JAKARTA - Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO) memberikan beberapa masukan atas regulasi perpajakan kripto di Indonesia, termasuk mendorong adanya fasilitas perpajakan yang lebih suportif bagi market maker dalam rangka membentuk likuiditas di Indonesia. Kemudian, penerapan tarif pajak yang lebih kompetitif dan kooperatif untuk mendorong peningkatan transaksi.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sendiri sebelumnya telah berhasil mengantongi penerimaan negara dari pajak kripto sebesar Rp159,12 miliar per September 2022.
Pajak kripto tersebut terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 atas transaksi aset kripto melalui Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dalam negeri dan penyetoran sendiri senilai Rp82,85 miliar. Kemudian, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri atas pemungutan oleh non bendaharawan Rp76,27 miliar.
"Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan pembangunan negara serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Hal yang positif tersebut akan selalu mendapat dukungan dari pelaku usaha di industri aset kripto di Indonesia," kata Manda dalam pernyataan resminya, Jumat (28/10).
Terkait performa market kripto menjelang akhir pekan, Manda menilainya terkulai lemah, setelah dua hari berturut-turut terus reli kencang. Pergerakan sejumlah aset kripto teratas terjun ke zona merah dalam 24 jam terakhir.
Menurutnya secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap anjlok ke zona merah pada perdagangan Jumat (28/10) pukul 13.00 WIB. Misalnya saja, dari pantauan CoinMarketCap, nilai Bitcoin berada di harga US$20.292, turun 2,24% dalam 24 jam terakhir, meskipun naik 6,44% sepekan terakhir.
Altcoin lainnya juga mengalami hal yang sama. Nilai Ethereum (ETH) ikut tenggelam minus 3,01% ke US$1.506 sehari terakhir dan naik 17,02% dalam sepekan. Cardano (ADA) dan Shiba Inu (SHIB) turun lebih dari 5%.
Sejalan dengan itu Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan sepekan terakhir market kripto memiliki volatilitas yang tinggi dan memang terlihat tampak belum mampu reli panjang. Hal ini disebabkan oleh laporan data ekonomi Amerika Serikat yang membaik.
"Jelang akhir pekan ini, market kripto berbalik arah. Investor tak sanggup melakukan akumulasi setelah adanya data terbaru soal perkembangan laju ekonomi AS. Aset kripto terkulai setelah investor mencerna hasil pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III," kata Afid.
Seperti diketahui, dari sisi makro ekonomi, Biro Analisis Ekonomi AS kemarin Kamis (27/10) merilis pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,6% pada kuartal III 2022, lebih baik dari ekspektasi analis 2,4%. Seharusnya, pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi seharusnya menjadi sentimen positif bagi aset berisiko.
Di sisi lain, investor takut bahwa data makroekonomi AS yang cemerlang akan membuat bank sentral AS, The Fed, semakin percaya diri untuk mengetatkan suku bunga acuannya.
"Dengan situasi ekonomi AS yang membaik bisa membuat sinyal kepada The Fed untuk bisa menaikkan suku bunga acuannya. Mereka menganggap ini merupakan waktu yang tepat untuk menggejot suku bunga guna menekan inflasi, tapi tidak berdampak buruk kepada ekonomi karena sudah mulai rebound," terang Afid.
Selain perkara makro ekonomi, ia menuturkan pelemahan aset kripto ini juga disebabkan oleh ketakutan investor terhadap amblesnya kinerja saham AS, di mana banyak perusahaan raksasa teknologi mengalami performa yang buruk. Hal ini dapat dimaklumi mengingat aset kripto dan saham teknologi berkategori growth stocks memiliki profil risiko yang mirip.
Di samping itu, menjelang FOMC Meeting yang digelar The Fed pada 1-2 November 2022 menjadi sentimen negatif buat market kripto. Kemungkinan, market belum bisa rebound hingga keputusan sikap The Fed keluar.
Terlebih, The Fed diperkirakan masih memiliki sentimen hawkish untuk terus menaikkan suku bunga untuk yang keenam kalinya di tahun ini sebesar 75 basis poin dalam pertemuan mendatang.
Secara teknikal, penurunan harga BTC saat ini mungkin masih akan terus berlanjut dan dianggap valid karena sejalan dengan volume transaksi yang mulai menurun. Level support terdekat BTC saat ini ada di posisi harga US$20.050.
"BTC mungkin masih kuat untuk melakukan retest agar tidak turun terlalu jauh. Investor masih sedikit punya sikap bullish. Namun, bila breakdown, level support selanjutnya berada pada 50-day EMA di level US$ 19.860, yang berfungsi sebagai tahanan apabila support terdekat tidak mampu menahan laju penurunan harga Bitcoin," pungkas Afid.