08 Desember 2022
15:39 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Empat BUMN dikabarkan akan melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) pada tahun 2023 mendatang.
Keempat perusahaan tersebut, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Palm Co, dan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).
Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan bahwa penawaran ke publik itu dilakukan atas dasar rencana strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Adapun, upaya peningkatan ketahanan energi diwakili oleh IPO PGE dan PHE. Sementara itu, ketahanan pangan diwakili oleh Palm Co dan Pupuk Kaltim.
Pada ketahanan energi, Kementerian BUMN berupaya menurunkan impor Crude Palm Oil (CPO), meningkatkan cadangan migas nasional, meningkatkan bauran energi baru terbarukan, seiring dukungan kapasitas pengurangan emisi karbon.
Sementara itu, dari ketahanan pangan, IPO anak usaha BUMN berupaya melanjutkan hilirisasi industri kimia dan peningkatan tingkat ketersediaan pupuk guna mendongkrak produktivitas pertanian.
Selanjutnya, hilirisasi industri sawit karena masih minimnya CPO untuk produksi minyak goreng BUMN.
Lantas, bagaimana tanggapan analis saham terkait IPO BUMN pada tahun 2023 mendatang ini?
Kepada Validnews, Kamis (8/12), CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya mengaku optimistis dengan rencana IPO BUMN tahun depan.
Menurutnya, penawaran umum perdana saham akan menjadi selalu menarik. Sebab, dia menilai bahwa perusahaan memiliki semangat untuk maju dan fokus pada pengembangan.
"IPO akan selalu menarik. Artinya, semangat maju masih ada. Fokusnya ke pengembangan bukan ke hal lain. Jadi, kemajuan hanya bisa dicapai jika bergerak dan tidak diam saja menanti," ujar William.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga membagikan bocoran beberapa sektor saham yang dapat dicermati investor pada tahun 2023. Di antaranya, consumer non cylical, property, perbankan, dan infrastruktur.
"Sektor yang bisa dicermati consumer, tapi kayanya ini masuk di non cylical. Terus property, perbankan, dan infrastrukture," imbuhnya.
Senada dengan William, Head of Research Samuel Sekuritas, Suria Dharma juga mengaku optimistis dengan rencana IPO BUMN pada tahun depan.
Pasalnya, dia menaksir emisi yang ditawarkan BUMN nantinya akan besar. Hal ini dinilai berbeda dengan IPO yang belakangan terjadi.
"Sebenarnya kalau melihat size perusahaannya kemungkinan menarik, karena IPO belakangan ini rata-rata kurang besar emisinya. Tinggal nanti dilihat sektornya sedang hot atau tidak," kata Suria kepada Validnews melalui pesan singkat, Kamis (8/12).
Rincian IPO BUMN
Sebelumnya, rencana IPO sejumlah BUMN pada 2023 ini disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (7/12).
Dikutip dari Antara, berikut rincian IPO keempat anak usaha BUMN tersebut. Pertama, Pertamina Geothermal Energy (PGE). PGE merupakan salah satu perusahaan energi panas bumi terbesar di dunia berdasarkan total kapasitas terpasang yang mencapai 672 megawatt.
Targetnya dalam lima tahun ada penambahan kapasitas 600 megawatt. Apalagi, PGE sudah memegang sejumlah kontrak pengadaan tenaga listrik dengan PLN.
Dalam prosesnya, PGE sedang menyampaikan usulan rentang harga IPO kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan laporan keuangan per 2021, pendapatan PGE mencapai US$369 juta dengan EBITDA margin 78,7%.
Kedua adalah Pertamina Hulu Energi (PHE). PHE merupakan subholding upstream Pertamina yang memiliki produksi dan eksplorasi migas terbesar di Indonesia dan menjadi kontributor pendapatan terbesar bagi Pertamina.
IPO PHE juga diharapkan dapat membantu mendorong nilai perusahaan Pertamina mencapai US$100 miliar pada 2024.
PHE sendiri memiliki pendapatan US$11,7 miliar dengan EBITDA US$3 miliar dan menjadi modal pengembangan ke depan. Perusahaan itu memiliki rencana belanja modal setiap tahun antara US$4-5 miliar atau setara Rp60-90 triliun.
Perusahaan ketiga yang bakal IPO adalah Palm Co. BUMN memiliki rencana membuat perusahaan perkebunan sawit terbesar di dunia melalui Palm Co ini, sehingga dapat meningkatkan total kapasitas produksi turunan sawit.
Hilirisasi dan pengembangan bahan baku utama menghasilkan biosolar POME dan FAME untuk meningkatkan ketahanan energi lebih lanjut. Pengumpulan dana bisa bersama penanaman ulang perkebunan sawit plasma di sekeliling PTPN.
Saat ini, Kementerian BUMN masih menyelesaikan penggabungan beberapa anak usaha produsen kelapa sawit di bawah entitas Palm Co.
Adapun, Peraturan Pemerintah (PP) terkait penggabungan diharapkan selesai pada akhir tahun ini. Rencana IPO Palm Co ditargetkan mulai dikerjakan pada kuartal II-2023 dan tercatat di pasar modal pada kuartal III-2023.
Keempat atau yang terakhir adalah PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Pupuk Kaltim merupakan anak usaha Pupuk Indonesia dengan kapasitas terpasang 6,5 juta ton per tahun dari total kapasitas Pupuk Indonesia 21,1 juta ton per tahun.
Hasil IPO Pupuk Kaltim direncanakan untuk meningkatkan kapasitas ekspansi pengembangan pabrik urea di Papua dan Papua Barat. Juga, pengembangan pupuk Amorea di kawasan Maluku, dan akselerasi industri kimia.
Saat ini, masih dilakukan finalisasi laporan keuangan untuk persiapan IPO dan tengah memilih penasihat keuangan dan hukum dalam rangka IPO.