c

Selamat

Rabu, 19 November 2025

EKONOMI

18 November 2025

19:18 WIB

Asia Tenggara Catat 102 IPO, Penghimpunan Dana US$5,6 M Di 2025

Meskipun jumlah IPO menurun, total dana yang dihimpun di kawasan ini justru tumbuh 53% dalam 10,5 bulan pertama 2025 dibandingkan dengan periode yang sama di 2024.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p id="isPasted">Asia Tenggara Catat 102 IPO, Penghimpunan Dana US$5,6 M Di 2025</p>
<p id="isPasted">Asia Tenggara Catat 102 IPO, Penghimpunan Dana US$5,6 M Di 2025</p>

Ilustrasi. Direksi PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk dan PT Bursa Efek Indonesia saat IPO perdana PJHB di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (6/11). ValidNewsID/Fitriana Monica Sari 

SINGAPURA - Laporan terbaru Deloitte menunjukkan bahwa pasar penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) di Asia Tenggara kembali menguat.

Hingga pertengahan November 2025, terdapat 102 IPO di enam bursa utama Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina, dengan total penghimpunan dana sekitar US$5,6 miliar atau sekitar Rp93,3 triliun.

Sedangkan pada tahun lalu, terdapat 136 IPO di enam bursa utama Asia Tenggara, dengan total penghimpunan dana sekitar US$3,7 miliar atau sekitar Rp61,67 triliun.

Meskipun jumlah IPO menurun, Capital Markets Services Leader, Deloitte Southeast Asia Tay Hwee Ling menyampaikan total dana yang dihimpun di kawasan ini justru tumbuh 53% dalam 10,5 bulan pertama 2025 dibandingkan dengan periode yang sama di 2024.

"Hal itu didorong oleh ukuran transaksi yang lebih besar, pergeseran dinamika sektor, serta kinerja pasar yang stabil di Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia," kata Ling dalam konferensi pers daring bertajuk IPO Asia Tenggara 2025, Selasa (18/11).

Baca Juga: Deloitte: Jumlah IPO RI-Malaysia Mendominasi, Tapi Nilainya Belum Besar

Dia menjelaskan, peningkatan jumlah IPO bernilai tinggi di sektor data real estat, jasa keuangan, dan konsumer menjadi pendorong utama kenaikan total dana terhimpun pada 2025.

Sebagai perbandingan, US$3,7 miliar atau setara dengan Rp61,67 triliun dihimpun dari 136 IPO pada 2024 dan US$5,8 miliar atau Rp96,67 triliun dari 163 IPO pada 2023.

Dengan demikian, terjadi pergeseran dalam ukuran IPO dan dinamika sektoral, dengan pasar kini lebih menekankan pada perusahaan yang memiliki ketahanan lebih kuat.

Rata-rata nilai transaksi IPO meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2024, naik dari sekitar US$27 juta atau Rp450 miliar menjadi US$55 juta atau Rp916 miliar, didorong oleh kehadiran beberapa IPO berskala besar yang menjadi blockbuster.

Terdapat empat IPO dari Singapura, Vietnam, dan Filipina yang masing-masing menghimpun lebih dari US$500 juta atau Rp8,3 triliun, serta 11 IPO di Asia Tenggara yang mencatat market capitalization di atas US$1 miliar atau Rp16,67 triliun.

Secara umum, pasar IPO Asia Tenggara menunjukkan pertumbuhan dengan ritme yang beragam sepanjang 10,5 bulan pertama 2025.

Salah satu tren yang paling menonjol adalah meningkatnya IPO yang didukung oleh Private Equity, yang menjadi katalis stabilnya arus modal dan besarnya minat investor.

"Untuk 2026, Deloitte memperkirakan minat investor akan tetap positif, seiring semakin banyaknya peluang baru yang muncul di pasar," pungkasnya.

IPO Hasil Dukungan Private Equity
Ling menyampaikan, keterlibatan Private Equity (PE) dalam pasar IPO Asia Tenggara meningkat lebih dari dua kali lipat dalam sembilan bulan pertama 2025, mendorong kenaikan rata-rata ukuran transaksi dan memperkuat kepercayaan pasar.

Lonjakan ini berkontribusi pada peningkatan 54% dana yang dihimpun, meskipun jumlah IPO secara keseluruhan menurun.

"Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang didukung PE umumnya berukuran lebih besar dan betapa perusahaan lebih matang menargetkan IPO sebagai exit strategy investasi," katanya.

Baca Juga: Jumlah IPO Berkurang, Analis: BEI Pertegas Kualitas

Tren ini menunjukkan pergeseran preferensi yang kuat ke arah kualitas, bukan sekadar kuantitas, dengan investor PE dan institusi kini memainkan peran yang makin besar dalam mendorong pertumbuhan pasar modal di Asia Tenggara.

Kenaikan ini juga mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor serta membaiknya iklim exit bagi para investor PE di Kawasan Asia Tenggara.

Aktivitas PE terlihat paling menonjol di sektor infrastruktur digital (REIT dan pusat data), kesehatan, ritel konsumer, dan teknologi, mencerminkan tren ekonomi dan investasi Asia Tenggara yang bergerak menuju pertumbuhan berbasis teknologi dan aset riil.

Penggalangan dana PE di Asia Tenggara juga tetap stabil, dengan alokasi modal yang signifikan untuk memperkuat portofolio perusahaan agar siap IPO. Hal ini mendorong terbentuknya pipeline exit yang kuat menjelang 2026.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar