05 Maret 2025
17:25 WIB
AMRO Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Bertahan di 5,0%
AMRO memproyeksikan, pada tahun ini ekonomi Indonesia akan mempertahankan pertumbuhannya sama seperti pada tahun 2024 yaitu di level 5,0%.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/11/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan.
JAKARTA - Ekonom Utama dari Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO) Sumio Ishikawa memproyeksikan, pada tahun ini ekonomi Indonesia akan mempertahankan pertumbuhannya sama seperti pada tahun 2024 yaitu di level 5,0%.
“Staf AMRO memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mempertahankan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,0% pada tahun 2025,” kata Ishikawa dalam pernyataan resmi, Rabu (5/3).
Dia menjelaskan, penguatan ini dikarenakan permintaan domestik yang diperkirakan akan tetap kuat, didukung oleh kebijakan yang mendukung pertumbuhan, termasuk penerapan program prioritas pemerintah yang baru.
“Koordinasi kebijakan tetap menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan di tengah lingkungan eksternal yang menantang,” kata dia.
Inflasi diproyeksi turun menjadi 1,6% pada akhir tahun, dengan rata-rata 2,3% pada tahun 2024. Ishikawa berharap koordinasi kebijakan yang erat antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah dapat menjaga inflasi dalam kisaran target pada tahun 2025.
Sementara itu, surplus perdagangan yang tangguh dan arus masuk investasi asing yang kuat telah memperkuat posisi eksternal Indonesia meskipun ada ketidakpastian global, termasuk perubahan kebijakan oleh pemerintahan AS yang baru.
Efek Kebijakan Dalam dan Luar Negeri
Untuk di dalam negeri, Bank sentral menurunkan suku bunga kebijakan menjadi 5,75% pada awal 2025 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi mengingat proyeksi inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang konsisten dengan fundamental.
Dengan tetap terjaganya sektor perbankan, Ishikawa menilai jika BI telah memperkuat efektivitas kebijakan insentif likuiditas terkait rasio giro wajib minimum (GWM) untuk mendorong penyaluran kredit perbankan kepada UMKM dan sektor-sektor sasaran yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.
“Upaya peningkatan efisiensi sistem pembayaran dan promosi transaksi mata uang lokal juga terus diperkuat,” lanjutnya.
Pemerintah juga telah mengambil sikap fiskal ekspansif, dengan memperlebar defisit anggaran dari 2,3% PDB pada 2024 untuk mendorong perekonomian dan mempercepat proyek infrastruktur.
“Pada tahun 2025, defisit anggaran mungkin akan meningkat lebih lanjut karena pemerintah memperkenalkan program prioritas baru termasuk program makanan bergizi gratis, memberikan subsidi tambahan kepada rumah tangga berpenghasilan rendah, dan menerapkan tarif PPN yang lebih tinggi sebesar 12% hanya untuk barang mewah,” kata dia.
Di samping itu, Ishikawa menilai pertumbuhan jangka pendek Indonesia, seperti ekonomi pasar berkembang lainnya, mungkin menghadapi risiko dan tantangan yang terutama berasal dari kebijakan pemerintah AS yang baru.
“Potensi ketegangan perdagangan global meningkatkan ketidakpastian pertumbuhan di mitra dagang utama, terutama Tiongkok, AS, dan Eropa,” ucapnya.
Selain itu, risiko volatilitas aliran modal dan biaya pinjaman yang tinggi tetap ada dengan latar belakang pengetatan keuangan global yang masuk akal.
“Mungkin sulit untuk mencapai target konsolidasi fiskal jangka menengah pemerintah dengan defisit anggaran yang diperkirakan akan melebar karena meningkatnya kebutuhan belanja dari program-program prioritas baru,” kaya Ishikawa.
Dia menyebutkan beberapa tantangan struktural jangka panjang yang meliputi diversifikasi ekonomi dan peningkatan status pendapatan tinggi, penyempitan kesenjangan regional, dan transisi ke ekonomi hijau dengan opsi pendanaan terbatas.
Rekomendasi Kebijakan
AMRO merekomendasikan agar BI secara fleksibel mengkalibrasi ulang bauran kebijakannya untuk mengatasi risiko yang berkembang.
Ishikawa menjelaskan hal ini karena inflasi domestik diperkirakan akan tetap rendah, pemotongan suku bunga lebih lanjut dapat dipertimbangkan untuk mendukung ekonomi sejalan dengan dinamika global dan domestik, asalkan nilai tukar rupiah sejalan dengan fundamental dan volatilitasnya tidak berlebihan.
“Pendalaman pasar uang dalam negeri akan memperkuat ketahanan terhadap risiko volatilitas aliran modal yang terus-menerus, sementara peningkatan sistem pembayaran dan promosi transaksi mata uang lokal akan terus memfasilitasi perdagangan dan investasi regional, dan berkontribusi pada stabilitas nilai tukar regional,” jelasnya.
Pemerintah, lanjutnya, harus meningkatkan upaya untuk meningkatkan mobilisasi pendapatan dan memprioritaskan kembali belanja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, dia menilai reformasi kebijakan dan administrasi perpajakan harus terus dimajukan untuk meningkatkan penerimaan negara.
“AMRO menyambut baik prioritas ulang anggaran dengan memangkas pengeluaran yang tidak penting dan meningkatkan sasaran kebijakan subsidi saat ini untuk menyalurkan sumber daya fiskal kepada pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia, serta mitigasi perubahan iklim,” ucapnya.
Menurutnya, rencana pengalihan utang obligasi pemerintah yang diterbitkan kepada BI selama pandemi merupakan langkah positif.
Selain itu, upaya pelibatan investor obligasi dan pendalaman pasar obligasi pemerintah dinilainya harus diprioritaskan. Reformasi struktural harus dipercepat untuk meningkatkan diversifikasi ekonomi dan produktivitas.
Sementara itu, Indonesia memperkuat posisinya dalam industri hilir nikel dan rantai pasokan kendaraan listrik global, Ishikawa melihat jika peningkatan produktivitas di bidang pertanian, pariwisata, dan manufaktur sama pentingnya.
“Peningkatan kapasitas pelaksanaan pemerintah daerah akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi regional dan mengurangi kesenjangan pendapatan,” imbuhnya.
Untuk menarik investasi asing langsung, dia menyebutkan jika diperlukan pengembangan rantai pasokan lokal, peningkatan keterampilan tenaga kerja, peningkatan infrastruktur, dan memastikan lingkungan regulasi yang kondusif sangat penting.