudjono menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga itu sesuatu yang tidak dapat terhindarkan karena kondisi makro ekonomi dan juga kondisi geopolitical yang terjadi di dunia saat ini.

Menurutnya Bank Indonesia harus melakukan adjustment untuk mempertahankan posisi dana asing yang ada di Indonesia supaya tidak ada kerugian juga tidak tergerus kondisi nilai tukar. Ia juga mengungkapkan saat ini tingkat bunga masih sangat normal mengingat sudah berada di level ini dalam waktu lama pada saat pandemi. 

"Pada saat kemarin karena tidak adanya inflasi dan tidak ada pertumbuhan ekonomi sehingga suku bunga diturunkan dan kita juga sudah mulai kembali ke kondisi normal. Selama demand masih ada, selama pengangguran tidak meningkat dan tidak ada masalah sosial ekonomi politik sosial di Indonesia, saya rasa pertumbuhan akan tetap ada," tegasnya.

Lebih lanjut ia menuturkan karena masyarakat sudah ada dalam keadaan pandemi kurang lebih dua tahun dengan pembatasan aktivitas ia melihat antusiasme aktivitas ekonomi saat ini sudah kembali sangat normal dan sudah sangat Intens seperti sebelum pandemi.

"Tentunya hal tersebut sangat berdampak positif terhadap perekonomian di Indonesia di industri pembiayaan dan khususnya untuk multifinance yang penting bagi kami adalah kami harus memantau secara cepat dan mengambil tindakan yang cepat apabila kondisi memburuk," tuturnya.

Ia mengungkapkan saat keadaan ekonomi memburuk nantinya BFI akan melakukan pengereman guna menjaga kualitas aset agar dapat terkontrol dengan baik. Namun ia masih optimis bahwa kondisi sampai dengan akhir tahun dapat dipertahankan. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar