22 Juni 2021
14:05 WIB
JAKARTA – Ada kabar baik buat pembudidaya udang nasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melansir, ada peluang komoditas udang dari Indonesia bisa mendominasi pasar Amerika Serikat (AS), sejalan dengan adanya aturan pembebasan Bea Masuk (BM) untuk udang yang masuk ke AS.
"Pangsa pasar produk udang di AS yang besar dengan tren positif tersebut, Indonesia pun memiliki daya saing terkait produk dimaksud," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (22/6).
Menurut Artati, sejumlah produk udang yang memiliki pangsa besar dengan tren meningkat di negeri Paman Sam di antaranya shrimp warm-water peeled frozen (udang kupas beku). Kemudian shrimp breaded frozen (udang tepung beku), dan shrimp warm-water shell-on frozen (udang utuh beku) dari beragam ukuran.
Peluang itu, ujar dia, kian terbuka lantaran produk udang di pasar AS sudah tidak dikenakan tarif BM bagi semua negara eksportir. Artinya sudah tidak ada penghalang tarif dalam ekspor udang ke AS.
Sejauh ini, untuk mendorong peningkatan ekspor, Artati menyoroti pihaknya tidak hanya fokus untuk meningkatkan produksi. Menurutnya, perlu juga ada efisiensi dan inovasi produksi (hulu-hilir) dan distribusi agar menghasilkan produk udang yang berdaya bersaing.
Dengan demikian, lanjutnya, tidak hanya harga udang Indonesia yang lebih kompetitif, tetapi bisa menciptakan citra produk yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara kompetitor.
"Untuk itu, pemenuhan kepatuhan sesuai persyaratan negara tujuan ekspor, baik persyaratan dari pemerintah maupun persyaratan khusus dari importir patut kita penuhi," urai Artati.
Sebagai gambaran, berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries, pada bulan April 2021, nilai impor udang AS mencapai US$514,2 juta, meningkat sebesar 17% dibanding April 2020. Dari sisi volume, impor udang AS pada April 2021 sebesar 61,1 ribu ton atau meningkat sebesar 18,2% dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara, udang yang berasal dari Indonesia sejak Januari–April 2021 tercatat mencapai sebesar US$503,8 juta (24,1%). Dengan volume mencapai sebesar 58,0 ribu ton (23,5%).
Tambak Percontohan
Sebelumnya, Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menyatakan, klaster tambak udang percontohan yang digagas pihaknya di Kecamatan Kertajadi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mampu memproduksi udang berkualitas ekspor.
"Sudah berkualitas ekspor, karena sudah memenuhi persyaratan-persyaratan dari sistem cara budidaya ikan yang baik,” tuturnya.
Menurutnya, udang Indonesia bisa diterima dari aspek Biosecurity dan traceability. Pendeknya udang Indonesia bisa ditelusuri benihnya dari mana, sudah bersertifikat atau belum, bebas penyakit atau tidak.
“Demikian juga pakannya sudah terdaftar. Ini semua sudah memenuhi persyaratan food safety, food security," kata Slamet.
Menurut dia, tambak udang percontohan tersebut dalam hasil panen perdananya diketahui dapat mencapai hingga sebanyak 30 ton udang berkualitas ekspor, karena selama ini menerapkan prinsip cara berbudidaya yang baik (CBIB). Ia memaparkan, percontohan tambak klaster di Kecamatan Kertajadi luasnya sekitar 4 hektare terdiri dari 15 kolam. Total panen diperoleh sekitar 30 ton dengan nilai sekitar Rp2,1 miliar..
Selain di Cianjur, KKP membangun empat percontohan klaster tambak udang vaname sepanjang 2020. Tersebar di Buol (Sulawesi Tengah), Sukamara (Kalimantan Tengah), Lampung Selatan (Lampung) dan di Aceh Timur (Aceh). Sementara untuk tahun 2021 ini, akan dibangun lima lagi di Pemalang (Jawa Tengah), Kutai Kartanegara (Kaltim), Aceh Tamiang (Aceh), Takalar (Sulsel) dan Sumbawa (NTB).
pekerja mensortir udang vaname untuk keperluan ekspor. dok. Antara Foto
Asal tahu saja, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membidik peluang pasar ekspor udang sebesar dua juta ton melalui pengoptimalan tambak-tambak telantar di seluruh Indonesia.
"Saat ini volume pasar ekspor masih 857 ribu ton. Kami menargetkan dua juta ton per tahun pada 2024," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya KKP Sjarief Widjaja.
Kondisi budi daya udang di Indonesia saat ini bertumpu pada sistem budi daya intensif, semi intensif, dan tradisional. Luas lahan budi daya sendiri tercatat seluas 300 ribu hektare dan bisa memproduksi 857 ton udang per tahun.
Dua Juta Ton
Proyeksi budi daya tahun 2024 dengan target dua juta ton terletak pada lahan tambak seluas 311 ribu hektare. Pemerintah pun menggaet minat swasta untuk terlibat membangun tambak-tambak modern menggunakan sistem progresif, terintegrasi silvofisheries, maupun millenial shrimp farming.
Sekadar informasi, nilai produk pasar perikanan dunia saat ini tercatat mencapai US$162 miliar per tahun. Pasar udang adalah yang terbesar dengan nilai US$24 miliar dolar.
"Indonesia berada di posisi ketujuh dunia, ekspor udang 239 ribu ton dengan nilai pasar US$2 miliar," kata Sjarief.
Untuk mencapai target produksi dua juta ton udang dalam kurung waktu empat tahun, kini pemerintah mulai memilih tambak-tambak terlantar untuk dikelola menjadi kawasan tambak estate. Kemudian membangun infrastruktur, jalan produksi, irigasi tandon, benih unggul, pakan hingga memastikan sumber air terbaik.
Selain itu pemerintah juga melakukan negosiasi bea masuk dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, guna memastikan adanya penurunan tarif untuk produk ekspor asal Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono optimistis, dorongan penuh terhadap program peningkatan ekspor udang nasional akan bisa membuat Indonesia menguasai pasar udang global.
"Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong penuh program peningkatan ekspor udang nasional," kata Menteri Trenggono dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut dia, udang merupakan komoditas perikanan yang paling banyak diminati pasar global. Dalam kurun waktu 2015-2019 udang merupakan permintaan pasar nomor dua setelah salmon.
Selain itu, ujar dia, Indonesia selama kurun waktu tahun 2015-2020 berkontribusi terhadap pemenuhan pasar udang dunia rata-rata sebesar 6,9 persen per tahun.
"Potensi pasar ini harus kita garap, khususnya pasar yang memberikan nilai tinggi terhadap udang produksi Indonesia, agar Indonesia mampu menguasai pasar udang dunia," kata Trenggono.
Untuk mendukung hal tersebut bisa tercapai, Trenggono memaparkan beberapa program yang telah disiapkan oleh KKP untuk meningkatkan produksi dan ekspor udang nasional, antara lain revitalisasi tambak dengan membangun infrastruktur atau sarana dan prasarana sebagai percontohan kawasan udang bagi masyarakat, dan penyederhanaan perizinan usaha tambak udang.
Ia menambahkan ada pula pembangunan model Shrimp Estate untuk budidaya udang dari hulu ke hilir. Shrimp Estate merupakan budidaya udang berskala memadai yang proses budidayanya dalam satu kawasan dengan proses produksi berteknologi agar hasil panen optimal, mencegah penyakit, serta lebih ramah lingkungan agar prinsip budidaya berkelanjutan tetap terjaga.
Namun dalam implementasinya, ia menjelaskan beberapa tantangan pada subsektor perikanan budidaya, salah satunya adalah pakan yang merupakan komponen biaya produksi terbesar.
Untuk itu, ujar dia, kerja sama antara pemerintah dengan produsen pakan nasional harus berjalan beriringan untuk mencapai biaya komponen pakan yang lebih efisien.
Ia mengutarakan harapannya kepada para peneliti agar dapat terus melakukan pengembangan dalam inovasi pakan di Indonesia.
Nilai ekspor udang nasional pada tahun 2019 sendiri menempatkan Indonesia di urutan kelima eksportir udang dunia, di bawah India, Ekuador, Vietnam dan Tiongkok, dengan pangsa pasar sebesar 7,1%.