c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

17 April 2025

17:02 WIB

Arab Saudi Minta Bantuan RI Garap Cadangan Mineral Senilai US$2,5 Triliun

Kerajaan Arab Saudi menawarkan pendanaan 75% dari biaya modal untuk perusahaan Indonesia yang ingin menggarap cadangan mineral.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Arab Saudi Minta Bantuan RI Garap Cadangan Mineral Senilai US$2,5 Triliun</p>
<p id="isPasted">Arab Saudi Minta Bantuan RI Garap Cadangan Mineral Senilai US$2,5 Triliun</p>

Pertemuan Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Bandar Al-Khorayef dengan CEO Mind ID dan sejumlah pejabat tinggi di Jakarta. ANTARA/HO-Kementerian Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi

JAKARTA - Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Bandar Al-Khorayef melaksanakan kunjungan ke Indonesia untuk memperdalam kemitraan sektor pertambangan, termasuk membuka peluang investasi dari Indonesia.

Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia melaporkan tujuan kunjungan yang dilakukan Menteri Al-Khorayef ialah untuk mengulik peluang kerja sama bilateral untuk sektor pertambangan dan mineral.

Pasalnya, Kerajaan Arab Saudi dikabarkan punya cadangan mineral yang belum tergarap dengan nilai fantastis, yakni sekitar US$2,5 triliun atau setara dengan Rp42,09 kuadriliun dengan asumsi kurs Rp16.840 per dolar AS.

Percepatan investasi internasional sektor pertambangan guna mengamankan pasokan mineral penting yang dibutuhkan di Arab Saudi bakal dilakukan lewat Manara Minerals, yakni perusahaan patungan antara Ma'aden dan Public Investment Fun (PIF).

Kebijakan yang diluncurkan oleh Presiden RI Ke-7 Joko Widodo untuk menutup keran ekspor nikel beberapa waktu lalu dan melancarkan agenda hilirisasi di dalam negeri rupanya menarik perhatian Kerajaan Arab Saudi.

Dari kacamata Kerajaan Arab Saudi, cadangan mineral yang dimiliki Indonesia, ditambah insentif pemerintah dan kebijakan yang mendukung membuat Nusantara sebagai mitra kunci bagi Arab Saudi untuk sektor tersebut.

"Indonesia telah memperkenalkan berbagai insentif dan reformasi regulasi untuk menarik investor asing ke sektor pertambangannya, termasuk perizinan yang disederhanakan, insentif pajak, dan kewajiban pemrosesan dalam negeri yang mendorong penciptaan nilai jangka panjang," demikian tertulis dalam keterangan Kementerian Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Kamis (17/4).

Menteri Al-Khorayef pun mengundang Pemerintah Indonesia agar mau ikut dalam gelaran Future Minerals Forum (FMF) pada 5 Januari 2026 mendatang sebagai wadah untuk mendiskusikan pengelolaan mineral secara optimal.

Sekadar informasi, dalam FMF Januari 2025 kemarin, Kerajaan Arab Saudi telah mengumumkan putaran kesembilan peluang eksplorasi pada tiga sabuk mineral utama yang wilayahnya menghampar seluas 24.946 km2. Peluang eksplorasi itu jadi bagian dari rencana menawarkan lisensi eksplorasi pada lebih dari 50.000 km2 wilayah hingga akhir tahun ini.

Sabuk-sabuk mineral itu terletak di Madinah hingga Riyadh dan mengandung mineral-mineral utama seperti emas, tembaga, perak, seng, hingga nikel. Karena itu, Menteri Al-Khorayef berharap investor dari Indonesia bisa berpartisipasi dalam putaran kesembilan lisensi eksplorasi tersebut.

Tawaran Pendanaan
Bukan dengan tangan kosong, Kerajaan Arab Saudi pun menawarkan pendanaan hingga 75% dari biaya modal lewat Dana Pengembangan Industri Kerajaan Arab Saudi, hak kepemilikan asing penuh, serta akses terhadap data geologi yang rinci lewat platform Taade'en.

Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita selepas pertemuan dengan Menteri Al-Khorayef mengakui ada ajakan dari Kerajaan Arab Saudi untuk berkolaborasi supaya kedua pihak menjadi pemain utama dalam konteks pengembangan dan hilirisasi mineral.

"Bagaimana untuk bisa menjadi pemain dunia dalam konteks pengembangan mineral, hilirisasi dari mineral, di mana tentu Indonesia cukup advanced dan saya dengar Menteri Saudi sudah bertemu beberapa pengusaha di bidang pengembangan mineral di Indonesia," jelas Menperin kepada awak media, Rabu (16/4).

Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) pun menilai pertemuan dengan Menteri Al-Khorayef bukan sekadar diplomasi, tetapi punya tujuan strategis mewujudkan ketahanan mineral global.

Kumpulan perusahaan tambang pelat merah yang mengelola berbagai sumber daya mineral di Indonesia seperti tembaga, nikel, alumunium, hingga timah itu pun siap menjajaki peluang kerja sama, pengetahuan, serta inovasi transformasional dengan Kerajaan Arab Saudi.

"Rantai pasok terintegrasi MIND ID dan komitmen kuat terhadap keberlanjutan menjadikan kami mitra strategis bagi negara-negara seperti Arab Saudi yang ingin memperkuat kapabilitas hilir," ucap Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar