04 Desember 2024
13:47 WIB
Bank Mega Syariah: Kenaikan UMP 2025 Bisa Tingkatkan Permintaan Produk Perbankan
Bank Mega Syariah menilai, kenaikan upah minimum tahun depan berpotensi meningkatkan permintaan terhadap produk pembiayaan perbankan.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi nasabah mengajukan pembiayaan ke bank syariah. Dok Bank Mega Syariah
JAKARTA - Consumer Financing Business Division Head Bank Mega Syariah Raksa Jatnika Budi menilai, kenaikan upah minimum tahun depan berpotensi meningkatkan permintaan terhadap produk pembiayaan perbankan.
Pihaknya memproyeksi, pendapatan yang meningkat dapat membuat masyarakat memiliki kemampuan lebih besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meningkatkan konsumsi, hingga memanfaatkan layanan keuangan, termasuk menabung dan mengakses fasilitas pembiayaan.
Seperti diketahui, pemerintah telah menetapkan kenaikan upah minimum sebesar 6,5% di 2025. Kenaikan ini dinilai dapat memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat, termasuk meningkatkan permintaan terhadap produk pembiayaan perbankan.
“Dengan pendapatan yang lebih tinggi, masyarakat cenderung lebih percaya diri untuk membeli barang atau jasa yang membutuhkan pembiayaan, seperti rumah, kendaraan, atau kebutuhan lainnya,” ungkap Raksa dalam pernyataan tertulis, Jakarta, Rabu (4/12).
Baca Juga: Ini Strategi Bank Mega Syariah Hadapi Kenaikan PPN Tahun Depan
Laporan Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI) melaporkan, pertumbuhan kredit konsumsi perbankan mencapai 10,8% (yoy) pada Oktober 2024, dengan total penyaluran sebesar Rp2.171,7 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan September 2024 yang bertumbuh 10,7% (yoy) sebesar Rp2.149,6 triliun.
Peningkatan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Multiguna, yang terus menunjukkan tren positif dalam mendukung kebutuhan konsumsi masyarakat.
“Data tersebut selaras dengan pencapaian industri dengan pembiayaan konsumer Bank Mega Syariah juga mencatatkan kinerja positif,” katanya.
Raksa menjelaskan, per November 2024, pembiayaan konsumer Bank Mega Syariah tumbuh 24,1% (yoy) mencapai lebih dari Rp421 miliar.
Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) menjadi penopang pertumbuhan pembiayaan konsumer dengan total Rp346 miliar atau tumbuh 23,8% (yoy). Sedangkan, pembiayaan Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) mencapai Rp74,9 miliar atau naik 25,6% (yoy).
Raksa menyampaikan, Bank Mega Syariah fokus mengembangkan pembiayaan konsumer di 2024. Produk yang ditawarkan meliputi Flexi Home, pembiayaan properti dengan harga spesial; Flexi Sejahtera, pembiayaan rumah bersubsidi; dan Flexi Mitra, pembiayaan tanpa agunan untuk pegawai perusahaan mitra Bank Mega Syariah.
Baca Juga: BI: Uang Beredar Oktober Tumbuh Melambat 6,7% Menjadi Rp9.078,6 T
“Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) masih menjadi penopang utama pembiayaan konsumer. Untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan, Bank Mega Syariah akan fokus pada optimalisasi cross-selling produk-produk syariah yang relevan dengan kebutuhan nasabah, serta memperluas jaringan distribusi melalui kemitraan strategis,” ujarnya.
Selain itu, kenaikan UMP juga dinilainya menjadi peluang bagi masyarakat untuk mulai merencanakan keuangan dengan lebih baik, termasuk melalui kebiasaan menabung.
“Bank Mega Syariah menawarkan berbagai produk tabungan yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti Tabungan Berkah Utama IB, Tabungan Haji dan Umrah, hingga Tabungan Simpel untuk pelajar,” tambahnya.
Senada, Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita mengungkapkan, hingga Oktober 2024, total Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega Syariah mencapai Rp10,5 triliun. Dari total tersebut, rasio dana murah (CASA) mencapai 33,5% atau lebih tinggi dari Oktober 2023 yang sebesar 30,5%.