10 September 2024
19:57 WIB
Aksi Boikot Israel Ubah Peta Persaingan Pasar Produk Kecantikan Di Indonesia
Sepanjang semester I/2024, aksi boikot terhadap produk-produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel telah mengubah peta persaingan antara merek global dan lokal di Indonesia.
Penulis: Khairul Kahfi
Ilustrasi kosmetik. Konsep laboratorium diusung Looklab dalam desain toko. Dok. Looklab
JAKARTA - CEO Compas.co.id Hanindia Narendrata melaporkan, sepanjang semester I/2024, aksi boikot terhadap produk-produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel telah mengubah peta persaingan antara merek global dan lokal di Indonesia, terutama pada kategori perawatan dan kecantikan. Datanya menunjukkan, 6 dari 10 brand dengan nilai penjualan tertinggi di e-commerce di periode semester I/2024 merupakan brand lokal.
Seperti diketahui, akhir Mei lalu, kampanye viral ‘All Eyes on Rafah’ telah berdampak signifikan terhadap pasar Fast-Moving Consumer Goods (FMCG), khususnya di e-commerce. Riset ini menganalisis 150 top beauty brands berdasarkan nilai penjualan di platform Shopee, Tokopedia, dan Blibli dengan sampel mewakili lebih dari 60% total omzet kategori perawatan dan kecantikan.
“Gerakan boikot yang bermula pada Oktober 2023 telah memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan brand lokal di kategori perawatan dan kecantikan. Hal ini menandai adanya pergeseran dibandingkan tahun sebelumnya, di mana brand global dan lokal sama-sama menduduki lima besar,” ungkapnya dalam siaran tertulis, Jakarta, Selasa (10/9).
Dia melanjutkan, pada semester I/2024, nilai penjualan brand lokal yang berada di jajaran top 150 juga berhasil melampaui brand global, dengan mencapai Rp5,01 triliun atau terpaut sekitar Rp400 miliar dari brand global yang berada di angka Rp4,62 triliun.
Menurutnya, kondisi ini bukan kali pertama nilai penjualan brand lokal lebih tinggi dari global, sebab pada pada tahun 2022 nilai penjualan brand lokal juga lebih tinggi dibandingkan global.
“Pada semester I (2022), nilai penjualan brand lokal mencapai Rp3,38 triliun dan global Rp2,55 triliun. Hal serupa juga terjadi pada semester II, di mana nilai penjualan brand lokal mencapai Rp3,6 triliun sementara brand global Rp3,2 triliun,” bebernya.
Di sisi lain, peningkatan nilai penjualan brand lokal juga dampak dari serangkaian aktivitas yang terjadi di pasar offline, yang mempengaruhi pasar online. Narendra menilai, gerakan boikot merupakan aktivitas yang cukup memberikan dampak pada peta persaingan pasar lokal dan global.
Pasalnya, kampanye ini yang bermula pada Oktober 2023 lalu ini menekan penjualan brand global di pasar offline yang berimbas ke online. Mulai dari imbauan sampai larangan penggunaan brand yang disinyalir terafiliasi dengan Israel.
“Berdasarkan kejadian ini, menurut penelitian Compas.co.id ada indikasi konsumen beralih dari menggunakan brand global ke lokal,” ucapnya.
Berdasarkan data live dashboard Compas.co.id pada periode 19 Mei-15 Juni 2024 di Shopee dan Tokopedia, brand global dari subkategori pelembab mengalami penurunan yang signifikan.
Dalam jangka waktu dua minggu pasca ‘All Eyes on Rafah’ dan kembali maraknya gerakan boikot, nilai penjualan brand global turun hingga Rp95 juta, sedangkan pada periode yang sama brand lokal mengalami peningkatan hingga Rp456 juta.
Pada sektor FMCG, boikot juga terjadi pada kategori makanan dan minuman serta ibu dan bayi. Jika dibandingkan ketiga kategori lainnya, kesehatan menjadi kategori yang paling sedikit terpengaruh dari boikot.
Saat ini, Narendrata menggarisbawahi, konsumen di Indonesia semakin teliti dalam memilih produk yang sesuai dengan nilai-nilai yang sejalan dengan mereka.
“Gerakan ini (boikot) telah membuka peluang bagi brand lokal untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Sebaliknya untuk brand global, situasi ini menjadi tantangan untuk mempertahankan performa positif layaknya di 2023 lalu,” terangnya.
Market Share TikTok Shop di Sektor FMCG Capai 18,6%
Selain itu, pihaknya juga menyampaikan TikTok Shop terpantau moncer di 2024. Pasalnya setelah kembali buka, sejak awal tahun penjualan TikTok Shop langsung meroket. Menurut data Compas.co.id pada semester I/2024 TikTok Shop berhasil meraih market share 18,6% dengan nilai Rp8,9 triliun, atau menduduki peringkat kedua di sektor FMCG.
“Analisis Compas.co.id, melejitnya penjualan TikTok Shop dikarenakan fitur interaktif yang memfasilitasi seller untuk mempromosikan produknya melalui live shopping dan penawaran penjualan secara eksklusif,” sebutnya.
Keadaan ini berbanding terbalik dengan Tokopedia, yang dipantau selama tiga semester terakhir nilai penjualannya secara konsisten terus menurun. Bahkan, setelah diakuisisi oleh Bytedance atau TikTok pada awal Januari 2024, tren nilai penjualan Tokopedia masih terus menurun hingga semester ini.
Di sisi lain, Shopee masih menjadi pilihan utama konsumen e-commerce FMCG di Indonesia dengan tren nilai penjualannya masih terus meningkat dalam 3 semester terakhir.
“Compas.co.id melihat pasar FMCG di e-commerce (RI) terus berkembang setiap tahunnya. Oleh karena itu kami ingin membantu para pelaku bisnis FMCG di e-commerce untuk menggunakan data sebagai landasan dalam pengambilan keputusan bisnis, dan membuat pasar e-commerce di Indonesia semakin berkembang,” jelasnya.