c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

26 Mei 2025

15:28 WIB

Bahlil: Penurunan Lifting Minyak RI Terjadi By Design

Menteri ESDM mensinyalir ada permainan segelintir oknum importir yang sengaja mengondisikan penurunan lifting minyak RI. Tren lifting minyak bumi nasional dari tahun ke tahun makin mengkhawatirkan.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Bahlil: Penurunan Lifting Minyak RI Terjadi <em>By Design</em></p>
<p>Bahlil: Penurunan Lifting Minyak RI Terjadi <em>By Design</em></p>

Petugas memasang 'ticket meter' pada 'meter bank' sebelum kapal FSO Arco Ardjuna Pertamina Hulu Energi ONWJ memproses lifting minyak ke kapal tanker di perairan utara Subang, Laut Jawa, Jabar, Senin (3/4/2023). Antara Foto/Aditya Pradana Putra/rwa.

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui tren lifting minyak bumi nasional dari tahun ke tahun makin mengkhawatirkan. Terakhir pada 2024, lifting minyak RI hanya berada di kisaran 580 ribu barel per hari (BOPD).

Dalam gelaran 2025 Energi Mineral Forum, Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu dengan tegas menyebut tren penurunan lifting minyak terjadi karena sudah diatur oleh oknum-oknum importir minyak.

Dengan terus menurunnya lifting, Bahlil menyebut, kebutuhan minyak di Indonesia terpaksa harus dipenuhi oleh impor. Alhasil, importir akan tersenyum dan dengan senang hati mendatangkan minyak dari luar negeri.

"Apakah memang kita sudah tidak punya sumber daya alam, atau masih ada, atau ini sengaja diturunkan agar impor terus? Bapak ibu semua, saya jujur katakan menurut saya ini ada usur kesengajaan, by design," ujarnya di Jakarta, Senin (26/5).

Baca Juga: Ini Tujuh Pokja Andalan Bahlil Untuk Dongkrak Lifting Migas

Bahlil mengatakan, selalu ada peluang dari setiap permasalahan. Artinya, para oknum importir selama ini berhasil memanfaatkan peluang dari permasalahan lifting minyak Indonesia yang terus menurun.

"Saya bukan Sarjana ITB, saya bukan ahli minyak, dan saya tidak punya bisnis minyak. Tapi saya belajar di HIPMI karena saya pernah jadi Ketua Umum HIPMI, setiap ada masalah, di situ ada peluang," imbuh dia.

Selama menjabat sebagai Menteri ESDM, dirinya menemukan fakta Indonesia memiliki hampir 40 ribu sumur minyak yang bisa dioptimalkan. Tetapi di lapangan, hanya sekitar 20 ribu sumur yang aktif berproduksi. Selebihnya, sudah tidak produktif lagi atau kerap disebut dengan idle well.

Dahulu, PT Pertamina biasa menggarap sumur minyak lewat Kerja Sama Operasional (KSO) bersama mitra. Tak heran, Indonesia pada era 1990-an sempat menjadi salah satu raksasa minyak dunia dengan puncak produksi sebanyak 1,6 juta BOPD di tahun 1996-1997.

Baca Juga: IPA Dorong Kegiatan Eksplorasi Jadi Prioritas Untuk Tahan Tren Penurunan Lifting Minyak

Tetapi ketika ada perubahan regulasi, perusahaan pelat merah itu perlahan mengurangi KSO dan menggarap sumur-sumur minyak sendirian.

"Untuk kedaulatan, ini bagus. Tapi kalau pelemahan itu dilakukan dari internal kita, apakah oknum pejabatnya, oknum BUMN-nya, di sinilah awal kehancuran negara kita dan saya ini sudah mulai dirayu dengan urusan ini," kata Bahlil.

Tak sekadar puluhan ribu sumur tak lagi produktif, dirinya juga telah mengecek ada 301 hasil eksplorasi yang belum memiliki rencana pengembangan (Plan Of Development/POD). Hal tersebut, ia nilai juga menghambat lifting minyak nasional.

"Konsesi itu diberikan untuk dipergunakan dalam rangka meningkatkan produktivitas, produksi, dan pendapatan negara. Jadi kalau izin selesai sudah dikasih, eksplorasi sudah, POD-nya dibuat mundur-mundur. Jadi kalau ditanya apakah bisa? Hanya orang malas yang tidak bisa, atau ada conflict of interest," tegas Bahlil Lahadalia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar