c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

03 April 2024

11:47 WIB

Aksi Profit Taking Jelang Lebaran, Bikin Rupiah Menuju Rp16.000

Aksi ambil untung (profit taking) jelang Hari Raya Idulfitri dan keluarnya modal asing (capital outflow) dari pasar dalam negeri menjadi penyebab pelemahan rupiah

Aksi Profit Taking Jelang Lebaran, Bikin Rupiah Menuju Rp16.000
Aksi Profit Taking Jelang Lebaran, Bikin Rupiah Menuju Rp16.000
Pekerja penukaran uang asing menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolarindo Mone read more...y Changer, Melawai, Jakarta, Kamis (8/6/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menyatakan bahwa pelaku pasar ramai-ramai melakukan aksi ambil untung menjelang Hari Raya Idulfitri 2024. Ditambah keluarnya modal asing dari dalam negeri, memperkuat volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Aksi ambil untung jelang Hari Raya Idulfitri dan keluarnya modal asing dari pasar dalam negeri juga menjadi penyebab pelemahan rupiah," kata Reny seperti dikutip dari Antara, Rabu (3/4).

Dia mengatakan, sentimen dalam negeri turut mempengaruhi pelemahan rupiah saat ini. Depresiasi rupiah dari sisi domestik, antara lain dipengaruhi oleh repatriasi dividen pada kuartal I-2024 yang cenderung meningkatkan permintaan dolar AS. Tercatat total net capital outflow dari pasar saham dan obligasi dalam negeri mencapai Rp27,9 triliun month to date (mtd) atau Rp6,6 triliun year to date (ytd).

Masih dari dalam negeri, kekhawatiran juga mencuat dari melebarnya Defisit Neraca Transaksi Berjalan tahun 2024 menjadi -1,5% produk domestik bruto (PDB), dari sebelumnya -0,11% PDB, terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor akibat melemahnya perekonomian global.

Nilai ekspor Indonesia pada Februari 2024 sendiri mencapai US$19,31 miliar, turun sebesar 9,45% (year-on-year/yoy). Penurunan itu terutama bersumber dari ekspor nonmigas sebesar 10,15% (yoy), akibat penurunan ekspor batubara, besi dan baja, serta minyak sawit. Moderasi harga komoditas dan penurunan volume perdagangan global menjadi penyebab menurunnya ekspor nonmigas Indonesia.

Secara sektoral, penurunan terjadi pada ekspor produk industri pengolahan sebesar 11,49% (yoy) serta sektor pertambangan dan lainnya sebesar 7,54% (yoy), sedangkan sektor pertanian tumbuh 16,91% (yoy). Sementara secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari–Februari 2024 mencapai US$39,80 miliar.



Neraca Perdagangan
Selanjutnya, neraca perdagangan RI pada Februari 2024 melanjutkan surplus sebesar US$0,87 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari–Februari 2024 mencapai US$2,87 miliar.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Rabu dibuka merosot dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pada awal perdagangan Rabu pagi, rupiah tergelincir 36 poin atau 0,22 % menjadi Rp15.933 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.897 per dolar AS. "Rupiah hari ini diprediksi melemah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh tren peningkatan yield obligasi AS 10 tahun," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova, Rabu.

Rully menuturkan imbal hasil obligasi Pemerintah AS meningkat ke 4,30%, dan data PMI AS naik menjadi 52,2 dari 47,8 bulan sebelumnya. Pelemahan rupiah, lanjutnya, juga disebabkan oleh memudarnya ekspektasi penurunan suku bunga AS pada Juni 2024 seiring makin menguatnya data-data ekonomi AS.

Dari domestik, sentimen yang muncul masih terkait dengan gugatan terhadap hasil pemilihan presiden dan wakil presiden di Mahkamah Konstitusi. Kemudian, tren peningkatan inflasi Maret 2024.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2024 sebesar 3,05% atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024. Rully memprediksi rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp15.870 per dolar AS sampai dengan Rp15.920 per dolar AS.

Kurs rupiah sendiri pada Selasa ditutup tergelincir 2 poin atau 0,02% menjadi Rp15.897 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.895 per dolar AS. "Dari global, memang dolar AS saat ini masih melanjutkan tren penguatan, kemarin menembus 105, pertama kalinya sejak November 2023 lalu," kata ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto.

Powered by Froala Editor


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar