c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

25 Agustus 2022

14:40 WIB

Ancaman Resesi Global, Bagaimana Nasib Indonesia?

Ia menganalisa perekonomian nasional masih relatif aman dan sedang menuju masa pemulihan pasca pandemi.

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Ancaman Resesi Global, Bagaimana Nasib Indonesia?
Ancaman Resesi Global, Bagaimana Nasib Indonesia?
Praktisi keuangan Benny Sufami, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam. Doku/Dok.

JAKARTA – Pandemi Covid-19 masih berlangsung. Terlebih, perang yang terjadi di Eropa, antara Rusia dan Ukraina masih memberikan dampak buruk pada persoalan supply and demand berbagai kebutuhan pokok dunia. Jadi negara-negara maju mengalami inflasi, dan menimbulkan tekanan pada perekonomian dunia yang mengakibatkan terjadinya gangguan resesi global saat ini. 

Meski begitu, di Tanah Air, ekonomi nasional mampu unjuk gigi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat positif pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II–2022 terhadap triwulan II–2021 sebesar 5,44% year on year (YoY). Bahkan Bank Indonesia (BI) melihat peningkatan ini ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat, terutama konsumsi rumah tangga, dan peningkatan kinerja eskpor.

Lalu bagaimana nasib Indonesia? Ekonom CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam menegaskan bahwa Indonesia mampu menghadapi badai dinamika resesi jika melanda dunia. Ia menganalisa perekonomian nasional masih relatif aman dan sedang menuju masa pemulihan pasca pandemi. 

"Masa depan ekonomi global memang sedang gelap, akibat ketidakpastian. Tetapi kendati demikian, kondisi Indonesia sebenarnya dapat dikatakan baik-baik saja. Dengan pertumbuhan 5,44%, kita sedang dalam proses pemulihan ekonomi, menuju perbaikan. Setidaknya kita lebih baik dari Malaysia dan Singapura” ujarnya keterangan tertulisnya, Kamis (25/8/2022). 

Meski Indonesia kuat terhadap kondisi ekonomi global saat ini, Wealth Advisory Head Bank UOB Indonesia, Diendy, menyarankan agar setiap individu waspada dengan cara pengelolaan keuangan yang baik. 

Sebab menurutnya, salah satu cara agar publik tidak terkena dampak yang signifikan akibat tekanan ekonomi ialah dengan melakukan perencanaan keuangan yang baik di tengah situasi ketidakpastian ekonomi.

“Kita harus mengukur daya beli kita sebagai individu. Kita harus mulai pilah-pilah apa saja yang mau kita konsumsi. Ada yang disebut dengan penghasilan bersih setelah kita membayar pajak. Dari sana kita bisa mengalokasikan untuk kebutuhan pokok kita, antara sandang, pangan, papan, termasuk cicilan. Bagi yang sudah berkeluarga mungkin tambahan biayanya adalah pendidikan. Dari sana, pastikan kita masih punya sekitar 30%. Kemudian dari sisa 30% inilah kita bisa mengalokasikannya ke instrumen keuangan,” katanya.

Untuk masuk dalam kategori individu yang kuat menahan tekanan dinamika ekonomi saat ini, maka menurut Diendy, perencanaan keuangan dan membangun portofolio keuangan menjadi kuncinya. 

Ia menambahkan bahwa publik mesti mengetahui pula instrumen keuangan berdasarkan ragam pilihan yang aman demi menghindari dampak dari ketidakstabilan ekonomi yang dapat mengganggu ketahanan ekonomi individu.   

Selain dengan menguatkan perencanaan keuangan, Head of Investment and Insurance Dana Ivan Kusuma memberikan pilihan kepada publik dalam menguatkan ketahanan keuangannya dengan melakukan investasi melalui fintech. Sebab, menurutnya, peran fintech di era saat ini sangat signifikan dalam membantu masyarakat, terutama dalam sektor Investasi.

"Berdasarkan survei, Indonesia merupakan pengguna smartphone tertinggi nomor 4 di dunia. Dari sini kita bisa mengerti betapa pentingnya fintech. Fintech selain mempermudah, juga lebih murah, karena pihak yang terkait lebih sedikit. Kedua, fintech lebih banyak pilihan sebagai aplikasi investasi,” imbuhnya.

Bahkan kata Ivan, Bank Indonesia telah mendukung perkembangan teknologi digital. "BI saja mendukung perkembangan uang digital. Ini tergambar pada per 1 Juli 2022, BI itu meningkatkan batas uang digital dari yang sebelumnya hanya Rp10 juta, kini menjadi Rp20 juta. 

Itu untuk register user. Jadi dapat dikatakan bahwa fintech sangat berkembang dari sisi transaksi, volume, bahkan dari sisi regulator pun mendukung", tambahnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar