10 Desember 2024
13:58 WIB
Airlangga: Indo-Pasifik Dan ASEAN Masih Stabil Di Tengah Ketegangan Global
Rata-rata perekonomian negara-negara di ASEAN mampu bertumbuh di angka 4%.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/11/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan.
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa kawasan Indo-Pasifik, termasuk negara-negara ASEAN masih cenderung stabil di tengah ketidakpastian dan ketegangan kondisi geopolitik global.
"Di tengah ketidakpastian, kita baru-baru ini mendengar perang Gaza belum berakhir, kemudian juga Ukraina-Rusia masih panas, dan terakhir perubahan di Suriah yang juga kita belum tahu siapa yang akan memimpin pemerintahan di sana. Namun, di tengah ketidakpastian, ada satu wilayah yang selama dua dekade relatif aman, yaitu Indo-Pasifik," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (10/12).
Menurut Airlangga, ASEAN pada tahun 2025 mendatang, akan menjadi wilayah kerja sama regional yang paling stabil. Lantaran, rata-rata perekonomian negara-negara di ASEAN mampu bertumbuh di angka 4%.
"Di Indo-Pasifik, ASEAN menjadi kerja sama regional yang paling stabil dan hampir seluruh negara ASEAN mengalami pertumbuhan di angka 4% secara rata-rata, dan dengan jumlah yang 600 juta penduduk, ASEAN telah membuat dunia global lebih dingin di wilayah Indo-Pasifik," imbuhnya.
Airlangga menyebutkan ketegangan blok Timur-Barat saat ini juga masih terasa, di mana perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China belum berakhir.
Dengan adanya kepemimpinan baru AS yang bakal dipimpin Presiden Donald Trump, maka akan ada perubahan terhadap kebijakan perdagangan yang mempengaruhi dunia.
"Walaupun ketegangan Timur-Barat masih ada, perang dagang China dan Amerika belum berakhir, dengan adanya kepemimpinan baru Amerika juga kelihatan akan ada perubahan juga terhadap kebijakan perdagangan," jelas Airlangga.
Lebih lanjut, dia menuturkan, Presiden Trump nantinya akan lebih menghargai kerja sama bilateral antarnegara alias dua arah dibandingkan multilateral.
Kendati demikian, negara-negara ASEAN sendiri justru lebih mengutamakan kerja sama multilateral.
"The new president di Amerika (Donald Trump) lebih menghargai bilateral daripada multilateral, tetapi negara-negara ASEAN percaya bahwa multilateral akan membawa kesejahteraan bersama. Nah, ini merupakan tantangan-tantangan yang ada ke depan," tutur dia.
Berbagai Upaya dan Optimisme
Sementara itu, Airlangga mengatakan, Sekjen OECD telah berkunjung ke Indonesia dan sudah memberikan outlook laporan terhadap perekonomian Indonesia. Hasilnya, OECD memproyeksikan optimisme bahwa pertumbuhan Indonesia di tahun 2025 bisa mencapai di angka 5,2%.
"Kemarin Bapak Presiden (Prabowo Subianto) hadir dalam pertemuan dengan seluruh gubernur di Kementerian Dalam Negeri, di mana inflasi kita, kita bisa terus tekan di angka 1,7%, bahkan kita bisa 1,5%. Namun, ini tidak membuat kita puas karena memang spread antara inflasi dan tingkat suku bunga masih relatif tinggi," terangnya.
Hal itu yang menjadi tantangan karena kebijakan suku bunga di Amerika, yakni higher for longer yang dikhawatirkan.
"Kalau mereka terus pada suku bunga tinggi, maka kita takut arus devisa bergeser ke Amerika," tambah Airlangga.
Oleh karena itu, pemerintah mengambil beberapa kebijakan, termasuk devisa hasil ekspor yang tentunya terus dimatangkan oleh pemerintah.
Tercatat, indeks keyakinan konsumen (IKK) masih di angka tinggi di bulan November, yakni 125. Kemudian, dari survei yang dilakukan oleh Nielsen, fast moving consumer good Indonesia di kuartal III/2024 juga meningkat dibandingkan sebelumnya, yaitu Rp208 triliun.
Menariknya, pembelian masyarakat terhadap barang-barang teknologi menghabiskan lebih banyak di kuartal III/2024, yaitu sebesar Rp47 triliun, atau meningkat 4,3% secara tahunan (year on year/yoy). Ini sejalan dengan pembelian digital media dan juga berbagai e-commerce dan berbagai platform lain.
Pemerintah sendiri ingin menggenjot belanja di kuartal IV/2024. Salah satunya adalah di-launching-nya event belanja, antara lain di Hari Belanja Nasional (Harbolnas) yang biasanya memuncak tanggal 12.12.
Berikutnya, juga didorong epic sales dan belanja di Indonesia saja tanggal 26-29, dan sekaligus juga promosi pariwisata.
"Pemerintah telah menurunkan tarif tiket domestik 10%, jadi diharapkan bisa mendukung para wisata dan kita ingin agar para wisata menjadi salah satu sektor yang bisa menghasilkan devisa secara lebih cepat," kata Airlangga.
Di sektor perbankan, NPL masih sekitar 2,21%. Lalu, CAR-nya masih 26,78%. Sedangkan dari segi likuiditas dalam negeri, masih terjaga.
"Kita berharap tentu kita bisa terus mendorong investasi dan kalau kita lihat juga ranking investasi kita dari IMD naik 10, meningkat di ranking 27, sehingga tentu ini juga mendorong keyakinan daripada ekosistem investasi," tutup dia.