12 April 2025
17:30 WIB
Bertolak ke Yordania, Amran Bakal Tandatangani MoU Kerja Sama Pertanian
Sambil mendampingi Presiden Prabowo, rencananya Mentan Amran akan menandatangani MoU kerja sama Indonesia-Yordania di sektor pertanian mulai dari pertukaran program pelatihan hingga investasi.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
Mentan Amran Sulaiman memberikan sambutan pada acara PSBM di Makassar, Sulsel, pada 9-11 April 2025. Dok Kementan
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman turut mendampingi Presiden Prabowo pada Sabtu (12/4) pagi, untuk bertolak menuju Amman, Yordania. Kunjungan ke negara tersebut merupakan rangkaian kegiatan kenegaraan Presiden Prabowo ke sejumlah negara di kawasan Timur Tengah dan Turki.
Dalam keterangan resmi Kementan, kunjungan tersebut merupakan agenda untuk mempererat hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara mitra strategis, satunya Yordania.
"Kunjungan ini bertujuan mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan negara-negara mitra strategis, khususnya di bidang perdagangan, investasi, dan pertanian. Indonesia dan Yordania telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1950 dan terus memperkuat kerja sama lintas sektor yang saling menguntungkan," tulis Kementan yang diterima Validnews, Jakarta, Sabtu (12/4).
Pada kunjungan ke Yordania, Amran dijadwalkan akan menandatangani berbagai nota kesepahaman untuk kerja sama di bidang pertanian dengan pihak Kerajaan Hasyimiyah. Adapun ruang lingkup kerja sama antara Indonesia dan Yordania meliputi sejumlah hal.
Pertama, pertukaran program pelatihan dan peningkatan kapasitas. Kedua, pelaksanaan program pelatihan dan peningkatan kapasitas. Ketiga, kolaborasi program magang dan partisipasi pameran.
Keempat, promosi perdagangan dan investasi pertanian. Kelima, fasilitas akses pasar produk-produk pertanian. Keenam, bentuk kerja sama lainnya yang disepakati kedua pihak.
Kementerian Pertanian menilai, kerja sama ini sangat relevan, mengingat Indonesia dan Yordania, masing-masing memiliki potensi unggul yang saling melengkapi.
Seperti diketahui, Indonesia unggul dalam produksi komoditas tropis seperti kelapa sawit, rempah-rempah, dan karet. Sedangkan Yordania merupakan salah satu negara produsen fosfat terbesar di dunia, yang dapat Indonesia gunakam sebagai bahan baku pembuatan pupuk, terutama pupuk NPK dan pupuk fosfat lainnya.
Selain itu, Yordania juga unggul dalam teknologi pertanian lahan kering dan pengelolaan air. Tak hanya peluang kerja sama teknis itu saja, kedua negara yang merupakan negara mayoritas berpenduduk muslim memiliki peluang untuk mengembangkan industri halal, termasuk produk pangan berbasis syariah.
Mengutip Trading Economics, berdasarkan data Comtrade PBB tentang perdagangan internasional, ekspor Indonesia ke Yordania di 2023 mencapai US$722,66 juta.
Setidaknya, 10 komoditas unggulan yang paling banyak Indonesia ekspor ke Yordania adalah mutiara, batu mulia, logam, dan koin senilai US$574,27 juta; kayu dan bsrang dari kayu, arang kayu senilai US$33,33 juta; serta lemak dan minyak hewani, nabati, produk pembelahan senilai US$19,80 juta;
Kemudian, kertas dan karton, barang dari pulp senilai US$15,97 juta; kendaraan selain kereta api, trem senilai US$14,86 juta; olahan daging, ikan dan makanan laut senilai US$12,32 juta; serta sabun, pelumas, lilin dan pasta pemodelan senilai US$10,15 juta;
Lalu, serealia, tepung, pati, olahan susu dan produknya senilai US$9,63 juta; plastik senilai US$5,20 juta; hingga berbagai olahan makanan senilai US$4,57 juta.
Sementara 10 komoditas tertinggi yang Indonesia impor dari Yordania di antaranya garam, belerang, tanah, batu, plester, kapur dansemen senilai US$131,66 juta; pupuk senilai US$123,69 juta; mutiara, batu mulia; logam, koin senilai US$2,99 juta; dan barang-barang pakaian, rajutan atau kaitan senilai US$1,67 juta.
Kemudian, tembakau dan produsen pengganti tembakau senilai US$1,05 juta; terak bijih dan abu senilai US$233,9 ribu; barang dari besi atau baja senilai US$225,3 ribu; serta kain rajutan atau kaitan senilai US$223,3 ribu.
Selanjutnya, bahan kimia anorganik, senyawa logam mulia, isotop senilai US$219,86 ribu; hingga buah yang dapat dimakan, kacang-kacangan, kulit buah jeruk, dan melon senilai US$206,62 ribu.