21 September 2023
12:17 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
BALI - Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meminta PT Pertamina (Persero) melepas sumur-sumur minyak dan gas (migas) yang tidak aktif beroperasi atau idle ke investor swasta lokal maupun asing.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menyambut positif pandangan Menteri Investasi.
Menurutnya, melepas sumur-sumur migas yang tidak aktif beroperasi ke investor swasta atau dengan melakukan kerja sama bisa dilakukan. Hal itu agar dapat mengoptimalkan sumur migas sehingga produksi migas bisa meningkat.
"Jadi daripada menganggur, lebih baik diserahkan kepada pihak lain pengelolaannya, atau dikerjasamakan juga bisa. Artinya, Pertamina tetap pegang, tapi juga dijalankan oleh pihak lain bisa positif," kata Komaidi kepada Validnews, Kamis (21/9).
Baca Juga: Bahlil Ajak Investor Hulu Migas untuk Investasi di Indonesia
Komaidi mengatakan, harus dipertimbangkan langkah mana yang paling optimal bagi Pertamina. Sebab, poin pentingnya adalah kalau diupayakan.
"Pertamina sendiri yang di-handle sebenarnya banyak. Mulai dari hulu sampai hilir. Jadi kalau ada mitra yang membantu dalam pembiayaan atau teknis bisnisnya tentu positif untuk mitranya, Pertamina juga saya kira positif karena segala sesuatunya berjalan lebih optimal," tuturnya.
Maksimalkan Investasi
Sebelumnya, Bahlil mengatakan bahwa investasi hulu migas masih dapat dimaksimalkan. Pasalnya, realisasi investasi migas terus mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, lanjut dia, Indonesia juga memiliki total 128 cekungan. Dimana baru sekitar delapan cekungan yang baru dibor dan masih ada 20 lagi yang akan dilakukan.
"Kalau ini kita fokus saya yakin dari sisi investasinya akan terdorong dan dari sisi potensi peluang dari teman-teman pelaku di hulu migas bisa kita lakukan," kata Bahlil dalam acara the 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry (ICIUOG) 2023 di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9).
Bahlil juga menyampaikan pengelolaan sumur minyak bumi yang tidak dapat dioptimalkan oleh Pertamina perlu dioptimalisasi.
“Peluang ini kalau bisa diprioritaskan ke pengusaha nasional. Kalau tidak bisa, baru ke investor asing atau kolaborasi. Kita tidak bisa sendiri-sendiri. Kita jangan lagi merasa ini negara kita, tapi Pertamina jangan sampai nafsu kuda tenaga ayam,” terang Bahlil.
Baca Juga: Semester I 2023, Investasi Hulu Migas Baru US$5,7 Miliar
Lebih lanjut, Bahlil juga meyakinkan agar investor migas tidak perlu ragu melakukan investasi tambahan di Indonesia. Terlebih, arah kebijakan investasi negara ke depan mendorong pada hilirisasi yang tidak hanya untuk satu komoditas saja.
Bahlil menyebutkan potensi komoditas lain yang akan diterapkan hilirisasi meliputi industri metanol, pabrik pupuk, dan blue ammonia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan investasi sekitar US$20 miliar per tahun.
Target investasi itu untuk mendukung capaian target produksi sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas menjadi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030.
“Target 2030 bisa dicapai dengan syarat kita melakukan aktivitas yang agresif dan investasi yang masif. Kita perlu mengebor lebih dari 1.000 sumur per tahun setelah 2025. Kita juga perlu menarik investasi lebih dari US$20 miliar per tahun,” kata Dwi.