10 September 2025
11:15 WIB
Analis: Investor Cermati Data Inflasi AS, Rupiah Diprediksi Melemah
Analis memperkirakan rupiah akan kembali melemah seiring investor wait and see data inflasi AS Agustus yang diprediksi naik ke 2,9%. Kondisi ini disinyalir akan jadi penentu arah kebijakan moneter AS.
Editor: Khairul Kahfi
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta. Antara Foto/Muhammad Adimaja/YU/am.
JAKARTA - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah akan kembali melemah seiring investor wait and see data inflasi Amerika Serikat (AS). Kondisi ini disinyalir juga akan jadi penentu arah kebijakan moneter AS esok hari.
“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah kisaran Rp16.450-16.550 dipengaruhi oleh faktor global kenaikan index dollar yang signifikan sehubungan dengan wait and see data inflasi AS yang akan rilis malam ini, dan akan memengaruhi keputusan The Fed terkait suku bunga (pada besok),” katanya melansir Antara, Jakarta, Rabu (10/9).
Baca Juga: Rupiah Melemah Tajam, Imbas Penggantian Menkeu Sri Mulyani
Rully memprediksi, data inflasi AS Agustus mencapai 2,9%, atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,7%. Pelaku pasar masih optimistis prospek penurunan suku bunga sebanyak tiga kali hingga akhir 2025, apabila inflasi AS membaik.
“Penurunan bisa sampai 50 bps (basis points). Jika inflasi memburuk, tetap ada penurunan bunga bulan ini hanya 25 bps karena pasar tenaga kerja yang mendingin (membaik),” ujar dia.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menyatakan, dolar AS sedang mengalami tekanan seiring adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan ini.
“Ada peluang rupiah masih bisa tertekan dan bisa saja terbatas di area Rp16.480, dengan potensi support di sekitar Rp16.380,” sebut Aris.
Berdasarkan pantauan sementara, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (10/9) di Jakarta menguat sebesar 0,07% atau Rp11, dari sebelumnya Rp16.482 menjadi Rp16.471 per dolar AS.
Melansir Bloomberg, pada perdagangan Selasa (9/9), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau ditutup melemah ke level 97,76 poin atau turun 0,02 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,78 poin.
Adapun pergerakan DXY kemarin (9/9) berkisar antara 97,75-97,90 atau sedikit menguat dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.48 WIB hari ini (10/9) terpantau melemah 0,20% atau turun sekitar Rp33 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.448 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.438-16.473 per dolar AS.
Sentimen Domestik Rupiah, Pergantian Menkeu
Dari domestik, Rully menyampaikan, sentimen rupiah masih soal aksi jual yang melanda pasar obligasi negara akibat keraguan pelaku pasar atas kapasitas Menteri Keuangan baru dalam mengelola risiko fiskal. Hingga Selasa (9/9), investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net foreign sell) di pasar obligasi mencapai Rp18,6 triliun.
Baca Juga: Sri Mulyani Pamit Dari Kemenkeu, Rupiah Langsung Ambles
Senada, Aris menganggap, sentimen di dalam negeri masih dibayangi pergantian Menkeu. Pasar dikabarkan masih akan melihat upaya Purbaya Yudhi Sadewa selaku Menkeu anyar dalam mengelola fiskal RI.
“Transisi di Kementerian Keuangan memberikan sentimen negatif ke pasar. Pasar ingin melihat kemampuan Menteri Keuangan yang baru,” kata Aris.