05 November 2025
20:15 WIB
Berapa Banyak Impor Pakaian Bekas RI? Menteri UMKM: 2-3 Ribu Ton
Menteri UMKM menegaskan impor pakaian bekas ilegal mengancam keberlangsungan pelaku usaha dan industri lokal. Impornya naik gila-gilaan 2023-2025 hingga menyentuh 250 kali lipat sekitar 2-3 ribu ton.
Editor: Khairul Kahfi
BANDUNG - Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan, produk impor pakaian bekas ilegal mengancam keberlangsungan pelaku usaha dan industri lokal. Hal ini ditekankannya saat melakukan kunjungan ke Hallway Kosambi, Bandung, Jawa Barat.
Buat gambaran, Maman menyebutkan, impor pakaian bekas ilegal melonjak dari 12 ton pada 2023 menjadi sekitar 3.000 ton pada 2024, dan tercatat hingga Agustus 2025 mencapai masih di angka sekitar 2.000 ton.
Hitungan Validnews, pertumbuhan impor pakaian bekas ke dalam negeri di 2024 bisa melonjak sekitar 250 kali lipat. Meski cenderung menurun sementara ini di 2025, jumlahnya jika dibandingkan 2023 masih cukup besar sampai hampir 167 kali lipat.
"Jumlah ini (impor pakaikan bekas ilegal) jelas menghantam produk lokal," jelasnya melansir Antara, Jakarta, Rabu (5/11).
Baca Juga: Larang Bisnis Thrifting, Prabowo Dukung UMKM Beralih Ke Produk Lokal
Sebagai langkah lanjutan, dia menegaskan, pemerintah kini tengah berupaya melindungi pelaku UMKM dengan cara menggantikan produk impor ilegal dengan produk lokal.
"Kami juga telah menerima arahan dari Presiden agar Kementerian UMKM, di bawah koordinasi Menko PMK, menyiapkan program substitusi produk (impor pakaian ilegal). Kami akan dorong pengusaha yang selama ini aktif di (menjual barang) produk luar untuk digeser ke lokal," tegasnya.
Baca Juga: Purbaya Kantongi Nama Importir Pakaian Bekas Ilegal; Ancam Denda-Penjara!
Dirinya juga menyoroti asumsi publik yang seringkali menganggap produk lokal memiliki harga mahal. Secara hukum ekonomi, lanjutnya, harga produk lokal yang mahal secara langsung terbentuk oleh pola perilaku pembelian masyarakat yang cenderung memilih produk luar.
"Sering kali produk lokal disebut mahal. Padahal, secara teori ekonomi, harga tinggi terjadi karena permintaan masih rendah. Kalau makin banyak masyarakat membeli produk lokal, harga akan turun secara alami karena permintaan dan suplai menjadi seimbang," jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, dirinya mengapresiasi semangat anak-anak muda Bandung yang mengelola Hallway Space Pasar Kosambi, sembari berharap langkah ini dapat ditiru oleh anak muda di daerah lain di Indonesia.
Baca Juga: Kurang Tangkas Mengatasi Impor Pakaian Bekas
Ia menyebut pemerintah siap memberikan dukungan dan akses modal bagi para pelaku UMKM, terutama pengelola muda di Pasar Kosambi.
Maman juga mengajak agar masyarakat agar terus menjaga, melindungi, dan memprioritaskan produk-produk buatan dalam negeri agar ekonomi rakyat semakin kuat.