c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

07 April 2025

08:37 WIB

Bahlil Instruksikan PLN Segera Bangun PLTP Di Maluku

Provinsi Maluku punya potensi PLTP berkapasitas total 40 MW, terdiri dari PLTP Wapsalit di Pulau Buru dan PLTP Tulehu di Pulau Ambon.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Bahlil Instruksikan PLN Segera Bangun PLTP Di Maluku</p>
<p id="isPasted">Bahlil Instruksikan PLN Segera Bangun PLTP Di Maluku</p>

Ilustrasi. Petani memikul Kubis yang baru dipanen melintasi instalasi PLTP PT Geo Dipa Energi kawasan dataran tinggi Dieng, desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jateng, Sabtu (14/8/2021). Antara Foto/Anis Efizudin

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendorong agar PT PLN sesegera mungkin membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Provinsi Maluku.

Berdasarkan pemetaan yang sudah dilakukan, Maluku punya potensi energi panas bumi berkapasitas total 40 Megawatt (MW). Adapun potensi itu mencakup PLTP Wapsalit sebesar 20 MW di Pulau Buru, serta PLTP Tulehu berkapasitas 2x10 MW di Pulau Ambon.

Saat ini, PLTP Wapsalit masih dalam tahap eksplorasi oleh pengembang swasta dan ditargetkan bisa commercial operation date (COD) pada tahun 2028 mendatang. Sedangkan PLTP Tulehu, sedang dalam fase pengadaan oleh PLN dan dibidik bisa COD pada 2031.

Tak sampai situ, hasil survei Badan Geologi Kementerian ESDM menunjukkan ada potensi panas bumi di Banda Baru, Pulau Seram yang dapat dikembangkan menjadi pembangkit listrik berkapasitas 25 MW. Potensi itu pun akan ditawarkan dalam market sounding oleh Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) pada April 2025 ini.

Menteri Bahlil menambahkan, Proyek PLTP di Maluku pun sudah masuk dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2025-2034. Masuknya PLTP dalam RUPTL diharapkan bisa menekan ketergantungan Maluku atas energi listrik berbasis fosil, baik solar maupun batu bara.

"Jadi begitu ada mesin-mesin pembangkit yang sudah tua, yang diesel, langsung diganti pada energi baru dan terbarukan (EBT), sebagai bentuk dari concern pemerintah untuk menyediakan EBT sebagai konsensus internasional," tuturnya lewat keterangan tertulis, Minggu (6/4).

Sebagaimana diketahui, sistem kelistrikan Provinsi Maluku dewasa ini masih amat bergantung pada pembangkit berbasis fosil. Catatan kementerian ESDM menunjukkan 99% atau 406 MW dari 409 MW total kapasitas pembangkit di kawasan tersebut berasal dari fosil, yakni PLTD, PLTG, PLTGU, serta PLTMG.

Dari jumlah tersebut, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi kontributor terbesar dengan kapasitas 249 MW atau 61% dari total kapasitas pembangkit terpasang di Maluku, kemudian disusul pembangkit berbasis gas dan uap (PLTGU) yang menghasilkan 157 MW atau 38%.

Di lain sisi, sumbangsih EBT pada sistem kelistrikan Maluku hanya di kisaran 3 MW atau kurang dari 1%. Angka itu berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 3 MW, serta pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 0,1 MW.

Dorongan kepada PT PLN itu dilayangkan Bahlil sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk menghadirkan akses energi bersih yang merata dan terjangkau hingga ke Indonesia Timur.

Salah satu upaya mendongkrak pemanfaatan EBT di Maluku secara signifikan ialah dengan mendorong masuknya proyek PLTP ke dalam RUPTL milik PT PLN.

"Sesuai amanat dalam UU Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi, pengembangan PLTP juga akan memberikan manfaat langsung kepada daerah dalam bentuk PNBP dan bonus produksi bagi masyarakat sekitar proyek panas bumi," pungkas Menteri Bahlil.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar