c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

31 Oktober 2022

21:00 WIB

Asinan Matraman; Penganan Jadul Berpenampilan Kekinian

Rebranding yang dilakukan bertepatan dengan masa pandemi malah sukses mendongkrak penjualan hingga 10 kali lipat per pekan.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Asinan Matraman; Penganan Jadul Berpenampilan Kekinian
Asinan Matraman; Penganan Jadul Berpenampilan Kekinian
Ilustrasi Asinan Matraman by Mama Epoy. Dok Instagram @asinanmatraman_

JAKARTA - Siapa yang tak kenal dengan asinan? Buat warga Ibu Kota sepertinya penganan tradisional ini pasti populer. Tak heran, kuliner asli Betawi bercita rasa campuran asin, masam dan manis jadi pilihan untuk disantap kala panas menyengat badan. Asinan juga sering dijadikan camilan untuk dinikmati di tengah waktu luang.  

Lukman Yudha Ramadhan (27) adalah salah orang Betawi yang suka makanan itu. Beruntung dia, ibunya berjualan asinan yang cukup kondang di bilangan Matraman Dalam, Pegangsaan, Jakarta Pusat. Saban hari, dia bisa menikmatinya, kapan saja. 

Belakangan dia ingin membuat asinan besutan sang ibu lebih dinikmati orang lain, selain keluarga dan orang-orang di sekitar rumahnya. Dia berpikir masak-masak untuk mengembangkan bisnis asinan Betawi yang dimulai sejak 2008 silam.

Kemauan ini kian membuncah tatkala dirinya kian bosan menjadi pegawai kantoran di sebuah perusahaan di bilangan DKI Jakarta. Momen itu pun bertepatan dengan tiga tahun, sejak dirinya bekerja sebagai inventory control.

“Saya kepikiran untuk rebranding asinan orang tua karena mendapat review bagus dan lainnya. Saya juga cek, belum ada yang (berjualan) asinan dengan package menarik.Akhirnya saya coba,” ceritanya sebagai owner Asinan Matraman kepada Validnews, Jakarta, Rabu (26/10).

Sang Ibu memulai berjualan asinan pada 2008. Hingga awal 2020, asinan itu laris meski lebih dikenal orang sebatas mulut ke mulut dan bazar. Paling banter, penjualan asinan bertahan karena reseller dari orang terdekat dan kenalan-kenalan yang pernah mencoba asinan buatan Ibu Lukman.

Pembelian asinan hanya berkisar puluhan order setiap pekannya. Lukman kemudian bersiasat, bagaimana caranya Asinan Matraman yang merupakan resep gubahan sang ibu bersama tantenya, bisa laris manis. 

Lewat banyak pemikiran, dia berhasil mengajak keluarga untuk mengibarkan bisnis asinan dengan nama baru, Asinan Matraman by Mama Epoy pada Maret 2020. Peluncuran dilakukan tak jauh dari pandemi covid-19 mulai bercokol di tanah air. Selain branding nama, Lukman berupaya mencoba jalur online sebagai langkah awal.

Beruntungnya, kebutuhan masyarakat terhadap makanan sehat berupa sayur dan buah pada masa pandemi sangatlah besar. Penjualan juga tumbuh perlahan-lahan. Di kala bisnis UMKM lain malah mulai terseok-seok karena terpengaruh sentimen negatif pagebluk, Asinan Matraman by Mama Epoy malah moncer .

“Bisa di-highlight waktu ada covid-19 lumayan membantu (penjualan). Sejujurnya, waktu awal covid-19 kan banyak UMKM yang punya offline store terdampak, sedangkan saya yang dari awal start online malah enggak terdampak negatif,” sebutnya.

Tantangan Bisnis
Secara umum, pria lulusan marketing Unpad ini menilai, Asinan Matraman tidak begitu sulit diterima oleh lidah sebagian besar penikmatnya. Pasalnya, sudah 12 tahun asinan buat ibu Lukman telah berhasil menancapkan rasa di para penggemarnya di seputaran Matraman.

Hanya saja, Lukman mengakui bahwa pembelian asinan lewat aplikasi oleh kalangan yang berumur di kisaran 30-50 tahun menjadi tantangan tersendiri. Banyak dari calon pembeli yang bertanya mengenai kesiapan produk dan sebagainya.

Di tahapan ini, Lukman menganggap pembeli hanya perlu proses pembiasaan saja.

“Padahal udah cukup jelas di medsos soal menu, pricelist dan lainnya udah diinfoin, sehingga banyak pertanyaan berulang,” ungkapnya.

Namun begitu, tantangan ini malah jadi strategi apik untuk memasarkan dan mengenalkan salah satu penganan tradisional ini ke kalangan yang lebih muda. Penetrasi penjualan daring yang begitu masif juga memberikan pengalaman baru bagi mereka untuk mencoba asinan buah atau sayur.

Selain itu, pengemasan asinan dengan gaya baru membuat penganan jadul ini jadi tak ketinggalam zaman di tengah gempuran berbagai makanan yang sedang hype di pasaran. 

Seperti diketahui, asinan sayur atau buah di pasaran hanya dijual dengan kemasan sederhana plastik kiloan. Ini tak dilakukan Lukman. Produk asinan ini dikemas dan dilabeli dengan cukup baik. 

“(Dengan begitu) orang antusias nyobain terus share ke orang. Karena ternyata enak dan pengemasannya, lucu akhirnya mereka order buat orang lain,” katanya. “Kalau di thinwall (boks kotak), kan bisa disusun lebih rapih, mau divisualisasi atau foto juga bisa lebih bagus dan enak dilihat,” sambungnya.

Tantangan lain pun dihadapi Lukman. Pada masa awal merintis berjualan secara daring, Asinan Matraman harus memecahkan persoalan kuantitas order produk yang masih belum stabil. Padahal, saban hari mereka harus berupaya menyediakan produk segar setiap hari. Hal ini berdampak pada bahan produk yang belum sempat terjual dan terbuang. 

Ini menjadi tantangan tersendiri. Selaku pengelola, dia harus memikirkan bagaimana jika produksi tak terpakai, menyortir bahan yang masih layak digunakan besoknya, atau terpaksa memberikan ke tetangga dan lainnya.

“Misal sehari itu rata-rata terjual 20 box, nah saya siapin bahan untuk 30-40 box,” ujarnya.

Kuantitas Pembelian Naik Pesat
Strategi untuk menjual asinan dan produk lainnya secara daring atau online berhasil menghasilkan penjualan yang naik secara signifikan. Secara kuantitas, penjualan Asinan Matraman bisa naik sebanyak 10 kali lipat.

Lukman bercerita, sebelum rebranding produk seperti sekarang, paling banyak asinan buatan ibunya hanya terjual berkisar 100 order per minggunya. Namun saat ini, jumlahnya bisa mencapai seribuan order dalam kurun waktu yang sama. 

Kondisi ini pun berhasil mengerek omzet usaha dari sekitar jutaan rupiah saja sewaktu jualan konvensional, menjadi rata-rata di atas Rp50 juta per bulannya. Terkadang omzet ini pernah hampir menyentuh sampai Rp100 juta dalam satu bulan.

“Semenjak jualan online, ya trennya (penjualan) terus naik, Alhamdulillah,” serunya.

Kini, pengiriman produk asinan itu sudah bisa menjangkau hingga seluruh Pulau Jawa. Produk asinan dikirim paling banyak ke Bandung, Surabaya, dan Palembang.

Lukman menguraikan, ada sejumlah hal yang bisa menjadi daya tarik agar orang tetap berulang kali beli. Pertama, Asinan Matraman menjamin kualitas bahan baku produknya selalu segar, karena selalu diproduksi setiap harinya. Kedua, jaminan pengemasan yang dikirim aman, serta menjaga servis layanan yang baik kepada pelanggan.

Asinan Matraman juga tidak segan dan tak mau kompromi dengan kualitas produk yang selalu dipertahankan sampai hari ini. Karenanya, dia mengutamakan servis pengiriman satu hari dan penyimpanan di chiller khusus supaya produk tidak mudah basi.

Jika pelanggan menerima produk yang tidak sesuai klaim, Lukman akan menggantinya dengan produk baru atau pengembalian uang penuh (refund).

“Pernah waktu itu gagal (kirim) ke Medan, karena pengiriman makan waktu dua hari, jadi layu produknya. Makanya, kalau sudah lebih dari satu hari pengiriman, udah enggak bisa (dikonsumsi),” sebutnya.

Hari ini, tim Asinan Matraman ditenagai oleh 11-12 orang pekerja mulai dari tim dapur, administrasi, hingga tim media sosial.

Dari data pembeli, pembeli Asinan Matraman didominasi 40% oleh kalangan mahasiswa sampai pekerja kantoran dengan rentang umur 20-30 tahunan. Kemudian sekitar 30%-nya dibeli oleh pembeli berusia 40-50 tahun, dan sisanya  berada di luar kelompok usia ini.

“Kalau (kalangan) orang tua mungkin (siklus) pembeliannya enggak sering, tapi dalam seminggu pasti ada aja,” ungkapnya.

Adapun rentang harga produk utama asinan dan salad buah dijual mulai dari sekitar Rp22 ribu untuk ukuran paling kecil sampai Rp95 ribu untuk ukuran yang paling besar (party size). Biasanya produk dengan ukuran party size bisa dikonsumsi tujuh hingga sepuluh orang.

Lukman menyebutkan produk yang paling laris diserbu adalah kerupuk kuning dan bumbu kacang, “Ini biasanya dibeli buat cemilan,” katanya.

Inovasi Sajian Asinan
Lukman berencana akan mengekspansi skala bisnis Asinan Matraman dengan membuka toko luring atau offline pada 2023 dan akan tersedia di Jakarta. Namun sampai kini, Asinan Matraman belum berniat untuk menambah produk yang baru di luar asinan.

Dia percaya kuliner asinan buatannya masih punya ‘sesuatu’ yang bisa dikulik lebih jauh dari yang sudah berjalan hari ini. Niatnya, penyajian asinan akan dibuat seunik mungkin dengan sentuhan baru.

“Ada penyajian yang saya inginkan, tapi untuk asinan belum (familier),” jelasnya. 

Meski permintaan begitu banyak di luar Pulau Jawa,  Asinan Matraman belum akan punya lokasi produksi di luar Jakarta.  

Asinan Matraman bertekad menjadikan produknya tetap jadi salah satu buah tangan spesial sepulang dari Ibu Kota. Jika pun bisa mengirim ke luar pulau, Asinan Matraman menunggu inovasi dari pihak ekspedisi dan logistik untuk bisa mengirim produk makanan dalam kurun waktu sehari saja.  

Sejauh ini, produk asinan buah/sayur dan salad buatan Asinan Matraman diklaim memiliki daya tahan produk di dalam suhu ruangan selama 24 jam. Namun jika disimpan di dalam kulkas, jenis produk ini bertahan hingga 72 jam.  

Sementara itu, bumbu buah/sayur dan salad mampu bertahan di suhu ruang selama 24 jam dan suhu kulkas hingga 96 jam. Dengan catatan khusus, produk-produk ini tidak boleh langsung terkena sinar matahari atau berada di suhu ruang di atas 27 derajat terlalu lama.

Berdasarkan pengalaman dua tahun terakhir, kustomer produk Asinan Matraman juga tidak keberatan untuk membayar ongkos kirim lebih tinggi. Padahal, kerap pula harga ongkirnya hampir menyamakan harga produk yang dibeli. 

“Banyak customer sampe segitunya. Jadi biaya yang dikeluarkan sih masih oke-oke saja, selama produknya worth it (setimpal),” ungkapnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar