c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

25 Mei 2021

17:54 WIB

Astra International Terus Bidik Startup Potensial Untuk Didanai

Dalam memilih startup yang akan didanai, Astra juga melihat visi dan misi dari pendiri. Termasuk eberapa besar potensi untuk disinergikan dengan potensi bisnis Astra lainnya

Astra International Terus Bidik <i>Startup</i> Potensial Untuk Didanai
Astra International Terus Bidik <i>Startup</i> Potensial Untuk Didanai
Sejumlah pengelola startup berdiskusi di coworking space Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Antara Foto/Ari Bowo Sucipto

JAKARTA – Buat Anda pebisnis startup yang butuh pendanaan, ada kabar gembira. PT Astra International Tbk, salah satu perusahaan multibisnis besar di Indonesia, mengaku tengah mencari banyak perusahaan rintisan untuk didanai.

Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan, selain memodernisasi bisnis, emiten berkode saham ASII itu kini selalu melihat peluang untuk melakukan inovasi bisnis secara organik terkait dengan digital. Astra mengaku siap menggelontorkan investasi di ekonomi digital, terutama pada perusahaan-perusahaan rintisan atau startup yang memiliki prospek baik dan visi misi yang sejalan dengan perseroan.
 
"Astra tentunya juga melihat potensi-potensi untuk juga berpartisipasi di digital economy, salah satunya investasi di startup-startup yang kami lihat itu secara bisnis modelnya kami suka, kemudian punya prospek yang baik karena secara visi misi juga sejalan dengan Astra,” ujar Tira seperti dilansir Antara, Selasa (25/5).

Dalam memilih startup yang akan didanai, Astra menurut Tira juga melihat sosok pendiri dari visi dan misinya dan seberapa besar potensi untuk disinergikan dengan potensi bisnis Astra lainnya.

“Dan, paling penting kita lihat akan ada added value yang diberikan buat Indonesia. Jadi, dari situ Astra tertarik," ucapnya.

Tira menyampaikan untuk tahun ini, Astra sudah berinvestasi di Sayurbox dan Halodoc masing-masing US$5 juta atau setara Rp70 miliar (kurs Rp14.000 per dolar AS) dan US$35 juta atau setara Rp490 miliar. Sebelumnya, Astra juga telah menyuntik dana ke Gojek dengan total mencapai US$250 juta atau Rp3,5 triliun.
 
"Apakah Astra akan sukses dan bisa menambah lebih banyak lagi atau tidak, itu tentunya adalah sesuatu yang kita cermati, pelajari, dan monitor terus dari waktu ke waktu," kata Tira.

Sementara itu, terkait dengan peluang kembali berinvestasi di bisnis perbankan, Tira mengatakan perseroan masih terus mencermati perkembangan ekonomi dan juga industri perbankan itu sendiri. Dulu, Astra memang sempat memiliki bisnis bank. Kemudian 2020 lalu Astra menjual kepemilikannya di Bank Permata ke Standard Chartered.

Nah, sekarang, Ujar Tira, Astra tengah fokus untuk mengarap jasa keuangan sektor ritel. “Apakah Astra nanti ke depan akan masuk ke bisnis perbankan lagi? Itu pertanyaan yang saya tidak bisa jawab saat ini. Namun yang bisa saya sampaikan Astra itu selalu me-review dari waktu ke waktu, ditinjau selalu strategi bisnisnya," ucapnya.
 
 Menurut Tira, strategi bisnis bukan sesuatu yang sifatnya tetap, melainkan perlu menyesuaikan dengan dinamika ekonomi dan perkembangan industri. Karena itu, Astra pun terus memantau apabila ada potensi-potensi yang bisa digarap, tak terkecuali untuk bank digital.
 
  "Ini adalah hal yang terus kita review dari waktu ke waktu. Saya tahu banyak orang bicara tentang bank digital, banyak artikel bicara mengenai fungsi branch atau cabang bank ke depan itu akan semakin berkurang karena orang sudah go digital semua. Ini adalah sesuatu yang dipelajari di Astra,” tuturnya.

Menurutnya, saat ini, pihaknya memiliki tim yang aktif me-review dari waktu ke waktu mengenai hal tersebut. Tim inilah yang memberikan masukan juga kepada manajemen untuk melihat arahan strategi kita ke depan.

“Tapi, Astra tidak pernah tertutup untuk berbagai peluang untuk bisnis ini terus berkembang dan sustainable dalam jangka panjang," kata Tira.

 



Butuh Konglomerasi
Sekadar mengingatkan, meski bertumbuh pesat dengan model bisnis anyar, usaha rintisan di Indonesia sejauh ini masih harus tergantung dengan pendanaan dari konglomerasi usaha besar. Selain Astra, sebut saja, korporasi besar seperti Djarum Grup, Sinar Mas Grup, Emtek terlihat gencar menngelontorkan investasi di industri digital khususnya startup.

Ta khaya dari perusahaan swasta, sumber pendanaan startup sejatinya juga bisa diraih dari sejumlah perusahaan pelat merah yang juga terpikat untuk ikut mencicipi gurihnya bisnis digital. Grup Telkom misalnya, melalui perusahaan  ventura PT Metra Digital Investama (MDI Ventures), BUMN telekomunikasi ini terlihat rajin berinvestasi di start up teknologi.

Asal tahu saja, sejak lima tahun yang lalu, Telkom sudah memodali MDI sebesar US$ 100 juta. Kemudian nilai investasinya pun ditambah US$ 500 juta. Beberapa startup yang sudah merasakan investasinya di antaranya adalah Gojek, Halodoc dan SiCepat.

Selama 2020, MDI tercatat sudah mengguyur investasinya di 4 FoodTech, 7 HealtTech, dan 5 Logistic Companies dengan total investasi lebih dari US$100 juta. Sektor-sektor ini, memang terbukti prospektif saat mampu bertahan, bahkan bertumbuh di tengah badai pandemi covid-19.

Berdasarkan laporan dari Google dan Temasek, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan jadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai pasar naik tiga kali lipat, dari US$40 miliar pada 2019 menjadi US$124 miliar pada 2025.

Sementara itu, Cento Ventures menyebutkan, investasi modal startup Indonesia selama semester pertama 2020 merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Tercatat, bagian modal (share of capital) yang diinvestasikan mencapai 74%. Posisi selanjutnya diisi Singapura dengan 12%, Thailand dan Vietnam masing-masing 5%, Malaysia sebesar 3%, dan Filipina 2%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar