c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

14 Maret 2025

17:22 WIB

Bapanas Proyeksikan Produksi Beras Maret 2025 Capai 5,48 Juta Ton

Terlebih puncak panen raya padi diproyeksikan akan dimulai pada Maret ini, sehingga momentum ini harus dioptimalkan untuk penguatan stok cadangan beras pemerintah atau CBP,

<p>Bapanas Proyeksikan Produksi Beras Maret 2025 Capai 5,48 Juta Ton</p>
<p>Bapanas Proyeksikan Produksi Beras Maret 2025 Capai 5,48 Juta Ton</p>

Petani menunjukkan hasil panen padi di kawasan persawahan Desa Niaso, Muaro Jambi, Jambi, Selasa (12 /11/2024). AntaraFoto/Wahdi Septiawan

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa proyeksi padi setara beras pada musim panen Maret 2025, diperkirakan mencapai hingga 5,48 juta ton.

“Saat ini waktunya Bulog untuk menyerap dengan maksimal hasil produksi panen petani dalam negeri. Proyeksi produksi beras kita di Maret ini akan bisa mencapai 5,48 juta ton," kata Arief dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (14/3).

Dari proyeksi tersebut, jika dibandingkan dengan kebutuhan beras untuk konsumsi bulanan secara nasional, maka masih akan ada surplus mencapai 2,74 juta ton di periode Maret. "Jadi ayo kita genjot bersama supaya pemerintah bisa serap hasil petani seoptimal mungkin untuk mempertebal stok CBP Indonesia," ujarnya.

Dia menyampaikan, pemerintah berkomitmen memperkuat ketahanan pangan nasional dengan memastikan penyerapan gabah dan beras petani secara optimal bersama Perum Bulog. "Terlebih puncak panen raya padi diproyeksikan akan dimulai pada Maret ini, sehingga momentum ini harus dioptimalkan untuk penguatan stok cadangan beras pemerintah atau CBP," tuturnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), puncak panen raya tahun ini akan jatuh pada periode Maret dan April 2025, karena memiliki estimasi produksi beras total mencapai 10,45 juta ton. Proyeksi itu dinilai sebagai produksi paling tinggi dalam tiga tahun terakhir dengan periode yang sama.

"Produksi beras di Maret bisa mencapai 5,48 juta ton, sedangkan menurut Proyeksi Neraca Pangan kebutuhan konsumsi di Maret adalah 2,74 juta ton, sehingga ada surplus 2,74 juta ton," ucapnya.

Sementara produksi April diperkirakan 4,97 juta ton dengan kebutuhan konsumsi 2,54 juta ton. Hal itu bisa membuat surplus hingga di angka 2,43 juta ton. Lebih lanjut, Arief menyebutkan, realisasi serapan Bulog hingga saat ini masih sekitar 250 ribuan ton.

"Nah, pada Maret dan April ini waktunya Bulog untuk fokus dan terus menaikkan kuantitas serapan gabah/beras, sesuai dengan arahan Bapak Presiden Prabowo agar menyerap gabah kering panen (GKP) Rp6.500 per kg,” tuturnya.

Kecukupan Stok
Adapun hingga 11 Maret, realisasi serapan setara beras oleh Bulog telah menyentuh angka 255 ribu ton atau 8,52% dari total target 3 juta ton setara beras. Pemerintah menginginkan kecukupan stok beras yang dikelola Bulog harus berasal dari produksi dalam negeri.

Dalam hal ini, pemerintah melalui Bapanas telah mengeluarkan kebijakan agar Bulog bisa menyerap hasil gabah petani dengan harga Rp6.500 per kg. Langkah itu ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Kepbadan) Nomor 14 tahun 2025 dan Kepbadan Nomor 16 Tahun 2025.

Lebih lanjut Arief mengungkapkan, stok CBP yang memadai menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan nasional. CBP dapat dipergunakan pemerintah tatkala terjadi fluktuasi harga di pasar atau stimulus bantuan ke masyarakat berpendapatan rendah.

