15 Oktober 2021
20:36 WIB
Penulis: Zsasya Senorita
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Pemasok Batu Bara dan Energi Indonesia (ASPEBINDO), Anggawira mengatakan, saat ini banyak negara yang sedang terhantam krisis energi dari Eropa, China, India hingga Singapura. Menurutnya, situasi ini harus bisa dilihat oleh Indonesia menjadi momentum peluang untuk bisa memaksimalkan usaha di bidang energi ini.
“Indonesia harus bisa memanfaatkan kenaikan harga batu bara dan minyak bumi yang melambung saat ini dan di prediksi akan terus naik hingga tahun depan. Kenaikan harga di sektor energi batu bara dan minyak bumi ini harus bisa kita manfaatkan untuk investasi kembali untuk memaksimalkan cadangan-cadangan sektor energi terutama minyak dan gas (Migas) Indonesia,” ungkap Anggawira pada Jumat (15/10).
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan investasi sektor migas sebesar US$17,6 miliar pada 2021. Realisasi investasi hulu migas pada 31 September 2021 menurut catatan SKK Migas mencapai US$7,87 miliar.
Ia menyebutkan, dunia sedang kekurangan batu bara yang mendominasi 70% sumber listrik. Belum lagi rekor harga bahan bakar yang tinggi, serta permintaan industri pasca-pandemi yang meningkat seiring desakan menggunakan industri yang lebih ramah lingkungan.
Krisis energi pun melanda berbagai negara di dunia, salah satu faktornya yakni pemulihan ekonomi yang terjadi namun tak dibarengi dengan ketersediaan pasokan yang memadai.
Energi baru terbarukan (EBT) yang telah diterapkan komitmennya oleh negara-negara barat dan Eropa, ternyata belum mampu menopang kebutuhan energi sehingga menyebabkan krisis listrik akibat permasalahan sistem rantai pasok global.
Pada perdagangan di pasar ICE Newcastle (Australia) kemarin, Selasa (5/10) harga batu bara sudah mengalami kenaikan lebih dari 14%. Saat ini rekor harga batu bara ada di level US$280 per ton, yang merupakan titik tertinggi setidaknya sejak 2008.
Anggawira menegaskan, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) migas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, dengan pemanfaatan natural gas. Energi ini relatif bersih dan menjadi hal penting untuk transisi energi
“Dunia saat ini sedang sangat membutuhkan pasokan energi, ini bisa Indonesia maksimalkan. Namun, Indonesia harus tetap mengamankan pasokan dalam negeri terlebih dahulu, terutama untuk pemasok bahan baku PLN,” ujarnya.
Anggawira menjelaskan, banyak peluang yang bisa Indonesia ambil dari momentum krisis energi dunia. Tetapi Indonesia juga harus bersiap-siap terkena imbas krisis energi dunia. Karena itu, ia menyarankan Indonesia mulai berkolaborasi dengan sektor-sektor yang berkaitan untuk mencari solusi dari dampak krisis energi dunia yang tengah melanda.
“ASPEBINDO berharap dari pihak pemerintah juga bisa berkolaborasi memanfaatkan momentum ini, karena Indonesia memiliki sumber daya yang memadai. Mengingat total penerimaan dari sektor minerba saat ini sangatlah tinggi, dan dapat digunakan untuk menggerakkan investasi di sektor energi,” pungkasnya.