03 Januari 2024
18:55 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, inflasi Indonesia di 2023 terkendali stabil dan kembali pada rentang sasaran target 3%±1. Capaian inflasi sebesar 2,61% (yoy) juga terpantau menurun dibandingkan realisasi 2022 yang sebesar 5,51% (yoy).
Dirinya menggarisbawahi, di luar periode terdampak pandemi 2020-2021, capaian inflasi 2023 merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir alias sejak tahun 2000.
“Pencapaian ini tidak terlepas dari koordinasi dan sinergi yang kuat berbagai pihak melalui TPIP-TPID dalam mengendalikan gejolak harga di tengah ketidakpastian yang masih tinggi, salah satunya gangguan cuaca dari El Nino,” katanya dalam siaran pers, Jakarta, Rabu (3/2).
Selain itu, Airlangga juga mengungkapkan, capaian inflasi Indonesia di 2023 juga lebih baik dibandingkan realisasi inflasi sejumlah negara yang masih berada di atas sasaran targetnya.
Mengutip Bloomberg, Airlangga menyebut beberapa negara yang inflasinya masih di atas sasaran target di antaranya Euro Area sebesar 2,4% (yoy); Jepang 2,8% (yoy); Amerika Serikat 3,1% (yoy); Korea Selatan 3,2% (yoy); Jerman 3,2% (yoy); Inggris 3,9% (yoy); Rusia 7,5% (yoy); Turki 62,0% (yoy); dan Argentina 160,9% (yoy).
Baca Juga: Harga Pangan Naik Tapi Inflasi 2023 Terjaga, Ini Penjelasan BKF
Pemerintah mencatat, perkembangan inflasi Desember 2023 dipengaruhi oleh pergerakan seluruh komponen inflasi. Komponen harga diatur pemerintah (administered prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,39% (month-to-month/mtm), atau 1,72% (yoy). Adapun tarif angkutan udara, rokok kretek filter, dan rokok kretek putih menjadi komoditas penyumbang inflasi IHK Desember 2023 secara bulanan dan tahunan.
Sementara, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm), atau 1,80% (yoy). Secara tahunan inflasi inti masih terjaga meskipun dalam tren melandai. Lebih lanjut, berdasarkan catatan Trading Economics, realisasi inflasi inti Indonesia merupakan salah satu yang terendah yakni berada di peringkat 10 dari 86 negara.
Komponen harga pangan bergejolak (volatile food/VF) mengalami peningkatan tercatat sebesar 1,42% (mtm) atau 6,73% (yoy). Pemerintah mensinyalir gangguan cuaca akibat El Nino menyebabkan produksi pangan terutama padi dan aneka cabai menjadi tidak optimal.
“Hal ini mendorong peningkatan harga beras dan cabai yang menjadikan kedua komoditas tersebut sebagai penyumbang utama inflasi sepanjang tahun 2023,” sebutnya.
Jaga Pasokan dan Harga
Sepanjang 2023, pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan pangan dan menjaga keterjangkauan harga. Kebijakan tersebut dilakukan di antaranya melalui penguatan cadangan pangan pemerintah khususnya beras, penyaluran beras medium melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), maupun penyaluran bantuan pangan beras.
Per 31 Desember 2023, CBP tetap terjaga sebesar 1,3 juta ton, sesuai dengan target Pemerintah di level 1,2 juta ton. Sementara penyaluran SPHP hingga 30 Desember 2023 mencapai 1,2 juta ton atau 110,3% dari target.
Selanjutnya, per 30 Desember 2023, penyaluran bantuan pangan beras dalam rangka menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan untuk periode September-Desember sendiri telah tersalurkan sebesar 852,33 ribu ton atau 99,82% dari target.
Baca Juga: Inflasi 2023 Terjaga di 2,61%, BI: Konsistensi Kebijakan Moneter
“Pemerintah juga melaksanakan program mobilisasi pangan melalui fasilitasi distribusi pangan. Komoditas pangan yang telah terealisasi sebanyak 2,54 ribu ton, dengan realisasi terbanyak pada komoditas jagung, kedelai, dan beras,” katanya.
Lebih lanjut, pemerintah juga melaksanakan secara masif program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang dikoordinasikan oleh Badan Pangan Nasional pada 1.626 lokasi di 36 provinsi dan 324 kabupaten/kota.
Sementara itu, program serupa seperti Operasi Pasar Murah juga telah dilaksanakan oleh 448 pemerintah daerah untuk menahan gejolak harga di daerah. Airlangga menyampaikan, berbagai program kebijakan yang disinergikan dari pemerintah pusat dan daerah mampu menahan kenaikan harga pangan lebih lanjut.
Ke depan, pemerintah akan terus mewaspadai dan memonitor fenomena domestik maupun global yang dapat berdampak terhadap inflasi di tengah berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, termasuk target inflasi yang semakin ketat.
“Komitmen dan sinergi bersama seluruh pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat guna menjaga inflasi tetap stabil dan terkendali dalam rentang sasaran,” pungkasnya.