Dia menambahkan, dengan kecukupan stok beras yang ada di Bulog maka bisa menopang stabilitas pasokan dan harga pangan. Dengan stok tersebut dapat dilakukan berbagai intervensi stabilisasi pangan seperti penyaluran beras SPHP dan bantuan pangan beras.

"Dampaknya bisa kita lihat bahwa inflasi terjaga hingga hari ini,” kata Arief.

Berdasarkan data BPS, tingkat inflasi beras secara bulanan pada Februari 2025 sedang mengalami penurunan menjadi 0,26%. Sementara inflasi beras pada tahun 2025 ini dibuka di 0,36% pada Januari.

Di samping itu, inflasi komponen volatile food atau inflasi pangan secara tahunan masih dilaporkan BPS berada di angka positif, yakni 0,56%. Capaian ini harus terus dapat dikendalikan dan dijaga pemerintah menimbang kondisi inflasi umum mengalami torehan -0,09%.

Serapan Bulog
Perum Bulog sendiri telah menyerap gabah dan beras sebesar 300.000 ton setara beras, menjelang puncak musim panen raya yang diperkirakan berlangsung pada April 2025. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Arwakhudin Widiarso mengatakan capaian serapan gabah sebanyak 300.000 ton ini menjadi angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Dengan rata-rata penyerapan harian yang sudah mencapai belasan ribu ton, kata Arwakhudin, Bulog optimistis dapat terus menjaga momentum ini hingga akhir musim panen raya.

"Dalam lima tahun terakhir penyerapan sebanyak 300.000 ton merupakan angka tertinggi, rata-rata penyerapan harian sudah belasan ribu ton, semoga kami bisa terus menjaga momentum ini menjelang panen raya di akhir Maret hingga April nanti," kata Arwakhudin.

Bulog terus berupaya untuk memastikan, pasokan pangan dalam negeri tetap stabil dan mencukupi kebutuhan masyarakat, terutama dalam menghadapi puncak panen raya yang diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi petani Indonesia.

Menurut Arwakhudin, Bulog berkomitmen untuk mendukung swasembada pangan melalui pembelian gabah dan beras dari petani dalam negeri. Arwakhudin mengatakan tim Jemput Gabah Perum Bulog melakukan penyerapan dengan melibatkan banyak pihak dari stakeholders perusahaan, seperti Dinas Pertanian di tingkat Provinsi dan kota/kabupaten, TNI-Polri, kelompok tani, gapoktan dan penggilingan padi.

"Sinergi ini kami harapkan dapat mengoptimalkan penyerapan kami menjelang musim panen raya," ujarnya.

Perum Bulog gencar melakukan sosialisasi terhadap harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani. Pembelian gabah itu dengan harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yakni Rp 6.500 per kilogram.

Menurut dia, harga tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan memberikan harga yang wajar untuk gabah kering panen. "Sesuai dengan arahan Presiden bahwa harga yang ditetapkan pemerintah untuk pembelian Gabah Kering Panen di tingkat petani adalah sebesar Rp.6.500/kg. Harga ini adalah bentuk pemerintah hadir dalam upaya menyejahterakan petani dengan melakukan pembelian gabah dengan harga yang baik dan dapat menguntungkan para petani," jelas Arwakhudin.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pengawas Perum BULOG sekaligus Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengatakan, surplus produksi beras diperkirakan akan mencapai 2,8 hingga 3,5 juta ton hingga April 2025. Ia berharap dengan surplus ini, para petani dapat menanam dua hingga tiga kali dalam setahun, sehingga dapat menciptakan ketahanan pangan yang lebih berkelanjutan.

"Setelah panen kali ini, saya harapkan para petani bisa kembali menanam lagi. Jadi dalam setahun bisa menanam hingga 2 sampai 3 kali, tidak hanya sekali menanam saja," kata Sudaryono.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar