c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

01 Agustus 2025

19:29 WIB

Airlangga: Tarif Resiprokal RI-AS 19% Mulai Berlaku 7 Agustus

Airlangga mengonfirmasi kebijakan tarif resiprokal antara Indonesia dan AS sebesar 19% mulai berlaku 7 Agustus 2025. Kebijakan tarif ini juga telah AS umumkan kepada 92 negara lainnya.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Airlangga: Tarif Resiprokal RI-AS 19% Mulai Berlaku 7 Agustus</p>
<p>Airlangga: Tarif Resiprokal RI-AS 19% Mulai Berlaku 7 Agustus</p>

Ilustrasi - Produk pembungkus makanan hasil produksi PT Legend Packaging Indonesia, perusahaan manufaktur yang berlokasi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, siap diekspor perdana ke Amerika Serikat. Antara/HO-Humas Ditjen Bea Cukai Kemenkeu Kudus

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengonfirmasi, kebijakan tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sebesar 19% akan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025. Dia mengatakan kebijakan tarif itu juga telah diumumkan AS kepada 92 negara lainnya.

"Sudah diumumkan (tarif) 92 negara, dan Indonesia kan seperti kita ketahui sudah selesai (sepakat) dan berlaku tanggal 7 (Agustus),” kata Airlangga di Jakarta, Jumat (1/8) melansir Antara.

Baca Juga: Tarif Belum Pengaruh, BPS: Perdagangan RI Ke AS Semester I Masih Surplus US$8,57 M

Airlangga menyebut bahwa tarif 19% yang diperoleh Indonesia merupakan salah satu yang terendah di kawasan Asia Tenggara, kecuali Singapura yang mendapat tarif hanya 10% dari AS.

"Seluruh negara ASEAN hampir selesai (negosiasi) dan negara-negara ASEAN, kecuali Singapura, tarifnya paling rendah 19%," terangnya.

Menurutnya, Indonesia tetap memiliki peluang besar untuk bisa bersaing di pasar ekspor AS, terutama dibandingkan negara-negara pesaing seperti India. 

Pasalnya, selama ini India dikenal sebagai salah satu kompetitor Indonesia di sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Sementara, India dikenakan tarif impor sebesar 25% oleh AS. 

Lebih lanjut, Airlangga menilai, kebijakan tarif baru ini justru membuka peluang untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar Negeri Paman Sam. Apalagi, sejumlah komoditas unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di AS diberi tarif lebih rendah.

"Ya kan kalau semua level of playing field, berarti yang ditingkatkan daya saing saja, dan beberapa komoditas kita yang memang AS tidak produksi diberi tarif lebih rendah," jelasnya.

Baca Juga: AS Rilis Tarif Baru, Banyak yang Lebih Rendah dari RI

Beberapa komoditas yang mendapat tarif impor nol persen adalah konsentrat tembaga (copper concentrate) dan katoda tembaga (copper cathode). Hal ini sejalan dengan diskusi strategis terkait perdagangan mineral antara kedua negara.

"Jadi itu sejalan dengan pembicaraan untuk (ekspor( mineral strategis antara lain copper dan AS sudah umumkan juga. Jadi itu yang Indonesia sebut industrial comodities, jadi secondary process sesudah ore, sudah sejalan dengan apa yang kemarin diumumkan juga oleh menteri perdagangan dari Gedung Putih," ungkap Menko.

Kemenperin Dukung Industri Pakaian-Furnitur Banjiri Pasar AS
Sebelumnya, Kemenperin mendorong perusahaan industri, khususnya yang bergerak di sektor pakaian jadi, alas kaki, furnitur, serta peralatan listrik untuk meningkatkan utilisasi dan daya saing produknya agar bisa membanjiri pasar AS.

Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni mengajak pengusaha industri domestik untuk mengoptimalkan kesepakatan tarif 19% yang AS terapkan untuk produk Indonesia, mengingat tarif ini lebih kompetitif dibanding negara lain.

"Perusahaan industri yang selama ini mengekspor produknya ke AS, terutama perusahaan industri pakaian jadi, alas kaki, furnitur, peralatan listrik agar mulai meningkatkan utilisasi produksinya, memperbanyak produknya, meningkatkan kualitas daya saing produknya dan kita banjiri pasar AS dengan produk Indonesia," kata Febri, Kamis (31/7) melansir Antara.

Pihaknya siap membantu industri untuk dapat memenuhi bahan baku apabila butuh lebih banyak. Komitmen ini dilakukan untuk mendorong terbentuknya ekosistem industri RI yang berorientasi ekspor.

"Kami akan terus berkomunikasi dengan industri manufaktur binaan kami untuk mengkoordinasikan hal ini," katanya.

Baca Juga: Ada 4 Produk UMKM yang Diperkirakan Masih Laku Keras Meski Tarif AS Naik

Senada, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita meyakini kesepakatan tarif resiprokal AS yang turun menjadi 19% dari dapat memacu daya saing produk manufaktur domestik di pasar ekspor.

“Keputusan Amerika untuk menurunkan atau menyesuaikan tarif terhadap sejumlah komoditas ekspor manufaktur Indonesia akan meningkatkan daya saing produk kita di pasar mereka. Ini akan berdampak langsung terhadap industri terutama utilisasi, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan struktur industri nasional," kata Agus, Rabu (16/7).

Menurut Menperin, kesepakatan ini akan menggairahkan sektor manufaktur Indonesia karena pintu ekspor ke Amerika kembali terbuka lebih luas lagi.

Menurutnya, dalam skema rantai produksi, saat ini rasio output sektor manufaktur Indonesia untuk tujuan pasar ekspor dan domestik adalah 20:80.

Artinya, sebesar 20% output produk manufaktur Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor. Sisanya, 80% mengisi permintaan di pasar domestik.

“Dari total 20% output produk manufaktur yang berorientasi ekspor tersebut, sebagian dijual ke pasar Amerika,” kata dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar